-32-

46 1 0
                                    

Hati-hati! Mengandung secuil kedewasaan yang muncul tanpa diduga:)

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Namun Adney masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia lebih memilih menikmati dentuman musik juga semerbak alkohol yang menyeruak di organ pernafasan. Duduk beramai-ramai dengan banyak orang namun tidak satupun yang ia kenal. Sebatang nikotin tidak luput darinya, dihisapnya dengan nikmat nikotin itu membiarkannya masuk ke paru-parunya.

"Tambah satu lagi." Pintanya pada seorang waiters seksi yang sudah menjadi langganannya.

"Oh my God. Lo nambah lagi Ney? Gila! Lo udah minum banyak banget bego!"

Tidak peduli entah sudah gelas ke berapa yang ia teguk kini. Yang ia inginkan hanyalah sebuah ketenangan. Ia mengambil satu batang rokok lagi dan menyalakannya. Menghembuskan asap itu ke segala arah sambil sesekali melihat penari tanpa busana di tengah kerumunan lelaki hidung belang.

"Dih! Lo mau mati apa?" Ucap waiters itu dengan memukul pelan pipi kanan Adney.

"Berisik! Ntar gue kasih tambahan tips."

Seperti itulah. Uang memang bisa mengendalikan segalanya. Termasuk orang-orang yang berada di sekitar Adney. Entah karena kebutuhan atau karena haus akan dunia yang pasti mereka akan luluh karena uang.

"Nih." Ujarnya seraya memberikan gelas kecil berisi Vodka. "Tips gue Ney, jangan lupa yang banyak." Lanjutnya berbisik.

"Iya bawel!"

Ia menikmati waktunya disini. Menghilangkan sedikit demi sedikit kesadarannya. Sesekali ia meneguk Vodka miliknya dengan wajah yang masih saja kusut. Menghisap rokok yang ia sematkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya kemudian menghembukannya. Entah kenikmatan seperti apa yang ia dapatkan dari tempat tidak sehat seperti ini.

Seorang lelaki hidung belang berjalan dengan gagah kearahnya. Terlihat jelas lelaki itu sedang banyak masalah. Pakaiannya layaknya orang kantor dengan kemeja biru juga celana panjang dan jas yang ia sampirkan di bahunya. Cukup tampan dan mungkin masih berumur 40tahun-an. Cukup muda jika dia seorang CEO yang sedang gulung tikar.

"Sayang, sini dong sama om." Ucap lelaki itu genit dan kini sudah berdiri disisi kiri Adney.

Adney sadar lelaki tua itu menginginkan keperawanannya. Mungkin ini waktunya ia bermain-main dengan lelaki hidung belang. Ia sedang ingin memainkan sebuah drama untuk memutuskan batang kecil milik lelaki hidung belang yang tidak tau diri itu.

Ia berpura-pura dalam keadaan mabuk. Tangannya bergelayut manja pada lengan lelaki hidung belang itu. Kepalanya sengaja ia senderkan pada pundak lelaki itu. Tangannya yang lain bergerak cepat untuk memasukkan obat pada minuman yang baru saja dipesan oleh lelaki itu. Tinggal menunggunya meminum minuman itu dan Adney akan segera memutuskan batang kecil milik lelaki itu agar lelaki itu tidak bisa berbuat macam-macam.

"Om, ayo ke kamar." Ucapnya setelah lelaki tua itu meminum minumannya.

Lelaki itu hanya tersenyum. Kesadarannya perlahan menghilang, namun tangannya masih setia mengusap paha tanpa bulu milik Adney. Perlahan tangan itu semakin ke atas hingga hampir mengenai bagian terlarangnya namun segera ditangkis oleh tangan Adney.

Perlahan ia berdiri dari kursinya dengan sedikit sempoyongan lantaran alkohol yang ia teguk. Namun ia segera mengumpulkan kesadarannya untuk memapah lelaki itu pada sebuah kamar yang memang disediakan pada club malam disana. 

"Lo mau kemana Ney?" Tanya pelayan yang sudah menjadi temannya.

"Biasa, mutusin si otong." Ucapnya tersenyum sinis.

"Ati-ati lo! Kalo dia sadar bisa-bisa dia ambil keperawanan lo." Ujarnya diselingi tawa.

"Nyantai aja deh."

Keduanya berjalan gontai. Beberapa kali ia sempat digoda lagi oleh lelaki berhidung belang yang berkeliaran disana. Namun beruntung  Adney berhasil menghindar dengan cepat.

Ia memilih kamar VIP yang sudah menjadi langganannya agar ia bisa lebih leluasa melancarkan rencananya. Ia merogoh dompet yang berada di saku belakang lelaki itu. Memberikan sejumlah uang untuk membayar kamar yang ia pilih.

Ia melemparkan tubuh lelaki tua itu ke kasur king size yang berada di dalam kamar VIP itu. Kemudian bergegas menutup pintu kamar. Adney mulai membuka kemeja putih yang melekat pada tubuhnya yang sekarang memperlihatkan lekuk tubuh bagian atas Adney dengan jelas. Tentu saja lelaki hidung Tangannya berganti melepas celana jeans tiga puluh delapan centimeter yang ia pakai. Adney sudah tidak mengenakan apapun selain pakaian dalamnya sehingga membuat lelaki tua itu seperti anjing yang akan diberikan tulang.

Adney melempar pakaiannya ke sembarang arah dan berjalan dengan berlenggak-lenggok di hadapan lelaki tua itu. Tangannya sengaja ia mainkan pada pahanya berlanjut ke pantat sampai pada perutnya dengan posisi pantat yang sengaja ia sumbulkan. Ia menguncir rambutnya yang terurai menampakkan leher jenjangnya yang siap untuk dimainkan.

"Hai om."

Adney sudah berada di atas ranjang bersama lelaki tua itu. Ia memberikan tatapan manja pada lelaki itu sambil sesekali memainkan rambut lelaki itu. Lelaki itu semakin menggila, terlebih saat Adney membuka satu persatu kancing pada kemeja lelaki itu. Lelaki itu semakin sibuk menciumi leher jenjang milik Adney secara bergantian bahkan hampir mengenai payudara milik Adney yang menawan. Beruntung gadis itu selesai membuka kemeja lelaki itu lebih cepat, kalau tidak ia kasihan pada suaminya yang hanya bisa menikmati bekas lelaki hidung belang disampingnya.

Ia sedikit memberi jarak dengan lelaki dihadapannya. Nafasnya berhembus panjang, bagaimanapun juga dia tidak boleh masuk dalam perangkapnya sendiri. Ia kembali memajukan dirinya kini bergantian Raisa memainkan lelaki itu. Menciumi bagian atas tubuh lelaki itu dengan sesekali mendesah agar lelaki itu lebih cepat membuka celananya.

Lelaki itu terlihat menikmatinya, bahkan semakin menghilangkan jarak antara mereka berdua. Adney sedikit berfikir jika rencananya kali ini gagal lantaran ia terlalu menikmati permainannya karena lelaki kali ini lebih tampan dibandingkan korban-korban lainnya. Yang terpenting sekarang, dia bisa meluapkan segala amarahnya pada lelaki itu. Menghisap leher lelaki itu hingga membekas dengan jelas pada leher lelaki itu. Lelaki itu juga sama, bahkan Adney hampir saja kecolongan first kiss miliknya lantaran ia terlalu menikmatinya.

Tangannya bergelayut manja pada leher lelaki dihadapannya. Ditatapnya lelaki itu. Secercah rasa kasihan muncul pada diri Raisa. Namun urung, ia meredam rasa kasihan itu dan kembali bermain lebih ganas dengan lelaki yang kini berada dalam pelukannya. Leher Adney sudah hampir penuh dengan bekas merah akibat ulah lelaki itu. Adney semakin mendesah dan harus lebih menikmatinya.

Lelaki itu beranjak dari kasur king size dengan badan yang hampir terhuyung lantaran obat yang Adney berikan pada minumannya. Tangan lelaki itu mulai bergerak membuka celana panjangnya. Dan kini berganti membuka celana dalamnya yang menampakkan jelas bagian kecil yang selalu menjadi andalan lelaki hidung belang. Adney tersenyum puas melihatnya. Batang kecil itu terlihat sudah siap bermain-main, bahkan tinggal dimasukkan ke lubang milik Adney dan Adney akan kehilangan keperawanannya. Tapi bukan itu yang Adney mau. Ia menginginkan batang itu agar lelaki tua di depannya itu tidak berbuat sesuka hati seperti papanya.

Lelaki itu kembali menghempaskan tubuhnya di kasur king size dan berhadapan langsung dengan Adney. Lelaki itu semakin mendekat dan hanya berjarak beberapa centimeter batang kecil itu akan mengenai lubang Adney. Tangan lelaki itu semakin mengganas, berganti memegang pantat Adney dan menurunkan perlahan celana dalam milik Adney.

***

Oh God! Adney kamu kenapa:(
.
.
Jangan sampe Adney kehilangan keperawanannya
.
.
Oke pantengin terus pokoknya ya:)
.
.
Jangan lupa buat ninggalin jejak supaya author lebih semangat
.
.
Jangan lupa vote and comment 💓💓💓💓

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang