***
Sejak mendengar Kara tengah di culik emosi Arvin tak pernah turun.a Mulutnya sesekali mengumpat menyalahi kebodohannya yang tak bisa menjaga Kara. Kalau saja ia dan Revan tak bertemu dengan Nathan mungkin sampai sekarang ia tak akan tau keberadaan Kara. Ya, setelah Arvin berlari ke dalam kelas untuk meminta bantuan anak geng nya, Nathan langsung mengatakan ia tahu cara menemukan Kara.
Awalnya Arvin ingin langsung pergi menghampiri Kara, namun Revan mencegatnya. Mengatakan kalau mereka pergi kesana tanpa rencana sama saja gagal, karna Revan yakin penculiknya mempunyai pencagaan yang ketat.
Sekarang mereka tengah berada di sebuah ruang istirahat khusus kepunyaan Arvin. Sebagian teman Arvin yang biasa ikut bertempur tengah menunggu diluar ruangan selagi menunggu komando dari Arvin. Alan yang tau desas desus nya pun langsung melangkah keruangan ini. Masalah jam pelajaran? Siapa yang bisa membantah Arvin, apalagi jika masalahnya sudah bersangkut paut pada Kara.
Mereka masih menunggu Nathan yang tengah memainkan laptop nya.
"Gimana bisa Kara ada alat pelacak?" Tanya Arvin.
Nathan menggaruk tengkuknya, teringat pertemuannya dengan Nadine tadi.
Flashback
Saat itu Nathan sengaja menemui Kara. Ia bertanya pada Hessy dimana keberadaan Kara. Katanya Kara sedang berganti baju. Jadilah Nathan menunggu kedatangan Kara di loker wanita itu.
"Kara!" Panggil Nathan, sempat kikuk karna salah memanggil. Rupanya itu Nadine. Terlihat dari cara matanya memandang Nathan sudah tau itu Kara, Nadine atau Melody.
Tentu yang paling gampang di tebak adalah Melody. Sorot matanya saja sudah sangat polos bak bayi.
"Apa?"
"Nih." Nathan menunjukan sebuah benda kecil berbentuk kotak pada Nadine.
Nadine menaikan alisnya, menatap bingung Nathan.
"Gak tau kenapa belakangan ini gue suka ngotak ngatik barang barang gini, penasaran doang. Gue beli lebih sengaja buat bahan percobaan."
"Gps?"
Nathan mengangguk. "Kan Lo sekarang lagi jadi tahanan si Revan, tu orang bisa aja ngelakuin sesuatu sama Lo, Lo gak mau kan Kara sama Melody kenapa napa. Nah makanya gue kasih ini ke Lo."
Nadine mengambil benda kecil itu dari Nathan. Lalu menelitinya dengan alis tertekuk.
"Itu buat ngelacak lokasi, gue tempelin penyadap suara juga."
Nadine mendelik lalu mendengus. "Im like a criminal, huh?!" katanya.
Nathan tertawa, lalu menepuk nepuk pelan kepala Nadine yang akhir nya di tepisnya dengan kasar.
"Anggep itu sebagai bentuk perlindungan diri dari gue. Gak ada yang tau tiba tiba Melody keluar terus nyasar, Lo mau dia ilang? Lagian Lo gak ada nyimpan rahasia kan? So gak ada masalah," ujar Nathan melipat tangannya di dada.
Nadine memutar bola matanya. Sebenarnya ia juga tidak masalah sama sekali, lagian ini Nathan. Nathan sangat mudah di ajak bekerja sama.
"Dimana menyimpannya?"
Nathan meletakkan telunjuknya di dagu, melihat Nadine sambil berpikir. "Di saku gue takut Lo lupa terus ke cuci, di kerah juga takut jatoh. Mm.."
Nadine berdecak dan tanpa Nathan duga ia membuka kancing atas seragamnya lalu memasukan benda itu ke dalam bra-nya. Nathan menganga kaget. Namun setelahnya menggeleng. Mungkin ia akan di gebuki Arvin jika tau apa yang Nathan lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...