"Gue gila gini lo juga sukak iya gak?" Ucap Adney dengan kepercayaan diri yang melampaui batas normal.
"Setan kali ah, suka sama cewek model kayak lo." Ucap Stanley memalingkan matanya agar tidak berhadapan dengan Adney.
"Ohhhh gitu, buktinya cowok gue banyak."
"Bangga lo?" Stanley kembali menatap Adney, kali ini tatapannya tajam dan terasa sangat intens.
"Nggak juga si."
Percakapan mereka berakhir saat seorang cowok memasuki ruang band milik Stanley. Cowok itu hanya mengenakan kaos pendek navy bertuliskan 'fake' dengan celana pendek berwarna putih yang nampak selaras dengan bajunya. Mungkin akan terlihat biasa saja jika di kenakan oleh orang lain namun di pakai oleh cowok itu terlihat apik nan pas. Tubuhnya kekar menandakan ia sering berolahraga sehingga tubuhnya terbentuk indah bak seorang atlet.
"Richard?"
Dia adalah Richard, jujur saja Raisa sedikit terkejut dengan kedatangan Richard. Secara Adney pun tidak pernah menceritakan soal Stanley kepada Richard begitupun sebaliknya. Bahkan, Adney juga tidak tau kalau Richard dan Stanley berteman.
"Lah elo ngapain disini?" Tanya Richard pada Adney didepannya.
Tidak ada satupun suara yang keluar dari keduanya. Mereka sama-sama diam dengan pikirannya sendiri. Namun jelas saja sorot mata Richard menajam lantaran pertanyaannya yang tidak kunjung di jawab oleh Adney.
"Udah udah, ayo kita mabar aja. Yok pindah ruangan."
Stanley melangkahkan kakinya hingga berdiri di antara Adney dan Richard. Stanley melerai mereka berdua takut nantinya mereka berdua akan baku hantam dan dirinya lah yang akan menjadi tersangkanya sebagai 'orang ketiga'. Iya, beberapa kali Adney menjalin hubungan dan kebanyakan dari mereka mengira bahwa Stanley telah merebut Adney dari mereka.
"Lo mau balik apa disini dulu Ney?" Ucap Stanley pada Adney.
"Di kulkas ada apaan?" Ucap Adney lantaran perutnya sudah beberapa kali mengeluarkan suara nyaring.
"Gak tau lo cek aja, gue mau ke kamar. Kalo lo mau nyusul, nyusul aja!"
"Okey zeyeng."
Stanley segera menarik Richard ke kamarnya dengan cepat. Stanley pun tidak memberikan kesempatan pada Richard ntuk berbicara walau sebenarnya rasa ingin tahunya sangatlah besar.
***
Lain halnya dengan Stanley dan Richard yang sibuk memainkan game mereka. Adney justru mengobrak abrik dapur yang sama sekali tidak ada makanan di sana. Kulkas yang biasanya banyak makanan pun hanya ada satu liter susu UHT fullcream disana. Meja makan pun demikian, tak ada makanan sama sekali. Adney heran sendiri, rumah sebesar ini tidak ada makanannya sama sekali.
Adney akhirnya memutuskan untuk mengganjal perutnya dengan susu yang ia ambil dari kulkas. Walau sebenarnya baginya segelas susu itu tidak akan memberikan efek kenyang sama sekali bagi dirinya. Walau tubuhnya kecil, jangan salah perutnya bisa menampung aneka makanan dalam satu waktu. Adney merogoh saku celananya, ah ternyata ia memakai celana Stanley. Ia kesini tidak membawa sepeserpun uang karena memang dia tidak ada niatan jajan di luar dan siapa sangka dia bakal pingsan dan berakhir di rumah Stanley.
Ahh kenapa coba gak ada makanan, mana ni perut keroncongan lagi kan kasian cacing cacing di perut gue. Mana gue gak bawa uang lagi, bodoh banget si lo Adney,-Adney ngedumel dalam hati merutuki perutnya yang masih saja berbunyi.
Nahhh pakek ATM Stanley aja kan ya, ini kan rumah dia,- ucap Adney dalam hatinya.
Adney berlari melewati tangga menuju lantai dua. Samar samar ia sedikit mendengar namanya disebut dalam percakapan antara Stanley dan Richard. Ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di depan kamar Stanley karena rasa penasarannya sudah merajalela dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...