"Gue putusin buat berhenti merjuangin Adney Stan. Gue...." Ucapnya seraya menimang-nimang keputusan yang ia pikirkan beberapa hari terakhir.
Stanley dan Hadwin tengah duduk dengan mata yang tertuju pada layar besar dihadapannya. Namun pikiran salah satu dari mereka melayang entah kemana.
"Bentar-bentar." Hadwin menghembuskan nafasnya kasar. "Lo mau curhat ni?" Lanjutnya meyakinkan.
Tatapan mata Hadwin nampak sendu, nada bicaranya pun tidak seperti biasanya. Lebih tepatnya memperlihatkan bahwa Hadwin tengah putus asa.
"Nggak! Nggak jadi." Ucapnya ketus lantaran hatinya yang sudah tak enak malah di tanggapi gurauan oleh lawan bicaranya.
"Dih, cowok kalo ngambek nggak lucu kali Jul. Udah deh ngomong aja!"
"Jadi kemaren gini..."
Flashback on.
Dua remaja tengah duduk di tepian pantai ditemani desiran ombak yang semakin membuat mereka terlarut dalam pembicaraan 'tidak enak' mereka.
"Lo masih mempermasalahkan gue sama Stanley? Hah!" Ketus Adney, namun masih tidak mau menatap cowok disampingnya. Ia lebih memilih menatap ombak yang bisa membuatnya jauh lebih tenang.
"Iya Ney. Iya." Tegasnya, tangannya terulur memegang kedua lengan Adney menghadapkannya pada cowok itu agar Adney bisa menatap manik mata cowok itu. "Gue cemburu Ney." Lanjutnya.
"Lo tuh gila tau nggak Win!" Tukasnya, tangan Hadwin yang masih memegangnya ia lepas begitu saja. "Gue udah bilang berkali-kali kan sama lo. Kalo gue nggak ada apa-apa sama Stanley. Masih kurang puas?"
"Gue capek Ney. Gue capek! Gue capek pura-pura nggak cemburu sama lo Ney! Hati gue sakit liat lo sama Stanley kayak gitu. Sementara gue? Dekat pun susah Ney!"
Salah paham itu masih terus berlanjut. Hadwin yang masih tidak mau mengalah, juga Adney yang digeluti oleh rasa egois nya. Mereka lebih seperti orang berpacaran yang tengah menghadapi permasalahan besar.
"Cuman gara-gara itu?" Jari telunjuk Adney menunjuk-nunjuk pada dada Hadwin menampakkan bahwa dia tengah berbicara tegas pada cowok dihadapannya. "Cuman karena itu, lo jadi nggak jelas kayak gini? Lo tuh cemburu buta tau nggak? Lo terlalu sibuk sama gue sampe lo nggak tau letak kesalahan lo sendiri dimana! Lo gak jelas!"
Flashback off
"Bentar-bentar, lo salah paham sama gue?" Stanley menghentikan cerita Hadwin yang masih menggantung karena ia sudah tau sumber masalahnya.
"Iya! Gue salah paham sama lo." Hadwin menghembuskan nafasnya kasar. "Bentar deh, gue belum selesai. Gue lanjutin dulu." Lanjutnya.
Stanley menaikkan alisnya bergantian. Seolah mempersilahkan lawan bicaranya menyelesaikan cerita yang sempat ia hentikan beberapa detik lalu.
Flashback on
"Oke Ney, oke. Gue tau, gue emang salah. Gue minta maaf!" Ucapnya frustasi. Tangannya mengacak rambutnya sendiri, ia lelah seharian berdebat dengan gadis yang ia sayangi itu.
"Heh!" Adney tersenyum remeh mendapati Hadwin yang terlalu mudah mengucap maaf. "Percuma lo minta maaf! Percuma! Lo nggak tau letak kesalahan lo sendiri dimana!" Ucapnya menjorokkan bahu kanan Hadwin kasar.
"Ngomong Ney! Ngomong! Kesalahan gue dimana?"
Adney merogoh handphone dari sakunya. Tangannya dengan cepat membuka galeri yang menunjukkan sebuah foto Hadwin dengan salah satu cewek sedang bermain lidah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...