-5-

138 9 0
                                    

Penantian Adney sedari tadi akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan.  Beberapa waiters berpakaian lengkap berjalan beriringan menuju meja tempat mereka duduk. Adney menatap satu persatu waiters yang berjalan ke arah mereka dengan mata yang berbinar-binar lantaran waiters itu membawakan pesanannya.

"Makasih mbak waiters yang cantik jelita manis sekalehhhh juga imoeeet moeeet dan mas mas yang ganteng dan buuuuuaik hatiiiiiii udah nganterin pesanan Rowana Adney Adamaris yang cantiknya jelita tak tertandingi dan tak akan tergantikan. Yang dengan senang hati dan selamat tanpa kurang suatu apapun."

Waiters itu hanya tersenyum kikuk mendapati keanehan Adney. Untung saja mereka semua sudah terbiasa dengan perilaku Adney yang melebihi batas normal manusia pada umumnya. Justru kalau Adney diam tidak bersuara waiters itu malah justru kebingungan.

Tangan Stanley menghalang menutup mulutnya agar Adney tidak mengetahui apa yang akan ia bisikkan kepada salah satu waiters perempuan yang tertinggal disana sendirian.

"Sabar ya mbak kalau ngadepin orang ini. Orangnya emang agak gesrek. Tapi mbak udah biasa kan? Jadi maklumin aja ya mbak."

"Emmm i-iya mas." Waiters itu sedikit gugup karena jarak antara Reza dan waiters itu hanya berjarak beberapa kurang dari 10 centi.

"Mbaknya kenapa jadi gugup gitu?"

"Itu.. anu.. eng.. enggak apa-apa mas."

Sontak wajah waiters itu menjadi merah padam menahan malu dan akhirnya lari terbirit-birit ke arah dapur. Dia sudah tidak kuat dengan ketampanan Stanley terlebih dia baru saja dibisiki oleh Stanley yang menurutnya sweet.

***

Mata Adney menatap satu persatu eskrim yang memenuhi meja mereka. Ia kebingungan  menatap semua es krim di hadapannya yang beraneka ragam.

Aduh, harus mulai dari mana nih? Enak semua lagi. Kalo langsung semua nggak muat. Ah gimana sih bingung, batin Adney masih dengan mata mengitari es krim

Semula tangan Adney mengarah pada es krim rasa green tea di sebelah kanannya. Namun, segera di urungkan dan mengambil es krim rasa coklat dengan toping karamel. Namun di urungkan kembali. Selalu seperti itu, sudah di ambil di kembalikan. Ambil lagi, kembalikan lagi.

Sedangkan Stanley, dia masih menatap Adney yang kebingungan menatap es krim dihadapannya. Dia saja sudah kehausan dan lapar tapi Adney masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Lo bisa ngabisinnya Ney?" Stanley bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya secara bergantian.

"Pastinya lah abangku sayang tercintahhh yang paling baiikkkkkkk pakek banget banget banget."

"Sayang sayang pala lu. Adek apaan coba lo? Adek laknat kayak lo buat apa? Nyusahin hidup gue aja. Tuhan bebaskan saya." Ucap Stanley sinis, dan memalingkan wajahnya.

"Jahat banget lo bang, tersakiti gue disini. Dasar Stanley sapi-sapi jelek-jeleknya pakek banget nget nget."

"Sapi? Kalo gue sapi berarti lo adiknya sapi dong. Dasar kambing."

Stanley tertawa keras menertawakan kekonyolan Adney yang memang dasarnya kalau berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu. Lain hal-nya dengan Adney yang cemberut dan menyesal karena telah menyebut Stanley sapi.

"Ututututuuu adek kecil jangan ngambek ya, sini sini abang peluk." Tangan Stanley di rentangkan ke arah Adney. Bahkan jaraknya pun sudah sangat dekat.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang