Jangan lupa vote dan comment
Happy reading 💜.
.
.Kara sudah bangun dini hari tadi. Hari ini hari libur. Seperti kebiasaan nya ia akan berolahraga sejenak. Beruntung ketika ia membuka mata ia masih menjadi Kara bukan Alter yang lain.
Ia turun dari kamar nya setelah bersiap siap, tak lama Lia pun juga sudah bangun dan segara turun menyusul Kara untuk membuat sarapan.
"Kamu mau langsung pergi Kar?" Tanya Lia sambil meletakkan sarapan di meja makan.
Kara menoleh kebelakang seraya mengikat tali sepatunya. "Iya kak, kakak duluan aja sarapannya."
Lia menghentikan kegiatannya sejenak, lalu menatap punggung Kara. Ia menghela nafas sejenak. "Kamu nanti jadi ke rumah sakit?"
Kegiatan Kara mengikat sepatunya pun turut berhenti ketika mendengar pertanyaan Lia. Lalu sesaat kemudian ia mulai seperti biasa. "Iya, aku bisa pergi sama Arvin."
Selesai dengan sepatunya, Kara berdiri bersiap siap untuk pergi. "Kalau gitu aku pergi."
"Hati hati Ra."
Kara mengangguk lalu keluar dari rumahnya. Ia melirik rumah Arvin saat ia sudah berada di jalan komplek. seperti biasa, masih sangat sepi di pagi hari.
Kara mulai berlari kecil di area komplek nya. Sesekali juga menyapa tetangga nya yang juga berolahraga. Masih belum setengah jam ia berlari, tapi sudah terasa lelah. Sampai dimana ia berhenti sejenak di taman kompleknya untuk beristirahat.
Kara berjalan ke arah bangku taman yang kosong, lalu meneguk minumannya yang sengaja ia bawa. Sambil ia meneguk minumannya, pandangannya juga turut beralih. Dan saat itu juga pandangannya terkunci pada seseorang yang tengah berlari kecil dengan earphone yang di pakainya.
"Alan!"
Kara bersungut ketika Alan tidak merespon teriakannya. Kara memilih untuk ikut berlari menyusul Alan.
"Alan!" Pekiknya lagi.
Kara mengernyitkan dahinya ketika tidak mendapat respon juga dari Alan. Apa volume music nya sangat keras?
Kara berdecak lalu berlari lebih cepat untuk menyusul Alan. Kara menarik lengan Alan ketika dirinya tepat berada di belakang Alan.
"Kara?"
Alan melepaskan earphone yang di pakainya. Nafas Kara tersengal, dirinya pun berusaha mengatur nafasnya kembali normal.
"Kamu- gak denger aku teriak panggil kamu ya?"
Alan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum kikuk. "Aahh- itu, aku beneran gak dengar. Maaf ya?"
Kara memutar bola matanya lalu mengangguk manggut. "Kamu udah jogging dari tadi?" Tanya Kara
Alan mengangguk lengkap dengan senyum manisnya. "Iya, udah sekitar satu jam."
Kara ber'oh' ria lalu menggerutu pelan. "Kuat juga, gue yang belum setengah jam aja udah ngos ngosan." gumamnya.
Alan terkekeh, ia bisa mendengar gerutuan Kara itu. Ia mengusak rambut Kara. "Mau jogging bareng?"
Kara menatap Alan lalu menggeleng dengan polos. Alan menaikkan sebelah alisnya. "So?"
"Kita duduk aja. Udah lama gak ngobrol berdua."
Alan terdiam sebentar, kemudian mengangguk menyetujui perkataan Kara. Mereka menduduki bangku yang tadi Kara duduki. Sejenak mereka hanya diam seraya memandang orang orang yang juga tampak jogging.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...