🌜15 - Alan🌛

1.9K 155 7
                                    

Ini moment nya Kara sama Alan ya btw

Happy reading❤

.
.
.

Dari perjalanan hingga kembali ke rumah, Arvin sama sekali tidak mengeluarkan suara. Terkecuali ketika ia pamit dari rumah Kara dengan alasan ingin mandi. Kara sadar sejak kejadian mereka bertemu Revan di supermarket suasana berubah dingin. Dirinya sibuk memikirkan berbagai teori tentang Arvin yang mendadak menjadi pendiam.

Jika Arvin menjadi pendiam karna marah soal Kara memanjat pohon Jambu sepertinya itu alasan yang salah. Karna bisa Kara pastikan ketika di perjalanan atau di rumah Arvin pasti sudah menginterogasinya.

"Arvin mana dek?" Tanya Lia menghampiri Kara.

"Pulang kak, katanya mau mandi." jawab Kara. Lia menganggukkan kepalanya, lalu membantu Kara merapikan barang belanjaan.

"Kak Lia kok tiba tiba kesini?" Tanya Kara di sela sela kegiatan mereka.

"Ya emang tiap bulan kok kakak ngunjungi kamu. Kenapa? Gak suka kalau kakak dateng?!" Tanya Lia melirik sinis Kara.

"Apaan sih kak! Maksud aku tuh, awal bulan kan kakak udah kesini, sekarang masih akhir bulan. Emang kakak gak sibuk? Kerjaannya gimana?" Geram Kara.

"Udahlah gak usah di pikirin. Mending bantu kakak masak aja. Kamu udah banyak belajar masak belum?" Tanya Lia.

Kara mengangguk dengan senyum tipis. "Udah kok. Aku kan kalau kosong selalu masak sama bi Estu."

Lia tersenyum lalu menepuk nepuk pucuk kepala Kara. "Yaudah, bantu Kak Lia masak bisa berarti. Oh iya! Ntar sekalian bagiin deh ke Alan," kata Lia.

Kara tersentak memandang Lia. "Loh kakak udah ketemu? masih kenal ya?"

"Masih dong. Anak alim kayak gitu, cakep lagi."

Kara terkekeh mendengar perkataan Lia, lalu bangkit dari duduk nya untuk membantu Lia masak.

"Tumben si Arvin gak balik balik kesini," kata Lia yang masih fokus ke masakannya.

Kara hanya diam sambil mengiris bawang bombay. Walaupun pikirannya melayang entah kemana.

Ada apa lagi dengan Arvin nya?

Selesai dengan masakannya Kara menata sebagian makanannya di rantang untuk di bagikan ke rumah Alan.

"Kak Lia, aku pergi ke tempat Alan."

"Sipp."

Kara memencet bell rumah Alan. "Assalamu'alaikum."

"Walaikumsallam, eh Kara. Sini nak masuk," sambut Bunda Reta - Bundanya Alan.

"Iya bun. Ini Kara mau ngasih makanan dikit, tadi masak sama kak Lia juga."

"Lia disini ya? Bunda udah lama gak liat dia, udah nikah belum?" Tanya Reta.

"Belum bun, orang cerewet gitu susah dapet jodoh." Reta tertawa mendengar jawaban Kara

"kamu juga cerewet loh Kara."

"Enggak kok bun," elak Kara.

"Alan sama Vany mana bun?" Tanya Kara.

"Vany tadi di bawa sama ayah nya jalan jalan. Alan ada tuh di kamarnya, kamu masuk aja sana."

Kara tersenyum seraya mengangguk, lalu ia melangkahkan kaki nya naik ke atas tangga untuk ke kamar Alan.

"Alan." tidak ada sautan dari dalam kamar.

Kara membuka sedikit pintu kamar Alan yang tidak terkunci, lalu mengintipnya.

Tidak ada Alan disana. Langsung saja ia masuk ke dalam kamar Alan untuk melihat lihat. Dirinya tersenyum ketika melihat foto nya bersama dengan Alan dan Arvin di meja belajar Alan. Namun ketika ia sedang melihat lihat tiba tiba terdengar pintu yang terbuka.

'Ceklek'

"AAAAAAA--mphhh!!"

"Alan kenapa sih!" Bentak Kara ketika Alan malah berteriak ketika melihatnya.

Bagaimana tidak! Alan keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana tanpa atasan dan tiba tiba melihat Kara di kamarnya membuat nya kaget. Jika kebanyakan perempuan akan berteriak dan menutup mata jika melihatnya, lain hal nya dengan Kara, ia yang melihat Alan dalam keadaan begitu bahkan tidak berekspresi sedikitpun, matanya berkedip kedip seperti orang polos.

"K-kamu ngapain kesini?" Tanya Alan.

"Ketemu kamu lah, tadinya sih mau main sama Vany. Tapi kata Bunda dia pergi," kata Kara lalu berjalan lunglai ke ranjang Alan dan membaringkan tubuhnya disana.

Sedangkan Alan sibuk memilah baju nya untuk di pakai.

"Arvin kemana memang nya?" Tanya Alan yang sudah memakai kaos hitam.

Alan menghampiri Kara lalu berbaring tengkurap di samping Kara. "Gak tau tuh, dia bikin sebel mulu kerjaannya," jawab Kara merungut.

"Kenapa lagi?"

"Tadi ketemu orang yang namanya Revan, terus tiba tiba jadi pendiam," kata Kara.

"Kamu kenal dengan Revan?" Tanya Alan.

Kara berbaring menyamping menghadap Alan, ia mengangguk lalu kemudian menggeleng. Alan mencubit gemas hidung Kara. "Jadi mana yang benar?"

"Aku gak kenal dia, tapi dia pernah aku suruh nangkep aku pas mau turun dari pohon jambu di sekolah," kata kara lalu menyengir.

"Dia gendong kamu gitu?"

"Iya gitu."

"Berarti meluk?!!" Sentak Alan tak percaya.

Kara menatap Alan dengan bingung "y-ya gitu."

Alan menghembuskan nafasnya melihat tingkah Kara. Menurutnya Kara terlalu menyamakan perilakunya terhadap perempuan dan laki laki. Alan jadi takut Kara jadi mudah di manfaatkan oleh orang.

"Kara."

Kara menoleh ke Alan lalu sedetik kemudian pinggang nya di tarik oleh Alan hingga jarak di antara mereka menipis.

Alan menatap Kara yang tampak tersentak. Tapi Alan terjebak dalam permainan nya sendiri, ia malah menatap manik Kara lebih dalam. Manik yang sudah bertahun tahun tidak terlihat. Manik seseorang yang pernah ia tinggalkan. Dan manik itu masih terlihat indah baginya.

"Alan, pinggang aku nyeri kamu gituin," kata Kara tiba tiba membuat Alan tersadar, lalu menjauhkan posisi mereka kembali dengan suasana canggung. Walau hanya Alan yang merasakan.

Alan mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur. Ia mengacak acak rambut nya lalu menatap Kara yang masih berbaring sambil menatapnya.

"Kara, aku ngelarang perilaku kamu ke Arvin dan aku di samakan ke orang lain," kata Alan menunjuk wajah Kara.

Kara menaikan sebelah alisnya "Vino juga bilang kayak gitu," sungut Kara.

"Kamu pernah meluk orang?"

"Pernah lah! Dinda, hessy--"

"Yang laki laki?"

Kara mengetuk ngetukan jari telunjuk nya di dagu. "Aku selalu meluk Arvin"

Mendengar jawaban Kara, Alan menghela nafasnya. lalu mengelus rambut kara.

Ia lega walau ada rasa sesak.

"Terus juga Zico, Nathan, Mark..." lanjut Kara sambil menghitung dengan jarinya.

Dan di saat itu juga, Alan menenggelamkan kepalanya pada bantal.

Kara, you made Alan crazy!



~My protector, Arvin~

Ayo udah nentuin team siapa?🙌

Vote dan komen untuk next chap.

See u 💜

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang