.
.
.Kali ini Kara benar benar dia buat bingung Arvin. Benar benar bingung. Pasalnya sedari tadi Arvin selalu saja mendiami nya. Bahkan Arvin mendiaminya sejak istirahat pertama dan sampai pulang sekolah saat ini.
"Arvin kenapa sih dari tadi kok diam aja?" Tanya Kara saat mereka sedang berada di ruang keluarga. Arvin sedang bermain PS. Dan di sana juga ada Varo yang sedang berbaring di bed sofa sambil bermain Handphone.
Varo sedikit melirik kedua insan di sana. Tampak Kara yang selalu di cueki Arvin yang sedang bermain PS.
What happen? Pikirnya.
"Vino" Tetap tidak di gubris oleh Arvin.
"Ar--Uhukk Uhukk"
'Brakk'
Kara kaget ketika Arvin tiba tiba membanting PS nya lalu menuju dapur dengan tergesa gesa. Varo yang menyadari nya pun hanya memantau dari bed sofa. Ia menaikan sebelah alisnya saat Arvin kembali dengan segelas air putih dan obat batuk.
"Cepet minum." titah Arvin pada Kara.
"Untuk apa?"
"Biar lo gak bisa ngomong lagi." Kara melotot lalu meninju lengan Arvin.
"Apaan sih Vin."
"Udah minum aja."
"Gak mau."
"Ra!" Arvin menatap Kara dengan tatapan tajam nan memaksa. Tapi walau begitu tak membuat Kara takut.
"Bilang dulu gue ada salah apa?"
"Salah apa?"
"Dari tadi lo diemin gue."
"Enggak."
"Iya ih!"
Arvin menuangkan obat batuk sirup itu ke sendok lalu menyodorkannya pada Kara.
"Cepet minum."
"Tapi jangan di diemin lagi," kata Kara.
"Arvin!" Teriak Kara saat Arvin sama sekali tak menyahutinya.
"Iya elah bacot amat lu," jawab Arvin yang membuat Kara cemberut setengah senang.
Terpaksa Kara meminum obat dengan Arvin yang membantu memegang sendok nya.
"Nanti jadikan anterin gue ke cafe?"
"He'em," jawab Arvin sambil mengemas Obat itu. Dirinya masih menyimpan rasa kesal pada Kara atas insiden dia yang di cueki oleh Kara hanya karna Alan. Kekanakan memang.
"Arvin katanya gak cuekin gue lagi!"
"Iya sayang gue temenin, cerewet amat sih nenek lampir," kata Arvin mencubit gemas pipi Kara.
Varo yang melihat interaksi mereka hanya geleng geleng kepala saja lalu berlanjut fokus pada HP nya.
"Kerumah Alan yuk"
Dan kedua kali nya mood Arvin yang sudah bagus harus hancur dalam hitungan detik. Senyum yang tadi muncul sirna dalam hitungan detik pula.
"Bodo amat, pergi aja sendiri" kata Arvin lalu beranjak ke kamarnya. Meninggalkan Kara yang bingung dengan tingkah Arvin hari ini.
"Kenapa lagi?" Tanya Kara pada dirinya sendiri.
Dan untuk kesekian kali nya Varo yang sedari tadi hanya menjadi penonton hanya menggeleng geleng kan kepalanya.
'Dasar bocah' batin Varo
***
Sekarang Kara sudah berada di area cafe untuk mereka nge-band. Ya Kara memang punya band bernama Neon. Nama itu di usulkan oleh Mark, mereka hanya menyetujuinya saja karna pemikiran mereka juga sedang buntu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...