🌟22 - Nadine🌟

1.9K 133 6
                                    


Kara menggigit bibirnya, bingung sendiri karna tidak tau harus ngapain. Jam pelajaran terakhir tengah kosong.  Kara pun tak tahu kemana guru yang mengajar karena tidak masuk masuk.

Sebagian teman temannya tengah duduk lesehan di lantai, bermain kartu Uno. Kara sudah bosan dengan permainan permainan itu. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar kelas untuk menghirup udara segar. Lagian di kelas nya pun walau sudah ber Ac rasanya sama saja seperti di kamar kos kosan tanpa Ac. Sumpek.

Kara sampai di lapangan basket outdoor. Ia berdiri di pinggir lapangan. Ia menghela nafasnya, ingin sekali bermain basket. Ia memandang sekitarnya, suasana tampak masih sepi karna kelas lain tidak ada jamkos seperti kelasnya. Malah kelas Arvin saat ini sedang ulangan. Masalahnya ia tak tahu saat ini Arvin ikut ulangan atau malah membolos seperti biasa.

Saat melihat sekeliling tak sengaja matanya menangkap bola basket yang tergeletak di lapangan.

"Basket..." gumamnya dengan mata berbinar.

Kara melirik sekitarnya, memastikan tidak ada yang melihatnya, terutama untuk Arvin. Ia mengambil bola itu, lalu berjalan ke tengah lapangan dan mulai mendrible bolanya. Selang berapa menit Kara merasa seperti ada yang memperhatikannya. Kara menoleh ke belakang lalu terbelalak.

"Lo!"

Kara menghampiri orang itu. "Kok lo bisa disini?"

Gadis itu tersenyum lebar. "Aku tadi abis antar buku ke perpus, terus pas balik liat kamu main basket. Permainan kamu keren banget."

Kara mengusap tengkuknya kikuk, merasa agak malu dengan pujian itu. "A-ah gak juga, makasih-mmm?"

Ahh Kara baru ingat sejak bertemu mereka belum pernah berkenalan secara langsung. "Oh iya, kamu pasti belum kenal aku. Aku Maura," katanya sambil menyodorkan tangan kanan nya.

Kara membalas jabatan tangan itu. "Kara."

"Kelas kamu jamkos?" Tanya Maura sambil mendorong kaca matanya yang turun.

"Iya, bu Ana lagi gak masuk."

Maura ber 'oh' sambil mengangguk. "Mm yaudah, aku balik ke kelas dulu ya."

Kara mengangguk seraya memandang Maura yang semakin menjauh. Kara mengusap keningnya yang mengeluarkan keringat. Cuacanya memang sangat terik. Saat ingin berbalik Kara tiba tiba merasakan pusing di kepalanya sampai ia menjatuhkan bola basketnya. Kara menggeram karna sakit di kepalanya.

"Ahkkgg!"

"Hei lihat guys, siapa yang ada disini?" Dan di saat itu juga entah kebetulan atau kesengajaan dari mana Salsa dan geng nya menghampiri Kara disana.

Dari awal Salsa sudah memandangnya dengan jijik. Lalu entah kenapa bahunya malah di dorong oleh salsa.

"Heh sialan! Udah dua kali gue peringatin ke lo buat ngejauhin Arvin, dan lo juga gak seakan gak perduli sama omongan kita, emang nya lo siapa! Lo pikir kita main main ha!!" Ujar Salsa.

Kepala Kara tak lagi terasa sakit. Perlahan ia mengangkat kepalanya, pandangannya berubah. Kara memandang nya dengan datar dan dingin. Tanpa mereka sadari, yang mereka hadapi saat ini bukanlah Kara. Tapi Alter ego nya. Nadine.

"Ouh, shit!" Nadine mengusap bahu yang Salsa sentuh, seolah ia jijik dengan Salsa.

"Why are you acting like a bitch?" Tanya Nadine, menatap aneh Salsa dan teman temannya. (Mengapa kau bertingkah seperti jalang?)

Salsa tampak terkejut dengan ucapan Nadine. Yang ia tahu hanya Kara yang tak pernah mengeluarkan kata makian seperti itu. Well, itu tak berlaku untuk Nadine.

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang