🌜13 - Maaf🌛

2.3K 175 16
                                    


.
.
.

Kara turun dari motor Arvin setibanya mereka di parkiran sekolah. Arvin menerima helm yang di berikan Kara lalu meletakkannya pada tangki motor. Ia merapikan rambut Kara yang sedikit berantakan.

"Sana duluan!" Kata Arvin.

Kening Kara mengkerut lalu memiringkan kepalanya ke kanan. "Kenapa? Mau bolos lagi ya lo?!"

"Enggak elah, ada urusan negara." jawab Arvin.

"OI KARA!" Kara dan Arvin sama sama menoleh ketika sebuah suara meneriakan nama Kara. Dan disana terpampang sosok Dinda dan Hessy yang sedang melambaikan tangan pada Kara.

"Kuy lah bareng," kata Hessy.

"Udah sana sama mereka dulu," kata Arvin.

"Tapi awas lo ya kalau ketauan bolos!" Ancam Kara pada Arvin.

"Iya bawel!" Geram Arvin mencubit pipi Kara.

"Sakit!"

"Yailah, dari tadi kita nungguin kalian gak selesai selesai nih. Keburu lumutan si Hessy," kesal Dinda.

"Kok jadi ke gue," saut Hessy.

Kara pun menghampiri Dinda dan Hessy untuk ke kelas bersama. Namun saat berjalan Kara masih sangat penasaran dengan 'urusan negara' yang di maksud Arvin.

"Kenapa kar?" Tanya Dinda.

"Gak papa sih, cuman penasaran aja sama urusan Arvin. Katanya ada urusan negara. Sejak kapan Arvin jadi suka politik?" Tanya Kara dengan polosnya.

Dinda pun tampak berpikir, hingga ide di kepalanya mendadak muncul. Hessy yang melihat raut wajah Dinda pun perasaannya menjadi tidak enak.

"Gue punya ide, ngehehe."

Kara menatap Dinda. "Apa?"

"Kalau mau tau kenapa gak ngintip aja," seru Dinda.

"Mager gue astaghfirullah," kata Hessy malas.

"Yaudah kalau gak mau ikut, gue sama Kara aja. Yuk ah Kar, kita jadi detektif." Dinda menarik lengan Kara untuk mengikutinya. Dan Hessy hanya menghela nafasnya, lalu juga mengikuti mereka dengan langkah malas.

Kara dan Dinda tampak mengintip Arvin dari balik pohon besar. Lalu di ikuti Hessy yang mempertahankan raut wajah malasnya.

"Eh lo minggiran sini, ntar ketauan goblok," kata Dinda menarik Hessy untuk bersembunyi di belakangnya.

Mereka melihat dari balik pohon itu Zico dan Nathan baru saja datang ke sekolah dengan motornya masing masing.

Zico dan Nathan tampak bertos ria dengan Arvin. Memang sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Tapi seketika mata mereka memicing ketika Zico mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Zico memberikan Sebuah kotak dan kantong plastik kepada Arvin. Kara semakin bingung, Arvin tampak sumringah ketika menerima barang itu.

"Zico ngasih apaan yak?" Guman Dinda.

"Gue juga penasaran," saut Kara. Sedangkan Hessy tampak tak menyimak sama sekali.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang