Maaf kalau ada typo ya. Jangan lupa vote and commment, happy reading guys❤
.
.
.Suara langkah kaki terdengar menggema di sebuah ruangan penuh debu. Orang itu tersenyum miring melihat pemandangan di depannya. Tak ada apapun di ruangan itu selain gadis yang tubuhnya diikat di kursi tua dengan mulut yang di lakban.
Ruangan ini berada di lantai tiga di gedung tua yang tak terpakai. Orang itu menatap jendela. Ia termenung, memikirkan dendam yang rasanya semakin lama semakin besar. Ia ditinggalkan seorang diri karna ulah seseorang, ia dikucilkan, ia di bully, disaat ia menemukan kebahagiaannya, kebahagiaan itu kembali di rebut orang yang sama, membuat dendam yang ada semakin besar. Selama ini orang melihatnya adalah orang jahat yang tidak tau malu, sampai sampai ia dibuang, bahkan orang terdekatnya tak mempercayainya lagi.
Dan sekarang waktunya pembalasan. Semua penderitaannya. Semuanya harus di balas.
Krek
"Maurin."
Perempuan yang tak lain Maura itu tersentak dari lamunannya, berbalik badan menatap sinis orang yang barus saja memanggilnya. "Call me Maura, jerk."
Laki laki itu berdecak, mengangkat bahunya. "Okay."
"Jadi?" Maura bertanya.
Cowok itu tersenyum penuh kemenangan. "Sure, gue berhasil. Gue gak habis pikir kenapa dia bisa sebodoh itu."
"Sekarang mana dia?"
"Ada di sebelah, perlu di gabung aja?"
Maura mengangguk.
Saat Maura sedang fokus pada pemandangan di jendela, perlahan mata Kara berkedip. Mengernyitkan dahi ketika tau keadaannya saat ini sudah terikat di sebuah ruangan kosong penuh debu.
Tempat ini?
Nafas nya tiba tiba tersengal.
Damn.
"Udah bangun princess."
Kara mendongak. Menatap terkejut Maura yang kini berjalan ke arahnya, melepaskan lakban yang tertempel di mulutnya secara kasar dan menarik kursi ke hadapan Kara lalu duduk berhadapan.
"L-lo huhh!"
Maura bersmirk. "Kenapa? Kaget? This is me! Did you forget me?" Ujar Maura.
"Apa yang lo lakuin? Lepasin gue!" sinis Kara.
Maura tertawa lalu di detik kemudian ia mencengkram kuat rahang Kara. "Lepasin lo? Setelah apa yang lo perbuat ke gue?" Geram Maura.
PLAK
"LO LEBIH PANTES MATI!" Pekik Maura setelah menampar pipi Kara dengan cukup kuat.
Kara meringis, merasakan kepalanya ikut berputar menahan pusing, serta lidah nya yang merasakan asin karna darah yang keluar dari sudut bibirnya. Nafasnya tersengal seiring jiwanya yang tertarik, berganti dengan jiwa kelamnya yang mendesak ingin keluar. Nadine. Dia muncul dengan seringainya menatap Maura sinis dan mengejek.
Maura menyadarinya. Ia tau Kara berkepribadian ganda. Karna itu ia selalu memancing Nadine lewat Salsa dkk, mereka itu hanya bonekanya Maura.
"Nadine huh?" Maura terkekeh kecil.
"Sepengecut itu Kara sampai gak berani hadapin gue?" katanya percaya diri.
Kini giliran Nadine yang tertawa kecil. "How about you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Novela Juvenil[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...