-54-

35 4 0
                                    

"Selamat malam. Selamat datang di Rumah Sakit Pelita Jaya. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita lengkap dengan pakaian khas suster berdiri di tempat registrasi. Wanita itu tersenyum ramah pada Adney dan Arka. Hingga tanpa sengaja menampakkan sebuah lesung di pipinya. Dan iya, memang sudah menjadi tugasnya melayani dengan baik pengunjung yang datang.

"Emmm, sus." Adney tampak berfikir sejenak. "Saya mau tanya, ruangan atas nama Stanley Vilvfred dimana ya?" Lanjut Adnet dengan ramah yang dalam hatinya ia pun diliputi rasa khawatir akan keadaan Stanley.

"Baiklah, saya ulangi. Ruangan atas nama bapak Stanley Vilvred, benar?" Suster itu mengulangi ucapan Adney guna memastikan benar tidaknya yang ia dengar.

"Iya sus, benar." Ucap Adney membenarkan ucapan suster di depannya.

"Baiklah, tunggu sebentar ya mbak."

Mereka berdua berdiri di samping meja registrasi. Menunggu suster dengan senyum manisnya itu mencari nama yang dicari oleh Adney. Tangannya begitu lihai memainkan komputer yang sudah menjadi makanannya sehari-hari.

"Maaf mbak, ruangan atas nama bapak Stanley Vilvfred tidak ada." Ucap suster itu setelah beberapa menit berkutat dengan komputer dihadapannya.

"Gimana sih lo Ney?" Lirih Arka bercanda dengan salah satu tangannya menyenggol Adney. Namun waktunya kurang tepat, Adney sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja ditambah lagi lirikan matanya yang mampu membuat Arka terdiam.

"Diam! Nggak usah berisik!" Ucap Adney tegas. Kali ini bukan lagi lirikan, namun bisa dikatakan melotot pada Arka yang tengah berdiri disampingnya.

"Sebentar sus, enggak mungkin. Emmm." Adney kembali berfikir. "Sus, tolong coba cek lagi. Dua minggu lalu dia masih dirawat disini. Saya yakin kok." Adney kembali berucap, namun tidak lagi pada Arka melainkan pada suster yang sedari tadi melayaninya dengan sepenuh hati.

"Baik mbak, saya cek lagi. Atas nama bapak Stanley Vilvfred, benar?" Ucap suster itu kembali memastikan.

Untung saja suster itu orang yang baik, sehingga ia dengan eloknya melayani pengunjung, bahkan yang seperti Adney sekalipun.

"Iya benar."

"Baiklah, silahkan tunggu sebentar ya mbak."

Masih dengan posisi yang sama, ia kembali diminta menunggu oleh suster itu. Tidak butuh waktu lama bagi suster itu untuk menyelesaikan kegiatannya. Lima menit saja tidak ada, karena itu adalah keahliannya dalam mengaplikasikan komputer.

"Maaf mbak, pasien atas nama bapak Stanley Vilvfred tidak ada." Ucap suster itu dengan sabar.

"Sus, jangan bercanda deh." Ucap Adney mulai dipenuhi rasa khawatir.

"Maaf mbak, ruangan atas nama bapak Stanley Vilvfred memang tidak ada."

"Coba cek lagi sus! Tolong, soalnya dia minggu lalu dia masih dirawat disini. Korban tabrakan

"Sudah saya cek mbak. Dan hasilnya tetap tidak ada."

"Mungkin suster salah ketik, atau gimana gitu?" Adney berdalih, lagi-lagi ia meminta suster itu mengecek kebenarannya

"Baiklah, saya cek sekali lagi ya mbak. Silahkan ditunggu." Ucap suster itu ramah.

Lagi-lagi Adney kembali menunggu. Sudah tiga kali suster itu memintanya menunggu dengan dalih untuk memenuhi permintaan Adney sebagai pengunjung. Karena memang sudah etikanya untuk memenuhi kebutuhan pengunjung di bagiannya.

"Gimana sus?" Ucap Adney tidak sabar. Terlebih ia sangat mengkhawatirkan kondisi Stanley.

"Begini mbak, pasien atas nama bapak Stanley Vilvfred sudah dijemput oleh keluarganya beberapa hari yang lalu. Dan kemungkinan besarnya bapak Stanley di rujuk ke rumah sakit yang memiliki peralatan medis lebih lengkap." Ucap suster itu menjelaskan dengan tutur kata yang lembut.

"Kira-kira Stanley di rujuk kemana ya sus?"

"Mengenai hal itu saya tidak tau, hanya dokter bagian atas yang mengetahuinya."

"Ya sudah sus, terimakasih atas informasinya."

Setelahnya, mereka meninggalkan suster itu sendirian di ruang registrasi. Tunggu-tunggu suster itu tidak sendirian karena disampingnya ada salah satu teman suster itu yang juga kebagian jaga malam.

"Stanley?" Tanya Arka memastikan.

"Iya temen gue yang udah gue-"

Belum sempat Adney menjelaskan, ia dihentikan oleh suara Arka yang tentu saja langsung mencekat tenggorokannya.

"Stop. Gue udah tau kok. Ya udah ayo pulang. Udah malem. Lo perlu istirahat." Ucap Arka sembari menarik pergelangan tangan Adney agar Adney segera beranjak meninggalkan tempatnya berdiri.

"Tapi Ar, kok lo kenal dia? Atau dia temen lo?"

"Nggak. Gue cuman tau kalo lo sama dia deket. Banget malah."

"Lah? Kok deket sih? Kan nggak deket. Tapi kok lo tau? Dari siapa?"

"Gue tau semuanya tentang lo Adney Adamaris. Keluarga lo. Teman-teman lo. Cowok lo. Lika liku hidup lo yang ribetnya minta ampun. Juga penculikan lo yang kebetulan anak buahnya itu bekas anak buah gue." Ucap Arka menjelaskan.

Lo nggak tau aja Ney, tiap hari. Tiap hari gue perhatiin lo. Tapi lo lebih asik sama teman lo si Stanley itu. Hingga itu ngebuat lo nggak pernah lihat ke arah gue, bahkan buat ngelirik aja lo seakan-akan enggak mau,-ucap Arka dalam hati

"Mantan bos?"

"Iya, mantan bos. Dulu gue jualan narkoba. Nyari mangsa ya lewat kurcaci tadi."

Hahahaha

Adney tertawa keras lantaran kebodohan Arka dalam memilih anak buah. Arka menutup mulut Adney dengan mulutnya. Membuat Adney melotot karena perbuatan yang dilakukan Arka secara tiba-tiba.

"Malu-maluin. Jangan ketawa keras-keras ya." Ucap Arka kemudian beranjak meninggalkan Adney yang masih membeku ditempat.

Arka sudah berada di dalam mobilnya menatap Adney yang masih membeku ditempat. Sepuluh menit berselang Adney segera berlari menyusul Arka yang sudah meninggalkannya sejak tadi.

"Lo kelewatan banget. Tega ninggalin gue berdiri disana kaya orang nggak jelas gitu."

"Lah? Siapa suruh? Lagian lo juga aneh. Berdiri kaya gitu. Nih gue ada fotonya."

Arka menunjukkan foto Adney yang tengah mematung di depan halaman rumah sakit.

"Ihhh muka gue ancur banget ya."

"Nanti gue obatin pake cinta dari abang Arka tersayang."

Adney diam, memegang wajahnya yang sudah dipendipenuhi dengan bekas luka sayatan yang sudah mulai mengering. Tapi tetap saja bekas itu akan tetap ada terlebih bekas dalam hatinya.

"Arka."

"Apa sayang?"

"Sebenernya lo itu siapa sih? Kok lo tau semua tentang gue?"

***

Jeng jeng jengggg
.
.
Ternyata kuota ku belum satu minggu sudah habis, jadi maaf ya bisanya up cerita sekarang.
.
.
Oiya, terimakasih pokoknya. Terimakasih karena kalian masih mau nunggu cerita aku. Dan sempetin waktu kalian buat baca.
.
.
Jangan lupa vote and comment 💓💓💓

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang