***
Kara bernafas lega setelah menyelesaikan urusannya. Ia ingin membuka pintu bilik toilet ketika telinganya mendengar pembicaraan beberapa perempuan diluar.
"Nanti gue pasti undang kalian pas ulang tahun gue."
"Harus dong! Awas aja kalau enggak."
"Btw, di rayain di mana nih?"
"Ballroom hotel atau gedung mana gue juga belum tau, orang tua gue yang urus soalnya."
"Pengertian banget orang tua Lo, jadi iri."
"Iyalah anak kesayangan."
"Ges, Kara udah masuk ya?"
"Udah tadi gue liat."
"Gue kasian banget ngeliat dia deh. Orang tua nya udah gak ada, jadi bergantung sama Tante dan keluarga Arvin."
"Iya gue juga, malah akhir akhir ini dia banyak masalah lagi."
"Udahlah, gak usah di omongin ntar jadi kayak salsa gue ngeri."
Setelah itu ia tak mendengar percakapan lagi, sepertinya sudah keluar. Kara menghela nafas berat, melihat lockscreen hpnya dengan sendu.
Kara meringis saat merasa kepalanya pusing. Ia segera keluar dari bilik toilet. Tidak ada orang selain dia saat ini. Kepalanya semakin sakit dengan pandangan yang sudah mengabur.
"Akhh!" Kara jatuh tak sadarkan diri di toilet itu.
Tak lama ia berada di posisi seperti itu. Sekitar 30 detik kemudian, manik itu kembali terbuka dengan aura yang berbeda. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman lebar.
"Welcome Melody!"
"Ih masa Mel tiduran di toilet sih!"
Melody berdiri, menatap sekelilingnya lalu bergidik ngeri saat tak menemukan siapapun. Ia segera keluar dari toilet untuk mencari Arvin.
"Wah hujan! Mel suka!" ujar gadis itu bertepuk tangan, membuat murid yang lewat menatapnya heran.
Melody penasaran dengan yang namanya mandi hujan. Ia pernah menonton Tv lalu terdapat adegan seorang anak kecil bermain saat hujan, kelihatannya menyenangkan makanya ia penasaran. Tapi saat bersama Arvin ia selalu lupa akan hal itu.
"Mel mau main hujan deh."
Langkahnya menuju ke tengah lapangan outdoor basket.
"Hwaa dingin!"
Melody tertawa di bawah guyuran hujan itu, ia meloncat loncat di genangan air. Rasanya bebas sekali. Murid yang berada di koridor tampak terkejut melihat sosok Kara yang berkeliaran di lapangan saat hujan begini. Mereka pikir tumben sekali Arvin membolehkan Kara seperti itu.
Salah satu dari mereka yang melihatnya adalah Rama. Ia pun terkejut, apalagi tak menemukan Arvin di dekat Kara. Di jamin Arvin akan mengomel, melihat Kara lari larian saja sudah kalang kabut apalagi mandi hujan begini.
"Eh Lo, pinjem payung!"
"Cepet anjir, urgent nih!"
Perempuan yang membawa payung itu langsung menyodorkan payungnya pada Rama. Tak mau membuang waktu Rama langsung berlari ke tengah lapangan menghampiri Melody yang menguasai tubuh Kara sedang tertawa kegirangan.
"Kara! Lo ngapain ujan ujanan?"
Melody yang tadinya berjongkok seraya bermain air, kini mendongak. Tersenyum lebar sampai matanya menyipit, ia mengusap wajahnya yang terkena air hujan.
"Kenapa om?" tanya nya polos.
Rama menganga. Apa apaan Kara memanggilnya seperti itu, pikirnya.
"Pala Lo om om," balas Rama menyolot.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...