Jangan lupa vote and comment 💜
Happy reading***
Kara mengerjap, lalu beringsut duduk bersandar di sandaran ranjangnya. Ia menoleh ke arah jam, pukul 7 malam. Tenggorokannya terasa kering, akhirnya ia memilih keluar dari kamar.
Sampai di lantai bawah, Kara langsung berjalan ke arah dapur. Di sana sudah ada Lia dan Bi Estu yang tengah menyiapkan makan malam.
"Kak..."
Lia menoleh. "Udah bangun rupanya, udah cuci muka?"
Kara menggeleng. "Cuci muka dulu sana," titah Lia. Kara langsung masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dapur untuk mencuci muka.
Setelah mencuci muka, Kara duduk di kursi menatap makanan yang ada di atas meja tanpa minat. Selang beberapa lama Jeff datang menyusul.
"kara, kenapa bengong? Lo gak hungry ?" Tanya Jeff duduk di sebelahnya.
Kara menggeleng, menyusuri sekitar. Ia tak menemukan keberadaan Arvin disana. Lia menyusul duduk, Jeff sudah terlebih dahulu makan dengan lahap. "Makan Kar, dari tadi siang kamu belum makan, nanti magh nya kambuh."
Kara tetap diam dan malah menelungkup kan kepalanya di meja makan.
"Mel, kalau Lo masih bad mood gara gara Arvin nonjok gue, gue gak papa loh. Gue aja yang di tonjok gak baper," ujar Jeff dengan logat baratnya.
Lia menghela nafas lalu mengetik pesan untuk Arvin. Sepertinya Kara harus di bujuk dengan orang yang bersangkutan langsung.
Tak lama Arvin datang, menggeram ketika tahu Kara tak sedikitpun menyentuh makanan nya. Kara yang menelungkup kan kepalanya di lipatan tangan pun semakin menenggelamkan wajahnya ketika merasakan keberadaan Arvin di sekitarnya.
Ia tak tau kenapa ia bisa kesal sampai begini pada Arvin, mungkin karena Arvin yang tak membujuk nya lagi saat ia naik ke kamar tadi siang. Padahal Arvin masuk ke kamarnya untuk membujuk, namun malah bertemu dengan Nadine. Tentu saja Kara tidak tahu tentang itu, Nadine tidak membagi ingatannya pada Kara.
Arvin duduk di kursi bersebelahan dengan Kara.
"Pangeran Lo udah Dateng tuh Mela, masih ngambek a--awhh!" Jeff meringis ketika Lia menendang tulang keringnya, memperingatinya agar diam.
Arvin menyentuh bahu Kara, namun Kara malah mengedikkan nya seolah tak ingin di sentuh.
"Kara cepetan makan."
"Ra makan, jangan bikin gue marah lagi!"
Jeff dan Lia kompak menatap Arvin. Mereka ingin menegur namun Arvin tampaknya benar benar menahan amarahnya agar tak keluar lebih jauh lagi. Lia paham betul Arvin pasti khawatir karena Kara tak memakan apapun dari siang tadi.
"Hiks!"
Suara isakan terdengar, siapa lagi kalau bukan Kara. Punggungnya bergetar.
Arvin memejam sebelum menghela nafas. Lantas ia langsung menarik pundak Kara hingga beralih duduk tegak dan dengan cepat ia mengangkat Kara ke gendongannya.
"Ga mau!! Lepas lepas lepas!!" Kara terus memukuli bahu Arvin, namun Arvin lebih kuat menahannya.
"Sshh..." Arvin menahan geraman saat luka di bahunya terkena tubuh Kara.
Arvin beralih menatap Lia, mengangguk kecil mengisyaratkan Lia untuk mengambil makanan Kara. Lia yang mengerti pun lantas menyediakan nasi dan lauk pauk nya.
Kara lelah memberontak, akhirnya ia memilih menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Arvin sambil masih mengeluarkan air mata.
Arvin mengambil piring dari Lia, dengan satu tangan yang masih memangku Kara lalu berjalan ke arah ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...