.
.
." SIAPA YANG NGAMBIL PENA GUE NGAKU?!!" teriak Kara dari depan kelas. Kelas sedang ramai karna sedang free class, Tadi Kara ingin menyalin catatan dari Dinda. Tapi saat ia membuka kotak pensilnya tidak ada satu pun pena tersisa. Seingatnya, jika tidak di kotak pensil ada di atas meja nya. Berkali kali ia bertanya tapi teman temannya hanya membalas mereka tidak tahu dan masih sibuk dengan masing masing.
Kara menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu duduk di bangku nya dengan wajah merungut. Mood nya sedang sangat buruk, efek PMS. Di tambah lagi perut nya yang sangat nyeri.
Kara memikirkan bagaimana bisa ia mendapatkan kelas rawan kehilangan pena begini. Pasalnya bukan kali ini saja kejadian itu terjadi. Teman teman Kara yang lain pun juga sering menjadi korban. Di kelasnya tidak bisa pena ada di meja sebentar saja. Jika pena nya ditinggal di meja, maka saat kembali pasti sudah tidak ada lagi wujud pena disitu.
Dan Kara menyesal karna sudah mengabaikan peringatan yang di tempel di dinding kelasnya. bertuliskan 'Warning!! Jangan tinggalkan Pena di atas meja lebih dari 3 menit jika tidak ingin kehilangan!'. Sebenarnya ia agak berpikir mereka kurang waras. Pasalnya mereka yang membuat peringatan tetapi mereka juga yang mengambil pena pena itu. Jangan kira Kara tidak pernah mengambil pena orang lain, tentu ia juga pernah.
"Eh ini pena gue kan?" Tanya Kara kepada Vina saat melihat pena hitam di atas meja.
"Enak aja Lo, ini pena gue."
"Ini kan pena gue. Item kan?" Teriak Kara saat melihat pena yang di genggam Bintang.
"Enak aja. Pena gue nih, ada tanda tip-ex nya."
"Ck, kesel gue. Pena gue masa gak ada yang liat!" Teriak Kara, lagi lagi Kara menggeram.
"Kar, kenapa Lo? Muka Lo kayak Benang kusut bahaha." Kara hanya menatap sinis Dinda yang tiba tiba datang dengan cengiran nya.
Kara tak menghiraukan perkataan Dinda dan langsung memberikan pertanyaan kepada Dinda. "Pena gue mana? Lo ambil gak?"
"Ya Allah, lo Su'udzon mulu sama gue." Dinda memegang dadanya dengan wajah dramatis, tidak percaya karna Kara menuduhnya.
"Ck lebay Lo din. Sana deh!" usir Kara lalu menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya di atas meja.
"Hmm yang lagi PMS maklumi. Awas Lo butuh apa apa nyari gue!" Ancam Dinda yang hanya di balas deheman Kara, Dinda mendengus lalu dia pergi bergabung dengan Hessy yang sedang bergosib dengan yang lain.
Saat sedang menelungkup kan tangannya, tiba tiba ada yang mencolek pipi Kara diiringi dengan tawa dua orang yang Kara ketahui adalah dedemit yang selalu mengusik nya. Siapa lagi kalau bukan Rama dan Ebril.
"Jangan ganggu gue!" kata Kara yang masih mempertahankan posisi nya. Saat ini ia mencoba menahan emosi nya, karna sejak tadi ia ingin sekali menangis.
Tapi sepertinya Ebril dan Rama tidak memperdulikan perkataan Kara. Rama maju mendekat ke arah Kara. Lalu ia mencolek pipi kara dengan spidol yang masih tertutup.
"Ya Hahahahahha, pipi Kara kecoret deh." tawa Ebril dan Rama serempak. Kara duduk dengan tegak seketika, lalu meraba raba pipi nya untuk mengecek tinta spidol.
"Kalian apaan sih?!!" Bentak Kara.
Kara berdiri menghampiri Hessy. "Hessy, di muka gue ada spidol ya?" Tanyanya. Hesi tampak bingung dan meneliti wajah Kara.
"Gak ada apa apa kok."
"Jangan bohong!"
"Enggak loh, sumpah. Muka Lo masih bersih."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...