CERITA INI 100% FIKSI, DAN PURE DARI IMAJINASI ATAU HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI.
SO DON'T COPY MY STORY.Enjoy this story
Jangan lupa vote dan comment nya
Itu sangat berarti buat aku.
Thank you guys and happy reading 💜●
●
●Seorang gadis meringkuk di pojok ruangan berdebu dan minim cahaya itu. Tubuhnya bergetar dengan tangannya sekuat mungkin menutup telinganya. Ia tak sanggup mendengar jerit kesakitan seorang anak kecil yang mungkin tak berbeda jauh darinya tengah di cambuk. Dan itu dilakukan di depan matanya sendiri.
"JANGAN! SAKIT SAKIT AMPUN!"
Pria dewasa yang mencambuknya tertawa tanpa beban, ia melepaskan cambuknya mengisyaratkan pada anak buahnya untuk membawa anak yang baru saja ia sakiti keluar ruangan. Ia Menoleh pada gadis yang tengah meringkuk ketakutan itu.
Pria itu menyeringai. "Takut, heh?"
Gadis itu menangis dalam diam. Sekarang hanya tinggal mereka berdua. Dalam hati ia terus memanggil orang tua dan teman temannya.
"Kamu juga akan mendapatkan gilirannya."
Gadis mungil itu menggeleng. "Jangan sakiti aku, aku aduin ke mama papa." Anak itu berujar dengan suara serak.
Pria itu kembali tertawa mendengar, perlahan tawanya memudar. Ia mendengus, lalu menampar anak itu. Gadis itu menjerit kesakitan.
"Kau mengingatkanku lagi pada bajingan itu. Orang tua mu itu benar benar sialan, ia menghancurkan apa yang kumiliki."
"Dan sekarang aku yang akan menghancurkan miliknya.... atau mungkin kalian semua." Pria itu kembali tertawa kuat bak orang tak waras.
Gadis itu memejamkan matanya. Peristiwa itu entah kenapa tiba tiba mengabur. Seolah tengah menjelajahi waktu, tiba tiba Anak itu berada di gendongan sang papa. Di sekitarnya banyak pria pria berseragam polisi.
Walau banyak memar dan luka, anak itu masih sadar. Hanya saja karena terlalu lelah dan takut, pandangannya seakan kosong dan tak mendengar apapun.
Terakhir sebelum ia di masukkan ke dalam jok belakang mobil, seseorang berteriak memanggil namanya.
"KARAMEL!"
Air mata yang tadinya kering kembali menetes. Ia ingin turun dari gendongan sang papa dan berlari menghampiri anak lelaki itu, namun tubuhnya terlalu lemah.
"Maafin papa ya sayang." Gadis itu diam, membiarkan papa nya mencium keningnya lalu memasang sealtbelt untuk nya.
Sang Mama yang duduk di jok depan menyeka air mata menatap anaknya yang hampir mati terbunuh. Matanya menyiratkan penyesalan yang amat sangat besar.
"It's okay sayang, don't cry," ujarnya ketika melihat gadis itu menangis.
Suasana tiba tiba kembali menegang ketika suaminya berkata rem mobil tidak berfungsi.
"Rem nya blong sayang!"
"Mas..."
BRAKK
"KARAMEL!!"
"Kara! Kara, hey bangun its okay." Seorang pria mendekap gadis yang tengah bergerak gelisah seraya mengigau menyebut mama papanya. ia tau gadis ini tengah bermimpi buruk.Beberapa detik kemudian gadis itu bangun dengan nafas tersengal sengal. Lelaki itu memeluknya, mengelus punggung gadis itu dengan lembut.
"Its okay, I'm here for you. always by your side."
Karamela Niandra, nama gadis itu. Ia terisak di pelukan lelaki itu. Isakannya terdengar sangat pilu sampai membuat lelaki itu ikut sesak dibuatnya.
"Don't leave me."
Lelaki itu mengangguk tegas. "Never."
Ia merenggangkan pelukannya kala dirasa Kara sudah tenang. Kemudian menangkup pipi Kara seraya menghapus jejak air mata gadis itu.
"Udah jangan nangis, lupain yang tadi. Siap-siap ke sekolah gue tunggu, hm?" Kara mengangguk kemudian beranjak membersihkan diri. Ia memperhatikan gadis itu yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, Ia beralih menatap figura yang ada di nakas Kara. Tatapannya berubah datar. "Look at what you're doing."
~My protector, Arvin~
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Roman pour Adolescents[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...