-48-

43 4 1
                                    

"Sampai kapan mau merem kaya gitu?"

Lagi dan lagi, suara berat khas lelaki itu kembali membuat Adney tersadar. Sontak saja Adney membuka matanya yang sedari tadi ia tutup. Matanya menerawang pada seisi mobil yang serba hitam. Sesekali ia takjub dengan mobil yang tengah ia diami. Keren. Satu kata yang menggambarkan segalanya. Dan, ia pun lupa kalau tangannya masih bergelayut di leher lelaki itu saking takjubnya dengan mobil serba hitam yang ia tempati.

"Tangan lo." Ucap lelaki itu lantaran Adney tidak kunjung melepas lehernya yang juga harus membuat lelaki itu membungkuk dengan jarak yang cukup dekat.

Adney sedikit kikuk lantaran ia yang lupa melepaskan tangannya dari leher lelaki itu.  Ia segera melepaskan tangannya dari leher lelaki yang menolongnya itu. Setelahnya lelaki itu segera memutari mobil dan memasuki mobilnya.

"Kita ke rumah gue, gue yakin kalau lo di rumah lo sendirian lo pasti nggak bakal aman." Ucap lelaki itu sembari menghidupkan mobilnya.

"Tap-"

"Nggak ada tapi-tapian!"

"Apaan sih lo!?"

Setelah kurang lebih sepuluh menit berada dalam mobil hitam mewah yang tentu saja tidak ada pembicaraan antara mereka berdua. Akhirnya mereka berhenti pada sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kawasan itu.

"Rumah lo mall?" Tanya Adney lantaran tadi lelaki itu meminta ia kerumahnya namun sekarang mereka berhenti pada pusat perbelanjaan.

"Liat baju lo!"

Mendengar itu sontak saja Adney menunduk melihat pakaiannya yang sudah tidak layak pakai. Hanya tersisa hotpants hitam dan bra yang sudah kotor dan terdapat beberapa bercak darah. Untung saja lelaki itu berbaik hati meminjami jaketnya pada Adney sehingga itu tidak terlalu memperlihatkan pakaian Adney yang tidak karuan itu.

"Tapi gue laper." Ucap Adney dengan tangan memegang perutnya juga menampakkan matanya yang sayu dan suara yang sengaja dibuat semakin lemah.

"Iya ntar kita beli makanan setelah lo ganti baju." Tutur Arka lembut.

"Gak bawa duit bego!" Ucap Adney mulai geram lantaran sifat lelaki itu yang mendadak lembut.

Adney terdiam. Sentuhan bibir Arka di bibirnya membuat Adney terbungkam. Hanya beberapa detik, namun itu cukup membuat jantung keduanya berdetak tidak karuan. Terlebih Adney yang biasanya akan memberontak namun sekarang ia pasrah begitu saja. Ditambah lagi itu adalah first kiss nya yang sudah direnggut oleh Arka.

"Cewek nggak boleh ngomong kasar. Oke, inget ya! Kalo nggak gue cium lagi." Ucap lelaki itu masih dengan ucapan yang lembut pada Adney setelah ia melepaskan ciumannya.

Gila. Adney sadar. Sadar Ney. Semua cowok sama. Lo nggak boleh suka sama dia,-ucap Adney dalam hati merutuki dirinya sendiri yang seperti tengah dimabuk cinta.

"Eh! Cowok! Mau kemana lo?" Ucap Adney saat cowok itu hendak membuka pintu mobil.

"Nama gue Arka." Cowok dengan nama Arka itu menyodorkan tangannya hendak berkenalan dengan Adney, namun langsung ditepis dengan cepat oleh Adney. "Ya udah. Gue juga udah tau nama lo Adney kan?" Lanjutnya berniat memastikan.

"Nggak penting." Ucap Adney masih dengan nada yang ketus dan terkesan arogan. "Eh. Lo mau kemana?" Lanjutnya.

"Diem di dalam! Nggak usah berisik." Ucap Arka sedikit geram lantaran Adney yang masih saja bersikap ketus pada dirinya.

Adney yang mendengar itu justru hendak keluar dari mobil Arka. Namun siapa sangka Arka lebih cekatan. Arka sudah keluar dan segera mengunci pintu mobil dari luar dengan mudah. Tentu saja itu membuat Adney semakin geram dan berkeinginan memecah kaca mobil yang membuatnya terkurung. Namun urung, mengingat Arka adalah satu-satunya orang yang membantu dirinya sehingga ia bisa bernafas sampai saat ini.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang