-3-

202 11 3
                                    

"Jadi sebenernya, si Richard tuh temen gue pas SMP. Tapi karena dulu SMP kelas gue sama dia itu beda kelas gitu. Ya jadinya gue gak terlalu kenal sama dia."

"Tapi kok dia bilang jagain cewek gue?"

"Hehehe, padahal gue sama dia udah putus."

"Gila, bukannya lo gak mau pacaran Sa? Ceritain lengkapnya coba. Sumpah gue kepo banget ini."

"Ceritain apa Stanley?"

Suara itu bukan suara Adney. Suara itu, terdengar seperti suara wanita. Mereka hafal betul itu suara siapa. Suara itu adalah milik BuSur yang sangat mereka cintai dan sayangi dan banggakan. Mereka menoleh saling berhadapan untuk beberapa saat tak lupa dengan senyuman sinis milik mahluk Tuhan yang sempurna ini.

Dan benar. Di belakang mereka berdiri sosok BuSur yang tengah berdiri dengan berkacak pinggang menatap tajam ke arah mereka berdua. Siapa sangka BuSur ternyata ikut mendengarkan cerita mereka.

"Ihhh ibu mah, ngapain atuh disitu? Gak boleh nguping dosa loh Bu. Kemarin mamanya lo bilang gak boleh nguping iya kan Ney?" Ucap Stanley dengan gaya sok kenalnya.

"Nahhh gak boleh tuh Bu. Ntar saya bilangin ke Mama loh kalo BuSur nguping."

"Kalian dihukum bukannya kapok. Malah kayak gini. Sana ke kelas kalian masing-masing."

"Ntar Bu, nanggung. Saya mau dengerin ceritanya Adney dulu Bu."

"SE.KA.RANG!!!" Tegas Busur agar ia tidak kembali dibantah.

"Ya udah yuk Za, ayo ke kantin laper gue." Adney berbisik agar suaranya tidak didengar oleh BuSur yang masih setia menatap mereka.

Tangan adney meraih pergelanagan tangan milik Stanley dengan cepat. Ia berniat mengajak Stanley ke kantin seperti ucapannya tadi, karena memang sejak tadi cacing-cacing di perut Adney sudah meminta jatah.

"Ke.ke.las! Bu.kan.ke.kan.tin!" Ucap BuSur tegas mendapati dua muridnya yang semakin membuatnya kewalahan. "Ini apa ini? Pegangan tangan di area sekolah. Lepas Adney! jangan pegangan tangan", Ucap BuSur tegas. BuSur menarik tangan Adney paksa, berniat melepas genggaman tangan Adney di pergelangan tangan Stanley.

"Yaelah Bu, masak sama adek sendiri gak boleh pegang tangan sih Bu. Ntar kalo adek saya hilang gimana Bu?"

"Tauk nih, ibu mah gitu. Ayo bang."

"MAU KEMANA KALIAN?"

BuSur mengeluarkan suara 10 oktafnya dan hampir saja membuat sekolah itu roboh saking merdunya suara BuSur.

"Kantin buuuu", ucap Adney sedikit berteriak. Karena jarak mereka dengan BuSur cukup jauh.

"SATU LANGKAH LAGI KALIAN MENDEKATI KANTIN. SAYA TAMBAH HUKUMAN KALIAAAAAAN."

Satu teriakan itu berhasil membuat kedua murid tadi menghentikan aksinya. Kalau mereka melanjutkan aksinya ke kantin, mungkin saja mereka akan di skors. Mereka sih senang kalau di skors, tapi se nakal-nakalnya mereka, mereka juga masih mikirin orang tua.

"Tapi kasian Adney ntar Bu. Kalo Adney pingsan gimana Bu? Dia laper banget tuh Bu. Cacingnya aja bunyi terus dari tadi."

"Kekelas sekarang! Gak ada penolakan!"

Adney memutar bola matanya malas sementara Stanley mencopot papan yang tergantung di lehernya dan berganti mencopot papan milik Adney juga. Setelahnya, Stanley memberikan dua papan yang tadinya mereka kalungkan pada BuSur dengan senyum semanis mungkin. Sayang, BuSur sudah tidak mempan digoda oleh Stanley Alhasil Stanley pun mendapatkan pelotototan dari BuSur.

"Makasih ya Bu hukumannya. Kita jadi terkenal lagi deh." Ucap Stanley gemas.

Memang benar-benar tak ada otak mereka berdua. Dengan santainya mereka berdua berterimakasih pada BuSur. Dan bergegas meninggalkan BuSur yang masih kebingungan menanggapi dua remaja ini.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang