.
.
.
"So, lo gak mau kasih tau gue masalah kalian," ujar Varo yang kini tengah duduk di atas brankar nya sambil mengupas kulit jeruk, sedangkan di sebrangnya Arvin tengah duduk di sofa sambil memainkan Hp dan tak menghiraukan Varo.Ini sudah dua hari setelah kejadian di UKS kemarin. Arvin tak bisa melihat keberadaan Kara karna memang sedang weekend. Semenjak Varo lebih baik juga Varo semakin cerewet menanyakan masalah Kara dan dirinya. Meski begitu Varo juga yang membantu Arvin mencari alasan jika pertanyaan yang sama keluar dari mulut Papanya Rangga. Ck munafik tapi menguntungkan Arvin.
"Lo bisu heh!" Geram Varo dan melempar kulit jeruk ke arah Arvin.
Arvin berdecak. "Shut of fucking up. Leher lo bisa patah kalau ngomong terus."
"Kalau gue tau masalahnya, jangan harap badan lo bisa aman," ancam Varo.
"Sebelum itu gue pastiin udah buat lo koma lagi," balas Arvin.
"You jerk."
"I am."
Tok tok
Mereka serempak menoleh ketika pintu di ketuk, tak lama terlihat kepala seorang perempuan.
"Vio."
Perempuan itu menganga kecil melihat keadaan Varo.
"Aku kira temen temen cuman bercanda, ternyata kamu beneran disini," ujarnya dengan raut polos alami.
Arvin tampak tak mau ikut campur, ia butuh ketenangan saat ini. Jadi dari pada hanya mengganggu pasangan yang tidak tau statusnya ini lebih baik Arvin pergi dari sini. Toh ada perempuan ini yang bisa menjaga Varo.
Arvin bangkit dari duduknya tampak menghampiri Vio. "Tolong jagain si brengsek ini. Dia rapuh karna kaki kanannya patah, tapi kalau dia macam macam, lo bisa matahin kaki kirinya," ujar Arvin santai lalu melewati gadis itu untuk keluar.
Sedangkan Varo mengumpati Arvin yang sudah lenyap dari pandangannya.
***
Arvin memasuki club di depannya. Dalam hati ia sudah menertawai diri sendiri karna sudah seputus asa itu memikirkan masalahnya dengan Kara. Tapi apa boleh buat, Arvin tak bisa menahannya lagi, paling tidak ia ingin melupakan semuanya untuk sementara. Tentu dengan pemikiran bodohnya bahwa dengan ke club bisa membawanya lari dari masalah.
Arvin berjalan memasuki lebih dalam club itu. Sosoknya di lirik banyak perempuan karna auranya yang memikat, di tambah Arvin tak pernah terlihat di club itu. Meski begitu Arvin tak memperdulikan tatapan tatapan menjijikan para wanita disana. Ia lebih memilih duduk di bar.
"Arvin!"
Arvin mendongak, menatap sosok pria yang ia kenal. "Yo man," balasnya datar tanpa minat.
Leon -orang yang menyapanya tadi- menatap Arvin bingung, pasalnya baru kali ini ia melihat Arvin singgah di Clubnya, dengan wajah suram pula. Fyi, Leon adalah teman sepergengan Arvin dalam dunia balap. Mereka akrab di arena balap, dan dia adalah seorang mahasiswa semester dua, sama dengan Varo.
"Gak biasanya lo kesini. What's wrong?" Tanya Leon mengambil posisi duduk di depan Arvin dan hanya di batas meja bar.
"Gua mau minum," ujar Arvin mengabaikan pertanyaan Leon.
"Mau minum jus apa?"
"Give me alcohol."
Leon menganga. "Are you serious?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...