-51-

60 5 0
                                    

"Dih enggak. Kak Arka ini temen kak Ani. Tapi kita udah lama banget nggak ketemu. Jadi kak Ani nggak pernah ngajak kak Arka main kesini deh." Ucap Adney menjelaskan dengan tutur kata yang lembut agar anak-anak yang ada didepannya bisa memahami dengan baik.

Gue baru tau. Orang kayak Adney yang belagunya minta ampun bisa selembut ini. Setau gue dia nggak punya tata krama banget. Ngomong juga asal banget kok bisa ya mendadak jadi selembut itu,-ucap Arka dalam hati masih menerka-nerka sifat Adney yang mungkin belum ia tau.

"Oh. Tadi aku kira kak Arka itu selingkuhannya kak Ani." Celetuk salah satu anak cowok berumur dua belas tahunan dengan baju masuk yang tidak kalah kumalnya dengan anak-anak yang lain.

"Hush. Ngawur kamu." Tegur Adney pada anak cowok dengan baju masuk itu.

Sontak saja semua tertawa lepas lantaran candaan itu. Memang benar, kebahagiaan tidak dapat diukur dari sisi manapun dan bagaimanapun keadaannya. Asalkan dengan orang-orang tercinta semuanya akan terasa bahagia dan indah.

"Terus-terus? Kak Ali mana?" Celetuk anak berumur sembilan tahun yang nampak berbeda sendiri dengan yang lainnya. Ia tampil lebih bersih dan feminim dibandingkan anak lainnya sehingga terlihat lebih mencolok.

Hah? Stanley? Iya gue lupa. Gue harus ke rumah sakit. Gimana keadaannya Stanley? Kenapa gue bodoh banget sih? Nggak-nggak. Gue harus cepet-cepet ke rumah sakit. Iya,-ucap Adney dalam hati.

"Hehe kakak lupa. Bentar ya kak Ica mau jemput kak Ali dulu." Gurau Adney berusaha menutupi ketakutannya akan keadaan Stanley yang sudah lama tidak ia ketahui

"Temana tak? Tak Ani kan balu datyang?" (Kemana kak? Kak Ani kan baru datang?) Ucap Rika yang masih saja memeluk Adney tanpa berniat melepasnya.

"Nah iya kak."

"Betul banget tuh."

"Iya kak jangan pergi lagi."

"Nanti aja kak."

Dan banyak lagi suara anak kecil yang melarang Adney untuk pergi. Mereka semua tidak ingin Adney pergi lagi seperti sebelumnya. Mereka takut kehilangan Adney meskipun Adney bukanlah siapa-siapa mereka. Namun kasih sayang Adney mampu meluluhkan hati setiap anak jalanan yang ia asuh.

Tentang rumah itu, itu adalah markas Adney dahulu. Markas sebelum ia hendak melakukan balap liar atau saat merayakan kemenangannya ketika balap liar. Hingga ia tidak sengaja menabrak Rika, anak kecil dengan serba kekurangan yang berhasil ia rawat tiga tahun ini. Dan mulai sejak itu, satu persatu anak jalanan yang tidak mempunyai rumah ia ajak ke markas dan menjadi anak didiknya. Mungkin memang rumah itu tidak layak dianggap rumah tapi cukup untuk melindungi mereka dari teriknya matahari dan guyuran hujan. Satu persatu anak jalanan terkumpul disana, sesekali ia menjenguknya entah membawa makanan, pakaian, buku dan kebutuhan mereka lainnya. Dan yang perlu diingat. Tidak semua orang yang terlahir dari keluarga yang rusak dan pergaulan bebas akan menjadi orang yang tidak benar, karena setiap orang memiliki sisi kemanusiaannya sendiri-sendiri.

Oke lanjut.

"Nggak bisa sayang, kak Ani harus jemput kak Ali sekarang. Kak Ani udah janji. Besok kak Ani dateng kesini lagi, kalian tenang aja. Jangan sedih dong." Ucap Adney lembut sambil mengusap puncak kepala Rika.

"Kak Ani dulu juga bilang gitu tapi kak Ani bohong." Bantah anak lainnya sambil mendekat ke arah Adney.

"Maaf sayang. Sebagai permintaan maaf dari kak Ani, ini kak Ani ada makanan buat kalian. Dan besok kak Ani bawain mainan yang banyak buat kalian semua." Adney menyenggol lengan Arka agar lelaki itu menyetujuinya. "Iya kan Ar?" Lanjutnya mencoba meyakinkan anak anak di depannya.

"I-iya." Ucap Arka tergugup lantaran dari tadi ia melamun memikirkan gadis yang sifatnya berbeda seratus delapan puluh derajat dari yang ia kenal. Sontak saja ia mendapatkan pelototan dari Adney lantaran ucapannya belum berhasil meyakinkan anak asuh Adney.

"Iya, besok kakak sama Adney kesini. Bawa mainan yang banyak buat kalian. Sekarang Adney harus pergi dulu. Besok kesini bawa mainan yang banyak buat kalian." Ucapnya berusaha santai meski ia masih sedikit gugup.

"Kak Al nggak sopan ih. Manggil kak Ani pakek nama. Huuuu." Ucap anak cowok dengan baju yang dimasukkan tadi dan sontak saja langsung disahuti oleh anak-anak lainnya

"Dasar orang tua nggak tau tata krama. Huuuu."

"Iyatuh huuuuu."

"Nggak sopan banget yeeee."

"Hei. Kok gitu sih. Jangan berisik dong. Nggak boleh kayak gitu." Adney bertutur dengan lembut, namun berhasil membuat semua terdiam lantaran ucapannya. "Siapa yang ngajarin kalian jadi bandel gitu?" Lanjut Adneh masih berusaha dengan nada lembut.

Sontak saja semuanya terdiam. Sedikit raut takut yang tampak di wajah anak-anak itu. Namun berhasil tertutupi lantaran mereka menundukkan kepalanya.

"Ayo minta maaf dulu sama kak Arka kalau enggak kak Ani marah." Ucap Adney pada anak-anak yang semula memberi sorakan pada Arka.

Mereka sedikit mendongakkan kepalanya. Melihat wajah Adney dengan ragu dan harap-harap tidak ada emosi yang keluar dari kakak yang mereka cintai. Meski begitu, mereka belum memiliki niat untuk meminta maaf pada Arka karena mereka pun belum begitu mengenal sosok Arka.

"Sekarang. Atau kakak nggak mau kesini lagi?" Tanya Adney dengan sedikit emosi dan menunjukkan wajahnya yang galak dan berhasil membuat mereka semakin menunduk.

"KAK ALKA, KITA MINTA MAAF. KITA JANJI NGGAK BAKALAN KAYAK GITU LAGI." Ucap mereka dengan bersama-sama dan suara yang lantang.

"Nggak ah. Kak Arka ngambek. Kalian jahat sama kak Arka." Ucap Arka serius meski sejujurnya ia tengah bergurau dengan anak-anak itu agar ia berhasil mengambil hati anak asuh Adney.

"KAK ANI." Teriak mereka secara bersama-sama mengadu pada Adney.

"Arka." Tegur Adney pada Arka yang justru terkikik lantaran candaannya.

"Nggak-nggak. Kak Arka becanda. Sini sini salim dulu, baru kakak maafin." Ucap Arka pada anak asuh Adney masih dengan sedikit cekikikan.

Semuanya berjajar rapi. Mengulurkan tangannya satu persatu untuk mencium punggung tangan Arka. Dan hal itu membuat Adney mengulum senyumnya. Berharap agar Arka memang benar benar baik dan bisa membantunya mengasuh anak asuh yang selama ini ia kelola dengan Stanley.

"Ini uang jajan buat kalian. Jangan boros ya tapi. Harus dibagi rata." Ucap Arka sembari memberikan beberapa lembar uang ratusan pada salah satu anak asuh Adney yang paling besar.

Hal itu membuat mereka semua bersorak gembira dengan senyuman yang tidak kunjung lepas dari wajah anak asuh Adney.

"MAKASIH KAK ALKA. KITA SAYANG KAK ALKA." Teriak mereka secara bersama-sama dan langsung memeluk Arka.

***

Hai hai haiii come back lagi dong
.
.
Gimana kabar kalian? Sehat kan? Banyak minum sama makan yang sehat ya. Berserat tinggi maksudnya. Jaga kesehatan
.
.
Jaga hati juga. Jangan gampang baper sama anak orang:v
.
.
Makasih deh buat yang masih disini. Uwuuu sukak banget. Makasihhh
.
.
Jangan bosen-bosen mampir disini ya. Tambah lagi masukin di perpustakaan kalian dong:(
.
.
Jangan lupa vote and comment 💓 💓💓

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang