-17-

70 3 0
                                    

Flashback on.
"Sini deh gue dandanin!" Ucap Adney merebut dengan paksa apapun yang ada di tangan Stanley.

Tangan Stanley yang semula penuh dengan berbagai jenis alat make up milik Fawn, dalam sekejap saja sudah berpindah ke tangan Raisa.

"Nggak! Ntar lo cerong-cerongin gue lagi!" Ucap Stanley menarik paksa make up yang ada di tangan Adney.

"Astaghfirullah Stanley. Sama temen sendiri nggak boleh suudzun dosa besar itu, harusnya tuh husnudzan." Ucap Adney sembari mengelus dadanya layaknya orang-orang yang sedang berceramah.

"Nahhh diceramahin dah lo!" Ucap Pranata tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Sayang sayangku, dengerin Stanley tercinta ini ya!" Ucap Stanley dengan tangan yang digerakkan ke kanan dan ke kiri layaknya orang-orang yang hendak ceramah.

"JIJIK!" Ucap mereka serempak.

"Tau nih, kok bisa ya ada orang gila di dalem sini!" Cibir Rissa.

"Ssssttt diem! Gue mau dandan!" Ucap Stanley sembari menarik paksa make up yang ada di tangan Adney.

"Terserah lo Bambang!" Ucap Adney.

"Iya Markiti!" Ucap Stanley mempersiapkan semua make-up Fawn yang sudah ada di tangannya.

"Tapi! Tapi..." Ucap Adney menggantung.

"Apaan?" Ucap Stanley mendongakkan kepalanya setelah beberapa waktu lalu masih fokus pada make-up dihadapannya.

"Lo nggak boleh hapus make up lo selama satu jam. Berani nggak?" Tantang Adney dengan tatapan meremehkan.

"Gila lo!" Cibir Stanley.

"Yah kalo nggak berani berarti lo cemen!" Ucap Adney sambil mencibikkan mulutnya.

"Lo gak jelas Oneng!" Ucap Stanley senewen.

"Udah deh, ngikut aja!" Ucap Fawn menengahi mereka.

"Iya! OK! Puas?" Ucap Stanley pasrah.

"Belom." Ucap Adney cengengesan.

"Apa lagi Oneng?" Tanya Stanley tidak sabar.

"Yaudah cepetan dandan! Lama deh! Udah deket ini!" Ucap Adney.

Flashback off

Stanley sudah berada di loket hendak membeli beberapa tiket untuk dirinya juga teman-temannya. Bisik-bisik penjual tiket itupun tidak luput darinya. Ingat ini! Stanley masih tidak punya malu!

"Hai mbak!" Stanley menyipitkan matanya mencoba membaca nametag yang tertera di baju milik penjaga loket itu. "Mbak Novita, hai!" Ucap Stanley genit.

"Emm i-iya mas." Ucap penjaga loket dengan nametag Novita itu sedikit gugup.

"Nyantai aja mbak, tau kok kalo ketampanan saya tidak ada tandingannya." Ucap Stanley sembari membenarkan rambutnya.

Novita hanya tersenyum kikuk mendapati salah satu pembeli tiket yang kurang waras seperti Stanley. Namun bagaimanapun juga ia harus bersikap baik dan ramah pada pembelinya.

"Ini mas, enam ya?" Ucap Novita ramah.

"Iya mbak Nov, ini uangnya kembaliannya ambil aja."

"Maaf mas, ini pas mas!" Ucap Novita sedikit kebingungan.

"Iya tau sayang, dadahhh." Ucap Stanley kemudian menoel dagu Novita. Yang sontak membuat Novita terlonjak kaget karena ulah Stanley yang tiba-tiba.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang