Beberapa menit setelah insiden jeweran maut mama Pia. Mobil yang mereka naiki hanya tersisa jarak beberapa meter dari gerbang sekolah. Namun, sekolah mereka tidak seperti biasanya. Sepi. Bahkan seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Hanya ada satpam dan tukang kebun yang menjaga sekolah. Aneh. Padahal jam masuk sekolah masih 30 menit lagi. Namun sekolah mereka sudah sesepi itu.
"Stanley!"
"Hmm? Ngantuk banget gue Ney." Stanley mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya.
"Bel sekolah bunyinya berapa menit lagi?"
Stanley melirik jam analog di tangan kirinya. Masih menunjukkan pukul 06.30.
"30 menit."
"Kok sepi banget gerbangnya? Masa kita telat sih?"
"Ah elah setan. Bilang dari tadi dong Ney!"
Adney hanya memutar bola matanya malas mendapati Stanley yang masih seperti orang kebingungan. Stanley menginjak gas mobil itu dengan kencang karena khawatir mereka terlambat L.A.G.I. lantaran mereka malas bertemu dengan BuSur.
Mobil yang mereka naiki melaju cepat menuju sekolah tempat mereka biasa dihukum. Mobil itu tidak langsung ke basemen namun berhenti di pos satpam terlebih dahulu.
"Pak, ini emang udah masuk ya?" Tanya Stanley yang masih diliputi rasa penasaran.
"Astaghfirullah. Stanley, Adney. Kalian itu gimana si? Hari ini kan libur, guru-guru ada acara diluar sekolah. Dan harus diliburkan."
"Astaga, lupa gue. Yaudah pak, makasih."
Stanley menoleh ke arah Adney, mendapati gadis itu sedang memainkan akun Instagram miliknya yang sudah dipenuhi ribuan followers.
"Mampir CiQi gimana?"
"Lah, bukannya sekolah ya?"
"Libur oneng."
"Hah? Kok bisa?"
"Udah lah, ribut banget lo."
"Oke deh. Mampir CiQi aja. Ntar yang lain biar gue chat deh. Tapi mampir mall dulu ya, mau beli baju ganti."
"Siap tuan putri."
Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di mall yang hanya berjarak kurang lebih tiga kilometer dari sekolah. Mall sedekat itu seringkali membuat siswa siswi di sekolah mereka sering mampir ke mall entah hanya sekedar membeli makanan maupun berpacaran dengan kekasihnya.
Setelah mereka memarkirkan mobil. Mereka segera ke counter pull and bear untuk membeli beberapa pakaian untuk mereka pakai. Mencari-cari pakaian yang sesuai dengan fashion mereka.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk memilih pakaian santai dari counter pull and bear. Mereka sudah keluar dari counter pull and bear dengan memakai pakaian yang baru saja mereka beli. Adney yang mengenakan hotpants putih yang dipadukan dengan kaos tanpa lengan berwarna abu-abu juga jaket jeans oversize. Sementara Stanley, ia hanya mengenakan celana jeans panjang dengan kaos lengan pendek berwarna hitam.
Keluarga mereka memang keluarga tersohor juga kaya raya, sehingga tidak heran jika mereka bisa dengan leluasa pergi dan membeli apapun yang mereka sukai. Bahkan mungkin jika harta mereka harus dibagi untuk sepuluh turunan dan lima belas tanjakan pun harta mereka masih bejibun.
"Bioskop dulu yuk!"
Adney tau jika Stanley hendak menolak ajakannya, hingga membuat gadis itu kembali berbicara saat Stanley hendak membuka mulutnya
"Gue yang bayarin."
"Adney! lo tuh boros tau nggak? Tapi nggak apa-apa gue suka."
"Bentar gue mau ngajak yang lain juga. Biar rame, ntar mampir ke Dufan atau kemana gitu deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...