Maaf kalau ada typo.
Jangan lupa Vote 🙏Happy reading❤
.
.
."Kara Lo ada masalah ya?" Tanya Egi pada Kara. Belakangan ini ia melihat Kara lebih murung, di tambah kabar tentang Varo yang masuk rumah sakit pasti membuat Kara sedih.
"Gak papa kok."
"Kalau ada apa apa cerita Kar? Jangan di pendam."
Kara hanya tersenyum dan mengangguk pada Egi. Pandangannya beralih ke depan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran.
Hari ini ia berangkat dengan Revan. Mereka juga sengaja berangkat sedikit terlambat agar ketika Kara tiba di sekolah bisa langsung masuk ke kelas hingga Arvin tak bisa menemuinya. Ya Kara sempat melihat Arvin tadi, Arvin hendak menghampirinya tapi ia lebih dulu membuang muka dan masuk ke dalam kelas.
"Kara."
Kara menoleh ketika merasa bahunya di sentuh. Setelah bel istirahat lima menit yang lalu Kara hanya termenung di mejanya.
"Dinda? Ah iya kenapa?" Tanya Kara.
"Lo ada masalah sama Arvin?"
Kara tersenyum tipis. "Gak ada masalah apa apa kok."
Dinda menggigit bibirnya, seperti ragu untuk membicarakannya. "Kata Zico, Arvin kemarin ngamuk di rumah sakit, dia ngamuk katanya Lo pergi sama-"
"Dinda," potong Kara, wajahnya menunjukan raut tidak nyaman dengan perkataan Dinda. "Gue bisa urus ini sendiri. Bisa Gue minta tolong Lo supaya gak perlu khawatir?" Ujarnya.
Dinda menunduk sambil mengulum bibir nya. "Maaf Kara. Lain kali gue gak akan ikut campur urusan Lo," lirihnya.
Kara memejamkan matanya sejenak, lalu menggapai tangan Dinda namun Dinda lebih dulu menepisnya dan pergi dari sana.
Kara menghela nafas frustasi sambil mencengkram kepalanya. Ia bangkit dari duduk nya untuk keluar kelas, pikirnya dengan keluar kelas ia bisa menyegarkan isi kepalanya. Namun yang ia dapatkan malah Arvin yang tiba tiba menarik nya dan menyeretnya entah kemana. Rupanya Arvin sengaja menunggu di depan kelas Kara untuk menemuinya.
"Lepasin gue Vin," desis Kara.
Arvin tak menggubris dan semakin mengetatkan rahangnya. Jalan nya sangat cepat membuat Kara mau tak mau terseok seok mengikutinya. Mereka pun mendadak jadi pusat perhatian di sepanjang koridor.
Arvin melepaskan cengkeramannya ketika tiba di taman belakang sekolah. Di sana juga ada Nathan dan Zico. Hanya mereka berempat. Sepertinya Nathan dan Zico sudah lebih dulu mengusir orang orang yang ada disini.
"Apa?" Tanya Kara dengan datar saat Arvin menatapnya dengan tajam.
"Kemana Lo semalam? Kenapa gak ada di rumah? Kenapa telfon gue gak Lo angkat?! Di bawa kemana Lo sama si bajingan itu ha!"
"JAWAB!" Sentak Arvin.
"Bukan urusan Lo," jawab Kara.
Arvin menggertak kan giginya "Bukan urusan Lo?" Gumam Arvin tak percaya.
Nathan hendak menarik Arvin karna tau Arvin tidak bisa mengendalikan emosinya, namun Arvin lebih dulu menepisnya dan mencengkram bahu Kara hingga membuat sang empu meringis.
"Bukan urusan gue Lo bilang! Lo hidup dalam pengawasan gue. Lo hidup itu karna gue! bertahun tahun Lo hidup sama gue sampai kita saling bergantung dan dengan enaknya Lo bilang itu bukan urusan gue?!! jangan berani berani Lo pergi dari gue Ra!" Bentak Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...