EPILOG

562 39 8
                                    

Happy reading...!

💐💐💐

***

Takdir memang begitu rumit, terkadang di saat kita berusaha untuk mengalah,  justru malah kita dipermainkan, tetapi membenci takdir bukanlah hal yang benar, karna takdir adalah bagian dari kehidupan kita. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha, berusaha merubahnya, dan berusaha setulus hati mengikhlaskanya apa yang tuhan takdirkan untuk kita. Sekeras apapun kita berusaha merubahnya,  bila tuhan berkehendak lain kita tak akan bisa melakukan apapun, hanya ikhlas, ikhlas dan ikhlas dan mensyukuri apa yang tuhan tulis dalam takdir lebaran kehidupan kita.

***
Koridor panjang rumah sakit terlihat begitu sepi, jam menunjukkan pukul satu dini hari, sudah terhitung dua jam lamanya sosok cowok berdiri diantara dua kamar tanpa bicara dan bergerak sedikitpun, hanya menunduk yang bisa ia lakukan, sambil  menatap noda darah yang menempel di tubuhnya  yang sudah mengering.

Ingatannya kembali pada kejadian beberapa jam lalu yang membuat jiwa Argan seolah terenggut dari raganya dimana sosok gadis yang Argan sayangi meringkuk tak berdaya dalam gendongannya dengan darah yang terus mengalir dari tubuh gadisnya,  dan tak sampai disitu,  bagai di hantam beribu-ribu anak panah ketika dirinya sampai di rumah sakit bertepatan dengan Gina yang juga terbaring lemah diatas bangkar menuju ruang ICU, bibir adiknya itu membiru dengan busa yang keluar dari mulutnya membuat tubuh Argan yang menggendong Agatha hampir oleng bila Kaffa tidak menahannya.

Gisel mendekat kearah Argan dengan isak tangis yang sejak tadi tidak kunjung berhenti.

"Kak Argan..., hiks... hiks...! , maafin gue, gue nggak bisa jagain kak Gina, gue bener-bener nggak tau kalo suster itu jahat, gue...".

Gisel tidak bisa melanjutkan ucapannya, dadanya terlalu sesak, kejadian yang menimpa Gina membuatnya merasa  bersalah dan juga takut, ia takut akan apa yang pernah terjadi pada kakaknya akan terulang kembali, ia takut di salahkan, ia takut di benci, dan ia takut di kucilkan. Kaffa yang melihat kekasihnya menangis mendekat, kemudian memeluk gadis itu mencoba menenangkannya.

"Syuttt...., jangan nangis lagi, Argan tau ini bukan salah kamu, jangan sedih Gina sama Agatha pasti baik-baik aja!" kata Kaffa.

"Ta... tapi kak Argan diem aja, aku takut dia marah...hiks... " kata Gisel, sambil  terisak di dada Kaffa.

"Nggak papa, Argan nggak marah, dia cuma  butuh waktu buat tenangin dirinya, kita berdoa ya supaya semua baik-baik aja" hibur Kaffa.

Sepi lagi-lagi menyelimuti, tak ada suara apapun yang terdengar bahkan suara nafas ketiga remaja itu seakan hilang dalam kesunyian, mereka hanya bertiga, sebab Miko harus ke kantor pulisi untuk mempertanggung jawabkan perbuatan karna sudah memukuli Aaron  hingga tak sadarkan diri, tetapi untungnya Aaron  tidak sampai meninggal hanya retak kaki dan kepalanya yang lumayan parah tapi tidak membuat Miko harus di tahan, karena  ia beralasan menyelamatkan temannya.

Tak lama setelah kesunyian melanda terdengar derap beberapa langkah kaki dari ujung koridor, terlihat sosok pria dan wanita paruh baya juga seorang anak laki-laki berjalan tergesa menuju kearah Argan, Gisel dan Kaffa. Gisel yang melihat keluarga Agatha datang segera menghampiri bunda Agatha.

"Bunda!" kata Gisel sambil berhambur memeluk Vanya yang balas memeluknya.

"Gisel, gimana keadaan Agatha?!" tanya vanya, wanita paruh baya itu terlihat begitu khawatir, terlihat jejak air mata yang sempat mengering kini kembali basah.

ARGATHA [ SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang