Maap ya kalau part ini gaje atau ada typo nya.Happy reading 💜
.
.
.Kara mengerjapkan matanya, jam beker di nakasnya sudah berbunyi nyaring sejak lima menit yang lalu, tapi ia masih enggan untuk membuka matanya karna masih terlalu nyaman berada di tempat tidurnya dengan guling yang sangat nyaman di peluk. Namun ketika sadar kalau hari ini ia masih harus bersekolah, mau tak mau Kara membuka matanya.
Awalnya masih biasa saja, pandangannya masih kabur. Tapi ketika pandangannya terlihat jelas, Kara di buat kaget setengah mati.
"HWAAAAAA!!" Pekik Kara.
BRUGH
"Anjer!"
Kara beringsut duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya di tempat tidur. Ia mendelik menatap Arvin yang sudah tersungkur ke bawah tempat tidur, tentu dengan posisi yang sangat tidak elit.
"LO NGAPAIN TIDUR DISINI PINO!"
Arvin berdiri sambil mengusap bokong dan lengannya, Kara benar benar kuat mendorongnya.
"Apasih pagi pagi berisik banget?. Pantat gue sakit nih kena lantai, ntar kalau ada apa apa gimana. Lo mau asuransiin?" Omel Arvin yang tentu saja tak di indahkan Kara.
"Lo yang sialan, ngapain tidur disini? Bikin kaget aja," sewot Kara tak mau kalah.
"Yeuu, lagian lo yang minta gue temenin lo tidur kok," ujar Arvin bohong.
Kara mengerutkan dahinya. "Kapan? Gak ah! Bohong!"
"Iya ih, lo aja yang gak inget. Udah! Lo mending mandi sana, udah jam berapa nih? Jangan lupa siapin gue sarapan kayak biasa. Pokoknya gue balik ke sini di meja udah ada nasi goreng kayak biasa oke?" Arvin mengedipkan sebelah matanya di akhir kalimat, lalu dengan cepat ia keluar dari kamar Kara sebelum Kara mengamuk lebih jauh lagi.
***
Kara dan Arvin turun dari mobil ketika sampai di parkiran sekolah. Dalam perjalanan tadi Kara merasa bingung dengan sikap Arvin, tak biasanya ia hanya diam dan seperti terlihat gelisah. Ketika Kara mengajak berbicara pun hanya di balas dengan anggukan dan gelengan saja.
Kara terperanjat ketika merasakan tangannya di genggam, matanya langsung menatap Arvin. "Jangan jauh jauh dari gue," ujar Arvin serius.
Kara terdiam dengan berbagai perasaan yang bercampur dalam dirinya. Sesaat kemudian ia mencoba untuk menguasai dirinya kembali.
"Kenapa? Kayaknya gak mau banget kehilangan gue" goda Kara, padahal perasaannya sudah tidak enak dari tadi.
Arvin tak menyangkal maupun menjawab godaan Kara seperti biasanya, ia malah mengeratkan genggamannya dan langsung berjalan. Sungguh perasaan Kara semakin tidak enak.
Mereka berhenti tepat di depan pintu kelas Kara. Kara menoleh menghadap Arvin.
"Jangan keluar dari kelas sebelum gue jemput, jam istirahat kalau lo keluar duluan langsung ke taman belakang" kata Arvin.
Kara mengerutkan dahi. "Kenapa sih? Kok lo aneh."
Arvin tersenyum lalu mengacak rambut Kara. "Gak papa. Belajar yang bener, gak ada yang nyontekin gue kalau lo bodoh," kata Arvin.
Kara tersenyum hingga matanya membentuk bulan sabit. Walau ingin sekali ia menjawab 'kita beda kelas Vin', ia tetap tersenyum menanggapinya. Ia tak ingin menghancurkan moment ini, meskipun Arvin sudah berulang kali melakukan ini.
Kara memasuki kelasnya, sedangkan entah kenapa Arvin tetap diam memandang Kara dari belakang.
"Kara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...