Yok komen yok
.
.Saat ini mereka tengah sibuk mempersiapkan acara barbeque yang di adakan di halaman belakang rumah Arvin. Vio dan Dinda sibuk dengan daging dan sosisnya, di sebelah Dinda ada Zico yang terus menggoda keduanya, Mengatakan bahwa Dinda sudah pantas jadi ibu rumah tangga hanya dengan memanggang daging. Sedangkan Lia tengah menggelar karpet di rumput dibantu Hessy yang meletakkan beberapa bantal sofa. Alan juga tampak berbincang dengan papa Rangga.
Nathan dan Kayleen belum terlihat, mungkin sedikit telat.
Di sisi lain Kara hanya bisa duduk termenung di gazebo seraya melihat yang lain melakukan kegiatan yang menurutnya menyenangkan. Ia ingin sekali ikut memanggang daging. Tapi apa daya ia yang harus menuruti perintah Arvin untuk duduk manis selagi pria itu membantu Varo dan Alan memasang infocus. Rencananya mereka akan menonton film bersama.Memang sejak kejadian tadi siang, Arvin memutuskan menyudahi perang dinginnya. Lagi pula ia pun tak betah bermusuhan dengan Kara. Gadis itu pun menjadi lebih penurut, entah karena ingin atau takut Arvin kembali marah.
Kara semaksimal mungkin menjadi gadis penurut.
"Hai Ra!"
Kara tersenyum senang saat melihat Kayleen akhirnya datang.
"Hai juga Key," balasnya riang.
"Gimana kakinya? Masih sakit?" Tanya Kayleen. Tampaknya gadis itu sudah di ceritakan oleh Nathan.
Kara mengangguk seraya tersenyum. "Udah baikan kok."
"Lagian Lo juga, demen banget celaka. Baru juga sembuh koma," ujar Kayleen yang dibalas kekehan Kara.
"Oh iya Arvin tadi kasih gue catatan pelajaran. Katanya Lo juga bantuin. makasih ya Key, gak ada Lo gak tau lagi gimana gue belajar buat ujian nanti," kata Kara penuh haru menatap Kayleen.
"Santai aja. Lagian itu inisiatif Arvin sendiri kok, gue cuman bantu dikit doang. Dia yang sibuk pinjam catatan kelas Lo sana sini."
"Lo beruntung Kar, punya temen hidup kayak Arvin. Dari kalian kecil sampai sekarang, dia perduli banget sama Lo, bahkan dari sudut pandang gue dia jadiin Lo sebagai prioritasnya. Meskipun terkadang dia ngeselin sih," ujar Kayleen dengan nada malas di akhir kalimat.
Kara tersenyum sendu, menatap Arvin yang tengah berbincang dengan Varo.
'gue memang beruntung'
"Eh KEY! SINIAN BANTU GUE!" Pekik Nathan.
Kayleen berdecak. "Tu anak emang gak bisa biarin gue tenang." Gumamnya, lalu beranjak dengan langkah malas mendekati Nathan.
Kara terkekeh, lalu pandangannya beralih pada Arvin yang kini tengah berjalan ke arahnya.
"Masih sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Roman pour Adolescents[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...