Jangan lupa vote dan comment
Happy reading 💜.
.Mobil Arvin masuk ke dalam perkarangan sekolah Dalton, beberapa murid yang lewat tampak melirik mobil Arvin, seperti ingin menarik perhatian nya dari dalam mobil, walau kenyataannya Arvin pun tidak ada niat untuk perduli.
"Vino, sekolahnya kok ramai?" Tanya Melody yang masih muncul di tubuh Kara. Tatapannya tampak berdecak kagum dengan sekolah Dalton yang besar dan ramai.
"Ya kalau sepi namanya kuburan," gumam Arvin.
Arvin menatap Melody yang masih mengoceh karna pemandangan murid murid di Dalton.
"Lo nanti jangan lasak ya. Gak boleh ngerengek. Nanti kan gak ada gue, jadi gue nitipin lo sama Dinda. Kalau nanti ada guru yang ngejelasin di depan jangan berisik, diem aja." Arvin membuka pintu mobil nya dan beralih membuka pintu mobil di samping Melody. Lalu melepaskan sealtbet Melody.
"Dinda itu yang kemarin makan sama Mel kan?" Tanya Melody.
"Iya, nanti jangan jauh jauh sama Dinda ya," kata Arvin sambil merapikan rambut Melody yang membuat Melody tersenyum manis sambil mengangguk.
"Mau gendong."
"Sekolah gak boleh digendong."
"Aaaaa Vino," Melody merengek.
"Gak boleh sayang, liat tuh gak ada yang digendong masa Mel sendiri yang digendong." Melody diam, memilih bergelayut di lengan Arvin.
Tiba tiba dari arah gerbang sebuah motor masuk ke dalam parkiran dan berhenti tepat di samping mobil Arvin. Mereka Zico dan Dinda. Dinda turun dari motor itu diikuti oleh Zico.
"Sejak kapan lo bareng dia?" Tanya Arvin pada Zico.
Zico mengangkat bahu acuh "Sejak tadi."
"Huwaaa Om Iko!! Mel kangen. Ayo kita beli es krim om!" Melody menerjang tubuh Zico dengan pelukan, lalu mulai mengoceh tentang es krim nya yang langsung di tanggapi Zico.
"Buset, muka masih ketet gini lo bilang Om. Jangan bikin gue serasa Om pedo ya. Panggil Zico aja," kata Zico yang di angguki Melody.
"Ayo beli es kerim sama Mel."
"Cium dulu sini," kata Zico sambil mencondongkan wajahnya dan menunjuk pipinya.
Dinda tampak syok dengan pemandangan di depannya, mulutnya sedikit menganga.
Berbeda dengan Arvin yang malah bergidik tak suka dan langsung menarik Melody dari Zico ke sebelahnya.
"Sini pipi lo yang gue tonjok."
"Mel juga kangen Dinda!" Sorak Melody berhambur memeluk Dinda yang membuat Dinda melotot.
Dinda mengernyitkan dahinya bingung. "K-kara?" Dinda melirik Zico yang tampak tenang.
"Dia bukan Kara, dia Melody," kata Zico.
"J-jadi lo gak bohong?" Tanya Dinda yang memasang wajah tak percayanya.
"Ya ngapain juga gue bohong, berat beratin beban dosa aja."
Dinda masih terbengong menatap sosok Kara yang terlihat jauh berbeda, biasanya Kara tidak bereaksi sesenang ini ketika bertemunya. Dan tatapan Kara yang ia kenal pun berbeda dengan Melody. Ya, memang Zico memberitahukan keadaan Kara pada Dinda, itu juga atas persetujuan Arvin.
Zico dan Nathan juga termasuk orang yang mengetahui kondisi Kara dari awal- diluar Keluarga Kara yang mengetahuinya-. Merekalah yang menjadi saksi bagaimana Arvin yang berjuang hanya demi seorang Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Ficção Adolescente[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...