Jan lupa baca note.
.
."Gue ketemu mereka."
Salah satu perempuan yang di ajak bicara tampak kaget. "Serius? Mereka ngenalin lo."
Cewek tadi menggeleng. "Untung gue lagi gak nyamar."
"Terus kenapa lo panik?"
"Ada satu orang yang ngenalin gue."
"Siapa?"
"Revan."
Wanita itu menghembus nafas kasar. "Cewek sialan itu udah berani nyamperin Arvin, gue gak mau buang buang waktu lagi."
"Cewek itu harus gue singkirin secepatnya."
***
Kara turun dari mobil mengikuti Nathan dan Revan yang memapah Arvin ke rumahnya. Setelah perdebatan tidak penting di parkiran tadi akhirnya Revan memutuskan untuk ikut dengan Kara menemani Arvin. Tentu dengan perasaan yang tidak ikhlas.
Kara membuka pintu rumahnya dan membiarkan mereka masuk ke dalam. Revan langsung melepaskan Arvin sampai Nathan dan Arvin oleng dan terduduk di sofa.
Nathan berdecak. "Gak niat bat sih."
Kara mendengus, melirik Nathan dan Revan yang saling bertatap sengit lalu menaikkan kaki Arvin ke sofa dan melepaskan sepatunya.
Arvin menggeliat. "Ra...KARA!!"
Mereka tersentak. Arvin tiba tiba berteriak dan terduduk, matanya yang masih sayu bergerak mencari keberadaan Kara.
"Vin."
Arvin yang memijat pelipisnya spontan mendongak lalu dengan gerakan cepat menarik Kara ke pelukannya. "Don't leave me please, don't leave me again," gumamnya.
Kara menghembuskan nafas pelan, tangannya bergerak mengelus punggung Arvin yang tampak bergetar. Arvin menangis.
Lama mereka dalam posisi tersebut tanpa ada yang angkat bicara. Bahkan Revan hanya diam sambil mengalihkan pandangannya, sedangkan Nathan hanya menatap sahabatnya iba.
"Gue gak bunuh siapa siapa Ra." Kara menggigit bibir menahan isakan ketika merasakan pundaknya basah. "Gue cuman mau nolongin dia, please trust me," lirihnya.
"Gue gak bunuh siapa siapa Ra," lirihnya lagi.
Kara mengangguk pelan, membiarkan Arvin bergumam lirih di suasana sunyi. Dalam lubuk hati terkecil pun Kara juga tak mempercayainya. Tapi apa boleh buat? Tak ada yang bisa di percaya saat ini. Kara pun melihat Revan yang duduk di sebrangnya kini menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa di artikan namun kedua tangannya tampak terkepal.
"Lo harus istirahat," bisik Kara lalu memberi isyarat pada Nathan untuk membawa Arvin ke kamarnya.
Nathan memapah Arvin ke kamarnya, Kara menghembus nafas lelah dan menatap Revan "Biarin gue mastiin keadaan Arvin dulu, lo bisa istirahat di kamar gue."
Revan mengangguk, berdiri mengikuti Kara memasuki kamarnya yang berada di sebelah kamar Arvin di rumah Kara. Matanya menyusuri ruangan dengan warna dominan biru laut serta dekorasi bintang dan bulan di bagian plafon.
Revan bisa mencium aroma lavender disini.
Tangannya menarik kursi putar yang biasa di pakai Kara untuk belajar dimejanya, menempatkan dirinya duduk nyaman disana dan menjelajahi lebih dalam isi kamar Kara dengan pandangannya. Ia sudah bisa menebak pasti banyak foto foto Kara dan Arvin yang terpajang disana, bahkan di salah satu bagian dinding terdapat lampu tumblr memanjang dengan banyak jepitan foto polaroid.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Novela Juvenil[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...