***
Revan menghela nafas lagi dan lagi. Matanya melirik ke bawah, menatap tangannya yang di genggam erat dan di ayun-ayunkan. Semua itu ulah Melody.
Kepribadian satu itu muncul saat bangun tadi. Melody langsung merengek meminta Revan untuk pergi ke Timezone seperti saat pertama kali Melody bertemu Revan.
Awalnya Revan tak ingin mengabulkannya. Tapi Melody langsung mengamuk dan menangis, apalagi Tante Sarah juga menyuruh Revan untuk menuruti saja.
Dan disini lah Revan. Duduk di antara Orang tua seraya menahan malu, melihat Melody menaiki komedi putar bersama anak anak lain.
Wahana itu berhenti, Melody turun seraya melambaikan tangan pada anak anak lain. Revan menghela nafas, berdiri menghampiri Melody.
"Udah, janji nya tadi setengah jam doang,", ujarnya mengelap keringat di kening Melody.
Melody mengangguk. "Tapi Mel mau yang kayak gitu dulu." Ia menunjuk minuman yang dipegang salah satu anak kecil.
"Oke, pegangan."
Melody menggenggam erat tangan Revan yang terlihat besar. Setelah membeli minuman yang Melody mau, mereka kembali ke mobil.
"Kok Lo gak nyari nyari Arvin?" tanya Revan yang sedari tadi penasaran.
Melody merungut, bibirnya melengkung kebawah seraya memeluk lengan Revan. "Mel sedih, Vino jahat, Vino bentak bentak, Vino pergi. Mel gak suka, Mel mau jauh jauh aja."
Revan memperhatikan Melody yang tampak murung. Pikirannya berkelana tentang informasi yang di berikan tante sarah.
"Dia pernah jadi korban penculikan. Dia hampir jadi korban bisnis ilegal jual beli organ manusia. Tante tak tau bagaimana cara mereka menyelamatkan Kara, walaupun Kara selamat pasti Kara juga mengalami syok berat, ia lihat kejadian yang seharusnya tak dia lihat di usianya yang baru sebelas tahun, di tambah beberapa luka lebam ia dapat dari penculik."
"Abang!"
Revan tersentak kembali tersadar dengan pekikan Melody.
"Kenapa?"
"Mel mau Abang Varo, Mel kangen."
Revan mendengus. "Gak boleh."
"Aaaaaa mau Abang Varo!" rengek Melody.
Revan menatap datar Melody. Namun saat melihat Melody bersiap menangis ia langsung menghela nafas. "Oke."
Melody tersenyum sumringah. Mereka pun lekas pergi ke rumah sakit yang memang tak jauh dari Varo di rawat.
Melody mengintip ruangan Varo. Bibirnya tertarik ke atas ketika mendapati tidak ada siapapun di ruangan itu selain Varo yang masih terbaring lemah.
"Gue tunggu disini."
Melody menoleh ke Revan. "Kenapa?" Tanyanya.
"Males. Ntar kalau gue ketuk pintu langsung keluar, paham ga?"
Melody mengangguk dan langsung masuk ke kamar Varo.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...