🌟26 - something is wrong🌟

1.6K 120 9
                                    

Jangan lupa vote dan comment
Maaf ya kalau ada typo, tolong ditandai 🙌🏻
Happy reading 💜

.
.
.

Kara dan Arvin turun dari mobil seraya menenteng tas masing masing.

"Ra, nanti Lo nyanyi di cafe?"

Kara mengecek percakapan grub band mereka, mana tau saja mereka membicarakan masalah jadwal band. Masalahnya Kara jarang muncul di grub. Belakangan ini pun ia jarang memegang Hp.

"Iya nanti malam," jawab Kara setelah melihat percakapan grub.

Arvin merangkul Kara seraya berjalan ke arah kelas mereka masing masing. "Gue nitip lo sama Alan aja ya, nanti malam gue kayaknya mau ngumpul sekalian ada rapat sama anak basket nih."

Kara mengangguk tanpa banyak tanya.  "Kemarin Alter lain muncul ya?" Tanya Kara mengubah topik.

Arvin melirik Kara sekilas lalu berdehem mengiyakan. "He'em"

"Siapa?"

Tanpa ragu Arvin menjawab "Melody."

Arvin tidak tau apa saja yang terjadi saat Kara terapi kemarin, karena ia tidak ikut masuk ke dalam melainkan menunggu di luar ruangan. Terapi itu juga berlangsung lama, Arvin bahkan sempat makan siang di kantin rumah sakit. Dan ketika Ruangan itu terbuka, Melody sudah menguasai tubuh Kara. Arvin pun tidak punya pilihan lain lagi selain beralih menjadi baby sitter, karna Melody merengek jika ia tidak ingin di jaga oleh Kak Lia melainkan harus Arvin lah yang menjaganya.

Kalau di ingat ingat Arvin benar benar niat saat menjaga Melody semalam. Dia bahkan rela membacakan dongeng anak anak agar Melody bisa terlelap. Makanya saat ia melihat gadis yang membawakan nasi goreng sambil berteriak namanya, ia langsung bersujud syukur karna itu jelas Karanya.

"Lepas."

Spontan Arvin menoleh pada Kara, matanya melotot seolah terkejut. Karna tidak ada pergerakan dari Arvin, Kara menoleh bingung ketika melihat reaksi Arvin yang berlebihan. "Apa sih lo?!"

Mata Arvin berkedip dengan polos saat mendengar perkataan Kara, lalu mengembuskan nafas leganya.

"Gue kira lo Nadine."

Kening Kara mengernyit. "Kenapa?"

"Abis lo minta di lepas, Nadine kan gak suka di sentuh."

Kara memutar bola matanya. "Gue minta lo ngelepasin tangan lo karna kita udah sampai di kelas."

Seolah tersadar Arvin langsung memandang sekitarnya. Ahh benar, ini di depan kelas Kara.

Arvin menyengir, lalu mengusak rambut Kara "Hehe yaudah, belajar yang bener. Gak ada yang kasih contekan kalau lo bodoh." Kara manggut manggut malas, kata kata itu sudah menjadi ritual Arvin tiap pagi.

Arvin mengintip suasana Kelas nya terlebih dahulu melalui jendela, tentu saja hal itu di dukung dengan badannya yang tinggi. "Eh kelas gue masih sepi, ngungsi kelas lo dulu deh."

Kara mendengus ketika dengan seenaknya Arvin melewatinya begitu saja masuk ke dalam kelasnya. "Ya ya ya, selalu gitu kan," gumam Kara lalu ikut masuk ke dalam kelas.

Kara meletakkan tas nya di bangku, Arvin tentu saja sudah bergabung dengan kelompok laki laki yang sudah datang di belakang kelas.

"Egi!" Panggil Kara saat melihat Egi masuk ke dalam kelas.

"Kenapa Kar?" Tanya Egi.

"Nanti malam bener kita nampil?" Egi mengangguk membenarkan. "Iya, di cafe biasa kok. Yang lain udah setuju, tinggal lo aja nih."

My Protector, Arvin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang