.
.
.***
"Kita kemana?"
"Nanti juga tau" jawab Revan dengan pandangan fokus ke jalanan.
Nadine yang masih menguasai tubuh Kara ini mendengus. "Turunin gue!"
"Nggak sekarang," saut Revan santai. Berusaha untuk tidak emosi dengan sikap pemberontak Nadine.
Nadine pun tak lagi bersuara. Lebih memilih untuk diam sambil memandang jalanan lewat jendela mobil.
Revan membawanya ke mall. Ia memarkirkan mobilnya. Ia menoleh dan mendapati Nadine masih diam tanpa bergerak sedikit pun seperti patung. Sial, kenapa Revan membawanya ke tempat menjijikan ini.
"Kara."
"Gue Nadine," ketusnya.
Revan memejamkan matanya, mencoba menahan emosi. Ia mengambil dua hoodie di jok belakang, lalu melemparkan satunya pada Nadine.
"Pakai."
"Tidak."
Revan keluar dari mobil nya, lalu berjalan ke samping pintu penumpang. Ia membuka kan pintu mobil nya untuk Nadine. Mau tak mau Nadine keluar dengan raut wajah datarnya. Revan mengambil hoodie yang ada di jok lalu langsung memakaikan nya pada Nadine. Nadine tentu saja memberontak, dan tak membiarkan Revan memakaikan nya hoodie itu.
Nadine menginjak kaki Revan. "Ahhkk." Revan meringis sakit ketika kakinya di injak dengan kuatnya. Namun dengan sigapnya ia langsung menarik pinggang Nadine yang hendak kabur. Nadine spontan berbalik hingga menubruk dada Revan.
"Jangan coba coba pergi," bisik Revan tepat di telinga Nadine.
Lagi lagi Nadine hanya diam tanpa adanya pemberontakan, padahal ia pun sadar bahwa jaraknya dengan Revan sangat dekat. Bahkan ia bisa merasakan hembusan nafas Revan. Lalu kenapa ia hanya diam??
Melihat Nadine menjadi diam, Revan tak menyianyiakan kesempatannya. Revan menunduk melihat hoodie Nadine yang belum terpasang sempurna. Kedua tangan Nadine belum di masukkan ke lengan hoodie. Dengan perlahan Revan memasangkan Hoodie nya dengan benar. Tanpa adanya perlawanan dari Nadine.
Revan menatap lekat Nadine sambil menyisir rambut Nadine dengan jarinya. "Mulai sekarang jangan berontak lagi, gak ada yang terluka kalau lo nurut," kata Revan jauh lebih lembut dari sebelumnya.
Revan menarik Nadine memasuki mall. Nadine yang menguasai tubuh Kara pun sedari tadi hanya diam.
Nadine mengernyitkan dahi saat sadar Revan membawanya ke Timezone.
"Why??" Tanya Revan.
"Kenapa Lo bawa gue ke tempat ini?!"
Revan mengangkat bahunya acuh. "Refreshing, maybe," jawabnya padahal di balik itu ada maksud tertentu.
Nadine menatap datar Reva. "Im 19 years old."
Revan merotasi kan bola matanya. Apakah dia tak sadar kalau ia hanya menumpang pada tubuh Kara.
"Gak ada larangan."
Revan menarik nya kembali. Ia memainkan tombol untuk mengambil boneka disana.
Nadine ingin kembali mencela, namun tiba tiba kepalanya kembali pusing. "Ssttt"
Revan mengernyitkan dahinya, lalu memegang bahu Nadine. "Nad, lo gak papa?"
"Shit! Lo sengaja kan!"
Revan membawa Nadine untuk duduk di bangku. Ia menyandarkan kepala Nadine pada bahunya. Nadine masih meringis pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Roman pour Adolescents[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...