-11-

103 3 0
                                    

"Sayang!" Ucap Richard setengah berteriak ingin berbicara serius dengan Adney.

"Hah?"

Adney sedikit terlonjak kaget, karena sedari tadi Adney melamun sambil menatap ombak yang menurutnya lebih menarik.

"Kalo ada apa-apa ntar salahin aku aja ya cantik." Ucap Richard lirih.

"Maksudnya?"

Adney belum sepenuhnya memahami ucapan Richard. Jelas saja, sebelumnya tidak ada apa-apa lalu tiba-tiba saja berkata yang tidak-tidak.

"Kamu bakalan tau kalo kamu udah bisa peka."

"Ngomong yang jelas ogeb."

Adney sedikit emosi, di tambah saat ini ia sedang PMS yang secara otomatis mood nya bisa berubah sewaktu-waktu. Yang cewek pasti pahamlah gimana rasanya. Rasanya seperti menjadi wonderwoman.

"Gini, mau kamu nganggep aku kayak gimana itu terserah kamu. Tapi inget, gak semua laki laki itu sama. Abang kamu juga laki kan? Bukan cewek kan? Sekian dan terimakasih." Jawab Richard sedikit ngelantur.

"Apaan sih? Nggak jelas banget."

Richard tidak menjawab, ia menarik tangan Adney. Adney-pun tidak memberontak, ia mengikuti Richard yang membawanya ke bibir pantai. Mereka berjalan di bibir pantai sambil sesekali memainkan ombak yang menyusul mereka, berjalan tak tentu arah. Dan berhenti di dekat dermaga tempat kapal kapal berlayar. Mereka duduk di hamparan pasir putih yang luas, menikmati setiap detik waktu yang terlewatkan di pantai itu.

"Jangan diem mulu dong Ney!"

Adney tidak menjawab, ia hanya menaikkan kedua alisnya menandakan ia sedang bertanya pada Richard.

"Ngomong Ney!" Titahnya.

Richard sangat sabar menghadapi Adney yang semena-mena. Ia tau Adney hanya butuh waktu agar terbiasa dengan keberadaannya. Meski ia pun tidak tau butuh waktu sampai kapan agar ia dianggap keberadaannya oleh Adney.

"Ngomong. Udah kan?" Ucap Adney sambil terkikik.

"Lo cantik Ney kalo lagi senyum kayak gitu." Ucap Richard sungguh-sungguh.

"Baru tau? Dari dulu kali cantiknya."

Richard menarik Adney agar duduk disampingnya. Membiarkan tubuhnya menyatu dengan pasir pantai yang putih bersih itu. Richard menggeser posisi duduknya, mendekatkan dirinya pada Adney yang semula berjarak kurang lebih setengah meter.

Oke gaiss, Richard mulai modus catet MODUS.

Richard merangkul pundak Adney, mengarahkannya pada pundak kokoh miliknya dan membiarkan Adney bersandar disana. Adney tidak menolak, tidak bisa di bohongi Adney selalu nyaman dengan posisi seperti itu. Adney memang playgirl, namun ia pun butuh disayangi walau hatinya membeku sebeku es di kutub Utara.

Bahwasanya setiap hati adalah hangat, hanya saja beberapa menjadi beku sehingga harus kembali dihangatkan oleh yang disebut 'cinta'.

Adney memejamkan matanya menghirup dalam-dalam aroma Richard. Aroma yang hampir sama dengan aroma Adney sehingga membuatnya nyaman berada di dekat Richard.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang