.
.
."Mampus lo Vin gue kalahin!"
"Mimpi, lo pikir semudah itu ngalahin gue."
"FAK, MINGGIR LO!!"
"LO YANG MINGGIR!!"
Zico yang tengah duduk di sofa menatap datar dua orang di depannya ini. Pandangannya teralih ke pangkuannya dimana di jadikan bantal tidur Kara.
"WOOO GUE MENANG!!"
'BUGH'
"Bisa pada diem gak sih. Lo main game apa tawuran? Ini bocah lagi tidur."
Seketika Nathan dan Arvin sama sama menoleh ke belakang saat Nathan sudah menjadi korban lemparan kaleng dari Zico.
"Pantes sunyi. Udah tidur toh," Kata Arvin sambil mendekat ke arah Kara. Saat ini posisi nya Kara tidur di sofa berbantal pangkuan Zico, sedangkan Arvin dan Nathan lesehan di karpet karna sedang bermain PS.
Arvin mencium gemas pipi Kara yang semakin tambah tembam itu. Sedangkan Zico yang melihat masih menatap Arvin dengan datar, dengan segala pikirannya.
"Vin, yang di kantin tadi..."
"Itu dia." Arvin memotong omongan Zico.
Nathan mengerutkan dahi. "Tapi kenapa bisa?"
Arvin menggeleng pelan seraya mengusap lembut pipi Kara. "Gue juga gak paham, besok gue bakal Konsul," ujarnya di angguki Nathan dan Zico.
"Lo sebenernya anggap Kara apasih?" Tanya Zico tiba tiba.
Arvin mendongak menatap Zico, bahkan Nathan yang sedang ingin memakan keripik kentangnya harus terhambat karena mendengar pertanyaan Zico.
"Pertanyaan lo gak mutu," jawab Arvin lalu lanjut mengelus rambut Kara.
"Kayak nya sebanyak apapun pertanyaan lo, lo pasti tau jawabannya kan," Saut Nathan dengan santai lalu kembali mengemil keripiknya.
Zico menatap Kara yang terlihat sangat damai ketika sedang tidur. Berbeda ketika ia bangun, banyak tingkah yang akan dilakukan Kara.
"Vin, gimana kalau nanti Kara udah nemu jodohnya? Kalau Lo yang selalu ada sama Kara, posisi lo di ambil sama orang lain. Apa lo siap?" Dan untuk kedua kali nya Arvin diam membeku bersamaan dengan Nathan yang tidak jadi memasukan keripik kentang nya ke dalam mulut dan mendongak menatap Zico yang ada di sofa.
"Lo kenapa? Kita sepakat gak akan bahas tentang ini," Kata Arvin.
Zico tersenyum remeh. Selama ini memang dia hanya diam melihat tingkah laku Arvin dan Kara yang seperti layaknya pasangan. Tapi lama kelamaan ia juga semakin sadar di antara mereka ada sesuatu yang terpendam, dan karna ego dan gengsi nya ia tidak ingin mengungkapkannya.
Zico hanya berpikir tentang kedepannya Kara akan seperti apa.
"Kita emang udah sepakat. Tapi lo juga harus nya mikir. Gak selamanya lo bakal jaga Kara, suatu saat pasti ada yang gantiin lo. Ya kalau jodoh Kara lo? Kalau bukan? Terus yang jadi pertanyaan gue, perasaan lo gimana sama Kara?" Tanya Zico dengan nada greget tanpa menaikan oktaf suaranya karna takut membangunkan Kara.
Arvin hanya diam sambil memandang Kara. Ia mengecup sekilas pelipis Kara.
"Gue sayang dia," lirih Arvin.
"Kalau perasaan lo ke dia sebatas sayang, berarti kita sama. Kalau sebatas sayang, gue sama Nathan juga sayang sama Kara. Jadi Selama bertahun tahun, lo cuman anggap Kara itu doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...