Warning typo!
Jangan lupa vote and comment
Happy reading💜•
•Hari ini adalah hari terakhir ujian semester. Sejak hari mereka berkumpul malam itu semuanya berjalan dengan baik. Salsa dan kedua temannya tak tampak di sekolah, Arvin sudah mengurus ketiga orang itu yang beraninya mengusik Kara. Dan Revan, Kara hanya bisa melihatnya sekilas saat di sekolah. Revan menghindarinya, Kara tau itu. Dan saat pulang sekolah seseorang mengantarkan sebuah surat padanya. Itu dari Revan.
Semoga hasil ujian Lo memuaskan, dan semoga Lo selalu bahagia. Gue pamit.
-Revan
Kara tersenyum lirih. Revan sudah pergi. Kini Kara berharap semuanya memang kembali normal, dan Revan pun bahagia dengan kehidupannya di sana.
Kara melipat kertas itu, lalu menyimpannya di saku. Ia berjalan ke arah lapangan basket. Di sana ada Arvin dan teman temannya sedang bermain basket. Katanya ingin refreshing setelah stress menghadapi ujian. Walau kelas sudah tidak ada kebanyakan murid murid masih bersantai di sekolah dan menonton basket. Sepertinya ingin berkumpul dengan teman sebelum libur sekolah.
"Ya ampun Arvin ganteng banget!!"
"Alan juga gak kalah ganteng!!"
"Pertama kali nih liat Alan main basket bareng mereka. Hot banget!"
"Abs nya keliatan huhuhu..."..
Kara menggigit pipi dalamnya menahan tawa saat melihat reaksi berlebihan mereka.
Kara melihat teman temannya yang melambaikan tangan di pinggir lapangan, ia langsung menghampiri mereka dan bertepatan saat itu bola menggelinding ke arahnya. Ia berjongkok, memungut bola itu, dari arah berlawanan salah satu pemain - Vigo - menghampiri Kara untuk mengambil bola basket.
"Nih." Kara menyodorkan bola basketnya. Sementara Vigo tertegun saat melihat senyuman Kara. 'Cantik banget ya Allah, sayang banget pawang nya kek serigala' batin Vigo terpanah.
"Kara, gue mau daftar." Kara mengerutkan dahi tak mengerti dengan perkataan Vigo. "Daftar apa?" Tanyanya.
"Daftar jadi calon suami Lo. Gue gak takut Kar, nikah itu ibadah."
"Yeuu, Bisa ae kadal!" Saut Dinda.
"Ngomong aja masih jiplak punya orang."
"Jangan terima Kar, dia gila."
"Jangan mau Ra, dia kalau minta makan gak tau diri."
"Hati hati Vi, pawang nya ganas!"
Vigo melotot tak terima mendengar ocehan para cewek di sekitarnya. Ia ingin membalas ocehan tersebut ketika tiba tiba saja telinga nya di tarik dari arah belakang membuatnya meringis.
"Aduh duh duh kuping gue, ampun Vin, becanda!!"
Arvin melepas jewerannya, mendengus seraya menatap tajam Vigo. "Awas Lo, gue kebiri ntar," ancamnya.
Vigo bergidik lantas mengambil bola yang ada pada Kara lalu kembali ke lapangan. Sedangkan Arvin sudah tak ingin bermain. Ia mengajak Kara untuk duduk di tribun dimana ia meletakkan tasnya.
"Kok gak main lagi?"
"Capek." Jawab Arvin.
"Arvin!"
Mereka menoleh saat seseorang memanggil Arvin. Keysha datang menghampiri mereka, lebih tepatnya Arvin seraya membawa Tote bag. "Jaket kamu. Maaf ya aku selalu lupa, lagian kamu juga kayaknya sibuk."
Sejenak Arvin merasa bingung. Mungkin ia pernah meminjamkan jaket pada Keysha, namun saat ini ia tak mengingatnya.
"Ah, punya gue? Gue lupa," ujar Arvin mengambil Tote bag itu. Kara memperhatikan interaksi mereka dalam diam, entah kenapa mendadak ia jadi resah sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector, Arvin [END]
Teen Fiction[follow sebelum membaca⚠️] "Bagaimanapun kamu, jangan minta aku untuk pergi. Mereka bagian dari kamu, aku juga akan melindunginya." Karamel bersyukur memiliki sahabat seperti Arvin. Lelaki itu melindunginya, memperhatikannya pun menyayanginya. Bahka...