🌟38 - Chelsea🌟

1.4K 102 2
                                    

Vote nya jangan lupa🙏
Happy reading 💜


.
.
.

Arvin berjalan lunglai di sepanjang koridor. Kepalanya masih sedikit pusing. Ia pun tak begitu ingat kenapa ia sampai bangun di rumah Kara. Yang ia ingat hanya saat ia ke club lalu samar samar bertemu dengan Kara. Itu pun ia tak yakin nyata, karna belakangan ini ia sering berhalu.

"IIH RAMA JAUH JAUH!"

Arvin mendongak ketika mendengar suara yang familiar. Di depannya tampak Kara sedang berlari menghindari Rama. Hampir saja ia ingin berteriak kalau tidak ingat dengan hubungan mereka. Rasanya mulutnya gatal ingin mengatakan 'Ra jangan lari lari'. Tapi kenyataannya ia tak bisa. Setidaknya untuk hari ini.

Huft, Ingatkan Arvin untuk menghajar Rama nanti.

Baru beberapa langkah ia memasuki kelasnya tiba tiba Nathan yang tadinya duduk di dekat Kayleen kini berdiri dan melangkah ke arahnya.

Bugh

"Buat lo yang semalam mabuk sampe nyusahin gue," bisik Nathan.

Arvin hanya berdecak tanpa mau membalas Nathan.

"NATHAN JANGAN GELUT DISINI! DILUAR SANA!" pekik Kayleen.

"Mulai dah nih. Malah masih pagi," gerutu Zico.

"Suara lo berisik bego," ujar Nathan pada Kayleen.

"Yaudah lo kalau gak mau gue berisik gak usah bikin ribut."

"Siapa yang ribut? Gue cuman nonjok Arvin kok."

Kayleen natap datar Nathan. "Nath"

"Ya cinta?"

"Gue muak sama Lo."

"Nancep banget Nath," saut Vigo teman sekelasnya.

"Key mah suka gitu ih."

"GUYS, ADA MURID BARU YANG UDAH LAMA!" Pekik Nisa.

"Murid baru udah lama gimana maksud lo Nis?"

"Maksudnya murid barunya dulu sekul disini terus pindah ke luar terus pindah lagi kesini."

"Owalah."

Arvin menghela nafas lalu berjalan mendekati Nathan. "Tadi malam, Kara di rumah ya?" Ujarnya pelan.

Nathan memutar bola matanya. "Halu Lo," ujarnya bohong.

Arvin mengangguk lirih. "Kenapa gue ada di rumah Kara?"

Nathan mendelik. "Mau bapak lo tau lo kobam gitu?"

Arvin kembali menghela nafas berat dan duduk di kursi guru sambil memandang lapangan lewat pintu yang terbuka lebar. Lama ia termenung sampai ia tersentak ketika tiba tiba rambutnya di tarik seseorang.

Arvin mendongak sinis, lalu mendatarkan wajahnya ketika tau siapa pelakunya.

"Gue gak mau ribut Key."

Kayleen mengangkat bahu acuh lalu mengambil kursi untuk duduk di sebrang Arvin. Kayleen menatap penampilan Arvin. Kantung mata hitam, mata merah rambut acak acakan.

"Lo jadi cowok sedih amat."

"Udah kejebak friendzone."

"Doi di rebut orang lain."

"Sekarang lo diem aja."

Kayleen menggeleng miris.

Arvin menghembuskan nafas. "Seneng kan Lo liat gue menderita," gumamnya.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang