***
"KARAAAA!!! OMG LO KEMANA AJA?. GUE BALIK BALIK MESEN MAKAN LO UDAH GAK ADA!! GUE KIRA LO DI CULIK TUYUL."
Kara memejamkan matanya. Andai ia punya kekuatan membuat orang bisu pasti udah ia lakukan untuk Hessy. Canda! Ia tak Setega itu.
"Hes, kalau lo bukan manusia udah gue lempar pakai bola api deh," kata Kara dengan kesalnya.
Hessy hanya memberikan senyuman konyol dengan muka tak berdosa sama sekali. "Lagian lo gue tinggal bentar udah ngilang aja. Kemana sih lo?"
"Di culik tuyul dia," Saut Dinda tiba tiba yang datang entah dari mana. Hessy dan Dinda yang tadinya masih berdiri langsung menghampiri meja Kara dan menarik kursi di meja sebelahnya.
"Jadi beneran lo di culik Tuyul?" Tanya Hessy dengan muka polosnya. Dan seketika Kara menepuk jidat nya, harusnya dia nyerah mempunyai teman seperti Hessy, tapi entah kenapa Kara masih dekat malah jadi bersahabat dengan Hessy. Ya itulah mungkin persahabatan, saling melengkapi juga bukan.
"Ya enggak lah pinter. Lo mikir aja jaman sekarang masa main Tuyul tuyulan," saut Dinda mulai kesal.
"Ya kan mana tau. Lo mah ngegas mulu," ujar Hessy yang sudah menampilkan wajah cemberutnya.
"Udah udah. Sorry ya main ninggalin lo aja. Tadi gue di seret Arvin," kata Kara.
"Kok Arvin jahat banget nyeret nyeret lo kayak Tas anak Tk, di seret seret gitu."
Dan kini Dinda benar benar kesal setengah mati dengan Hessy. Bahkan Dinda ingin menjambak rambut Hessy kalau tidak di tahan oleh Kara yang memberikan syarat ke Dinda untuk diam saja.
"Tapi gue penasaran Kar. Lo kenapa sampai di gotong sama Arvin?" Tanya Dinda yang sudah mulai mengeluarkan jiwa keponya.
"Tadi tuh gue jatoh di taman belakang. Padahal gak ada siapa siapa disana dan pasti gak ada yang tau juga. Terus entah dari mana dia tau kalau gue jatoh, tau tau udah ada di kantin aja, terus Langsung gendong gue ke UKS," Jelas Kara.
"Mana coba liat luka lo?" Kara memundurkan kursi nya kebelakang agar Dinda dan Hessy dapat melihat lututnya. Dan Dinda hanya bisa menampilkan ekspresi tak percaya nya. Bukan karna tau Kara terluka. Tapi karna luka Kara yang bisa di katakan hanya lecet saja tapi membuat Arvin kelimpungan. Benar benar ajaib. Batin Dinda.
"Elah gini doang sampe di gotong begitu? Ini Arvin yang kelewat perhatian atau lo yang manja?"
"Ih enggak ya! Gue orangnya gak manja."
"Iyain."
Kara mencebik.
"Kalian udah jadian?" Tanya Hessy menatap Kara dengan polos nya dan beberapa kali mengedipkan matanya.
"Pertanyaan kalian itu mulu dari jaman MOS. Ganti deh, past," kata Kara dengan malas seraya melipat tangannya di dada.
"Lo kira kita lagi main kuis?!"
"Abis bosen gue itu mulu yang di tanyain. Gue kan udah beribu kali bilang kita itu sahabat dari orok. Udah gue anggep kakak sendiri dia mah," jelas Kara. Ya Kara selalu menganggap Arvin itu hanyalah kakak nya yang super protective kepada sang adik.
Tak heran memang. Arvin benar benar menjaga dan melindungi Kara selama ini, Ya walaupun kelihatannya di sekolah Kara lebih terlihat manja kepada Arvin tapi nyatanya Arvin lebih manja kepadanya.
"KARA!!!"
'pletak'
"Berisik bego," kata Dinda setelah melayangkan pukulan pada Ebril.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...