-19-

63 3 0
                                    

"Sumpah deh! Becanda doang kali gue!" Ucap Adney mengangkat tangan kanannya menampakkan jari telunjuk dan tengah lentik miliknya pertanda 'damai'.

"Tau kok Ney."

"Lah trus?"

"Intinya gue capek sama dia." Ucap Pranata pasrah dengan menghembuskan nafas panjang.

"Trus lo mau putus? Gila aja, lo udah merjuangin dia sampe segitunya tapi lo malah mau mutusin dia gitu aja. Parah lo!" Cerocos Adney geram.

"Yang bilang mau putus siapa cuk?" Tanya Pranata dengan tanggapan sinis.

"Secara nggak langsung lo bilang capek itu lo minta putus Bambang."

"Gue mau break!" Putus Pranata jengah.

Suara motor yang mengarah ke halaman Adney membuat mereka menghentikan pembicaraannya. Seorang gadis dengan baju tidur kelinci berwarna pink kebanggaannya terpasang rapi ditubuh gadis itu. Hanya saja warna cerah di bajunya tidak seperti mood-nya.

"Nih!" Ucap gadis itu menyerahkan sebuah laptop Apple berwarna silver yang ia bawa dari rumah.

"Mampir dulu gih Fawn!"

Gadis itu adalah Fawn, sahabat Adney juga kekasih dari Pranata. Yang tidak lain, ia adalah orang yang dibicarakan oleh Adney dan Pranata sedari tadi. Adney tidak bersuara, ia hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Senyum yang ia paksakan agar terlihat baik-baik saja.

Setelah kejadian di mobil itu, esoknya Pranata datang ke rumah Adney hendak menceritakan keluhannya. Namun siapa sangka Fawn justru datang ke rumah Adney, dan itulah yang terjadi.

Beberapa menit kemudian, Fawn meninggalkan rumah Adney dengan langkah yang tergesa-gesa. Bahkan ia pergi begitu saja, tidak pamit maupun melambaikan tangannya seperti biasa. Tidak seceria Fawn yang biasanya.

Di lain tempat, terlihat Pranata tengah terduduk lesu dengan wajah menunduk seolah merasa bersalah. Ia takut kehadirannya menghancurkan persahabatan antara Adney dan Fawn.

"Sory ya."

"Kenawhy?" Tanya Adney dengan wajah cengo.

"Tadi gue udah firasat kalo Fawn bakal dateng kesini, gue udah liat motornya kayak bolak balik depan rumah lo. Cuman gue-nya santai, gue mikirnya itu cuman firasat gue karena gue-nya yang kepikiran dia. Ternyata beneran dia. Sory ya!"

"Iya nyantai aja, lagian dia cuma nganterin laptop gue yang kemaren rusak. Om-nya kan punya bengkel tuh buat elektronik kayak gituan."

"Ohh." Ucap Pranata dengan wajah tak peduli.

"Jangkrik!"

Pranata cekikikan lantaran berhasil membuat Adney emosi sendiri.

"Oke, gue crita."

Tidak ada jawaban dari Adney. Bahkan lebih tepatnya hening selama beberapa detik.

"Lo tau kan sifat dia kayak gimana?" Ucap Pranata memulai pembicaraan.

"Gimana apanya?" Tanya Adney dengan wajah kebingungan lantaran belum mengetahui maksud dari Pranata.

"Ya gitulah!"

"Gitu apanya? Hah! Ngomong yang jelas ya Allah tobat gue lama-lama!" Ucap Adney geram.

"Giniloh," jeda beberapa detik, kemudian Pranata melanjutkan ceritanya "Gimana ya? Yang pasti intinya gini.  Dia nyuruh gue buat gak boleh deket-deket sama cewek. Tapi dia sendiri? Lo tau kan kemaren?"

Flashback on

"Gue tuh nonton bola sama abang gue, iya sih emang gue sebelumnya nggak bilang sama Pranata. Cuman ya, gimana ya. Masa sama abang gue, gue harus ijin sih sama dia?" Tutur Fawn.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang