Warning typo!! 2000+ words
Happy reading 💜.
.
."Karamel!! Cepat, nanti telat lagi gue yang lo salahin!" Arvin berujar dengan nada malasnya.
"Iya bentar!" Dari lantai bawah Arvin melihat Kara keluar dari kamarnya sedikit buru buru lalu berlari kecil ke arah tangga.
"Jangan lari lari, gak ada yang ngejer lo!"
"Ck, tadi nyuruh cepet."
"Gak pake lari."
Kara berdecak kemudian mengambil tas nya yang berada di sofa lalu beranjak mengikuti Arvin keluar.
"Nanti pulang bang Varo yang jemput ya," kata Arvin tiba tiba sambil memakaikan Kara helm nya.
"Kenapa?"
"Kemarin ada cewek nembak gue. Dia minta gue nemenin dia ke toko buku."
"Jadi kalian pacaran?" Tanya Kara.
Arvin mengangguk malas. Lalu naik ke motor nya diikuti oleh Kara.
Perlu kalian ketahui. Arvin itu sedikit playboy. Kara tentu saja tau itu. Arvin itu tipe pacaran yang mengikuti mood. Dia akan pacaran jika ada cewek yang menembaknya. Itu pun kalau mood nya sedang bagus, baru akan ia terima. Walau begitu, ia hanya berpacaran paling lama tidak lebih dari satu bulan.
Alasannya?
Tentu saja keberadaan Kara yang selalu menjadi prioritas Arvin.
Kara sendiri pun tidak pernah merasa keberatan jika Arvin berpacaran. Yang terpenting Kara masih boleh di dekat Arvin itu sudah cukup baginya.
"Vin, pacar lo yang mana lagi?" Tanya Kara.
"APA??" Teriak Arvin karna tidak dengar dengan perkataan Kara.
Kara mencondongkan tubuhnya ke depan agar lebih dekat dengan Arvin.
"PACAR LO YANG MANA?" Balas Kara berteriak.
"GUE LUPA! KAYAK ADA KEY KEY NYA GITU!!"
Kara hanya menggeleng geleng kan kepala nya melihat sifat Arvin yang satu ini.
Sampai di sekolah Kara terlebih dahulu turun dari atas motor. Ia melepaskan helm nya lalu diberikan ke Arvin kembali.
"Diluan masuk, gue ada urusan," Kata Arvin.
Kara mengangkat satu alisnya.
"Mau bolos ya lo?"
"Enggak udah, ntar istirahat gue samperin." Kata Arvin lalu berlalu dengan motornya.
Sepeninggalan Arvin, Kara juga beranjak pergi ke kelas nya. Namun saat berada di koridor yang masih sepi, tiba tiba tiga orang perempuan mendekatinya. Entahlah, Kara juga tidak bisa mengira mereka mendekati dirinya. Karna Kara juga tidak mengenal mereka.
"Permisi," ujar Kara saat tiga cewek itu berdiri di depannya.
Namun tiba tiba tubuh Kara di dorong kebelakang oleh salah satu cewek itu.
"Maksud lo apa?" Tanya Kara yang mencoba untuk tidak menyulut emosi nya.
"Kenapa!! Mau ngadu sama Arvin lo itu?" Kata cewek yang mendorong Kara tadi, dia Salsa. Murid yang juga satu angkatan dengan Kara.
"Gue gak mau cari masalah sama lo. Jadi tolong jangan ganggu gue" kata Kara.
Salsa kembali mendorong Kara saat Kara ingin berjalan melewatinya. Kara bahkan hampir melepaskan emosi nya kalau saja Salsa tidak bersuara terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...