-27-

57 4 0
                                    

Adney menatap jendela di sampingnya, melihat samar-samar cahaya dari suatu restoran di daerah yang cukup terpencil itu. Meski terpencil, namun restoran itu nampak laris lantaran banyak mobil yang berjajar di tempat parkir restoran itu. Ia sempat kebingungan apa yang membuat restoran ini menjadi seramai sekarang.

"Jauh-jauh dari ujung ke ujung cuman mau ke restoran? Deket apartemen gue juga ada kali Win. Ribet amat!" Ucap Adney geram. Baginya restoran ya sama saja sejauh apapun itu yang penting makan dan kenyang.

Sabar, sabar. Orang sabar disayang calon pacar,- ucap Hadwin dalam hati memberikan semangat pada dirinya sendiri.

Hadwin bergegas turun dari mobilnya berjalan dengan semangat yang menggebu-gebu. Bulir-bulir keringat mulai nampak pada dahinya. Bukan lantaran cuaca yang panas namun ia tengah digelayuti gerogi tingkat dewa yang membuatnya semakin menjadi-jadi.

Tangan Hadwin terulur membukakan pintu disisi Adney. Pintu itu dibukanya perlahan seakan setiap detiknya dinikmati oleh cowok itu.  Ditatapnya gadis dihadapannya, gadis itu masih setia dengan wajah cemberutnya juga tangan yang ia silangkan didepan dadanya.

"Mau turun nggak?" Adney hanya melirik sekilas dan kembali menatap kedepan tanpa mempedulikan keberadaan Hadwin. "Aku tinggal nih? Diculik om om tau rasa." Lanjutnya berupaya menakut-nakuti hadis itu lantaran Adney yang tidak kunjung keluar dari mobilnya.

"Turunin." Ucap Raisa dengan wajah memelas yang sengaja dibuat-buat.

"Manja banget ya Allah." Hadwin melangkahkan kakinya lebih dekat pada Adney agar lebih mudah membantunya turun dari mobil. "Sini!" Lanjutnya sembari menjulurkan tangan.

"Nggak jadi, mau turun sendiri." Sergah Adney cepat. Bahkan ia segera melepaskan seat belt yang masih melilit tubuh super model miliknya dengan cepat dan bergegas keluar dari mobil sport putih itu dengan sedikit berlari.

Kok bisa ya gue suka sama mahluk model kayak gini si. Iya sih cantik tapi absurd gini,- ucap Hadwin kebingungan sendiri dalam hati.

"Ney! Ati-ati ntar jatoh!" Ucap Hadwin setengah berteriak lantaran Adney yang berlarian kesana kemari layaknya anak kecil padahal Adney mengenakan heels.

Tempat parkir disini bisa dibilang cukup besar. Bahkan jika digunakan anak-anak bermain kejar-kejaran pun cukup bahkan masih longgar. Fasilitas parkir disini pun cukup modern sehingga aman bagi siapapun yang parkir disana.

"Ish, dibilangin susah."

Untung saja Hadwin bisa bergerak cepat dan langsung mencekal lengan kanan Adney agar gadis itu diam ditempatnya. Hadwin menatapnya lekat-lekat, cahaya remang-remang di tempat parkir itu seakan mendukungnya untuk memperdalam tatapannya. Lain halnya dengan Adney, gadis itu justru tersenyum kikuk layaknya anak kecil yang ketahuan mencuri mangga dari pohon tetangganya.

"Yaudah ayo masuk!" Adney melepas genggaman tangan Hadwin yang kini berganti ia yang menggenggam tangan Hadwin. Tangan itu ia tarik menuju dalam restoran yang langsung dihentikan oleh Hadwin.

"Kamu tau kita kemana?" Adney terdiam, ia menatap Hadwin kebingungan dengan wajah polosnya yang terlihat lebih lugu. Sontak saja tangannya segera melepaskan tangan Julian yang masih ia cekal.

"Yaudah kamu duluan sana!" Ucap Adney setengah mendorong punggung Julian agar lebih cepat.

"Bentar, tunggu sini!"

Langkah Julian perlahan menjauh dari Adney. Bahkan punggungnya yang kekar pun mulai tidak nampak dan hanya bersisa Adney seorang disana. Raisa bukanlah gadis yang suka ambil pusing, ia lebih memilih memainkan handphonne-nya membuka aplikasi instagram yang berisi endors dari berbagai produk dari pada memikirkan Hadwin yang pergi entah kemana. Ia yakin Hadwin tidak akan meninggalkannya begitu saja.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang