-50-

47 3 0
                                    

Usai membayar semua makanan yang dipesan Adney dan pelayanan tadi menyerahkan makanan yang sudah terbungkus rapi. Adney mengajak Arka pada suatu tempat yang sebelumnya tidak diketahui oleh Arka.

Arka dan Adney melewati gang-gang sempit yang hanya mampu dilalui oleh satu mobil. Sehingga untuk bergerak pun harus dengan sabar agar tidak terjebur selokan berisi air hitam yang berada di sisi kanan dan kiri jalanan yang belum beraspal itu.

"Lo waras nggak sih Ney?" Tanya Arka sedikit geram lantaran mobilnya sudah terkena lumpur lantaran jalannya yang masih tanah.

"Kalau nggak waras ngapain segala gue nyuruh mbak-mbak tadi bungkus serapi ini bambang? Hah!" Ucapnya menunjukkan bungkusan makanan yang ia bawa dari restoran tadi.

"Iya sih. Trus lo mau kemana? yang jelas dong."

"Diem. Berisik tau nggak."

Arka terdiam. Ia sedang malas berdebat. Walau sejujurnya dia ingin tau kemana gadis itu mengajaknya pergi. Entah sudah seperti apa wujud mobilnya yang semula teramat mengkilat hingga. Ah, pastinya tidak seperti milik Arka orang yang selalu memperhatikan kebersihan mobilnya.

"Depan nanti belok kanan dikit. Rumah kayu kiri jalan berhenti." Ucap Adney memberikan instruksi pada Arka yang tengah menyetir mobil dengan wajahnya yang masih penuh tanda tanya.

"Siap sayang."

Ucapan itu membuat Adney mengalihkan matanya hingga kedua mata Adney terkunci beberapa saat. Tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk menimbulkan debaran yang tidak siapapun tau kecuali dua manusia di dalam mobil mewah itu.

"Apaan sih lo?" Sinis Adney segera mengalihkan pandangannya.

Suasana kembali hening. Arka kembali fokus pada jalanan sempit yang ia lewati. Mengikuti petunjuk yang telah diberikan oleh Adney beberapa waktu lalu. Teriknya matahari bertambah panas lantaran keduanya yang tidak saling bicara satu sama lain. AC mobil yang dihidupkan pun tidak terlalu terasa saking panasnya diri mereka sendiri.

"Stop."

Mobil Arka berhenti tepat saat Adney mengucap kata 'stop'. Tepat didepan rumah kayu usang yang mungkin sudah lama ditempati. Adney bergegas turun dari mobil Arka dan menuju rumah kayu yang didepannya terdapat banyak anak kecil tengah bermain aneka permainan tradisional.

"Kak Aniiii."

Seorang anak kecil dengan tinggi tidak seberapa berlari kearah Adney dengan senyuman yang tidak lepas dari wajahnya sejak Adney turun dari mobil Arka. Gaun berwarna merah muda dengan gambar anak kecil yang ia kenakan sudah lusuh dan koyak dibeberapa bagian. Rambutnya yang sebahu pun tampak kusut dan tidak terawat.

"TEMAN TEMAN! ADA KAK ICA!!! KAK ANI DISINI. BURUAN. AYO CEPET!" Teriak anak itu dengan tangan memeluk Adney dengan erat yang berada didepannya.

"Kaget kakak dengernya. Jangan teriak-teriak gitu ya. Nggak baik sayang." Ucap Adney melepas pelukannya dan menatap anak itu lekat-lekat.

"Tatak lama banyet temama ajya cih. Lika tangen cama tak ica." Ucap anak kecil itu dengan gaya bahasa khas miliknya juga air mata yang sesekali menetes. Memang ia belum bisa berbicara dengan normal lantaran ia adalah anak yang spesial. Umurnya hampir 10 tahun. Namun perkembangannya sedikit terhambat lantaran dirinya yang spesial itu.

"Ssst udah jangan nangis. Rika kan udah besar. Sini liat kakak." Adney mendongakkan kepala anak kecil bernama Rika itu. Diusapnya dengan lembut air mata yang mengalir melewati pipinya yang kian hari semakin tirus. "Rika udah besar. Nggak boleh nakal ya. Maafin kakak juga karena baru bisa kesini jengukin Rika." Lanjutnya sembari mengusap puncak kepala Rika yang masih sesenggukan.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Rika. Anak itu berhamburan ke pelukan Adney begitu saja. Meluapkan semua kesedihannya, bahkan air mata tidak ada hentinya keluar seolah mereka berpisah sudah sangat lama. Memang hanya beberapa minggu tapi itu membuat mereka seakan dililit oleh rindu yang tiada ujungnya.

"Sini dong! Jangan cuman dilihat. Kalian nggak mau peluk kakak?"

Sepenggal kalimat itu dapat membuat anak-anak kecil yang tadinya hanya melihat adegan dramatis antara Adney dan anak kecil itu ikut berhambur pada Adney. Semuanya berlarian begitu saja pada Adney yang masih berpelukan dan seketika memeluknya begitu erat hingga sedikit membuat sesak.

"Aaaaa minggil, Lika nggak bica napash. Hahhh. Hahhh. Hahhh." Ucap Rika berusaha menggerakkan tubuhnya agar ia bisa kembali bernafas setelah beberapa waktu ia menahan nafasnya.

Sontak saja semuanya tertawa memperhatikan gerakan lucu dari anak dengan segala keterbatasannya itu. Meski dirinya tidak sesempurna teman-temannya yang lain ia tetap bersyukur lantaran masih diberikan kesempatan hidup oleh Tuhan.

"Kakak cowok yang disana itu siapa kak? Kok dari tadi ngeliat kita? Nggak mau kesini ya? Tapi kakaknya ganteng kak." Ucap salah satu anak sembari melihat ke arah Arka.

"Ar, sini deh! Jangan lupa tadi dibawa!"

Arka melangkahkan kakinya menyusul Adney dengan membawa beberapa plastik berisi makanan yang dibungkus oleh Adney beberapa waktu tadi.

"Hai." Ucap Arka menyapa anak-anak yang sedari tadi menanyakan dirinya.

"Nah, kakak ini namanya kak Arka." Ucap Adney menggandeng Arka yang berada di sampingnya sembari mengenalkan Arka pada anak-anak dihadapannya.

"Loh? Kok pada diem sih. Nggak mau kenalan nih sama kakak?"

Sontak saja anak-anak perempuan itu berlarian ke arah Arka. Lain halnya para anak laki-laki yang memalingkan wajah agar tidak melihat ke arah Arka.

"Kak Aka pacarnya kak Ani ya?"

Ucapan itu membuat Arka dan Adney saling tatap. Namun tatapan mereka berbeda. Adney dengan tampang judes dan malasnya menanggapi ucapan itu. Sementara Arka yang dengan tatapannya yang penuh rasa. Rasa yang sudah lama dipendam oleh Arka beberapa tahun lamanya. Hingga tidak ada seorangpun yang tau perasaannya selain dirinya sendiri.

***

Haiiiiiiii balik lagi dong
.
.
Maaf ya lama, masih sibuk ngurusin data buat span-ptkin.
.
.
Makasih juga buat yang udah mau doain aku. Aku keterima dong, makasihhh banget nget nget.
.
.
Doain lancar semua ya
.
.
Buat kalian semua, semoga apapun yang kalian inginkan bisa kalian dapetin. Termasuk keinginan kalian buat dapetin hatinya doi:v
.
.
Oke oke, jangan lupa vote and comment 💓 💓💓

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang