-20-

68 3 0
                                    

Dua cewek yang tengah berdiri di koridor depan kelas itu belum menyadari bahwa Adney tengah memperhatikannya sejak beberapa menit lalu. Bahkan mereka pun menikmati pembicaraannya tanpa memikirkan bagaimana rasanya menjadi Adney yang justru dibicarakan oleh sahabatnya sendiri dibelakangnya.

"Iya Sa, dia di rumah Adney tadi malam. Gila aja tuh cowok! Apalagi si Adney itu, brengsek banget jadi sahabat tapi kelakuan kayak gitu." Ucap Fawn dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Terus lo gimana?" Rissa membenarkan posisinya agar lebih mudah mendengarkan curhatan Lara.

Adney masih menatap dua sahabatnya, memberikan ruang bagi keduanya untuk berbicara beberapa waktu. Meski sakit, tapi tidak apa memang itu resikonya terlebih Pranata sering curhat dengannya. Tentu saja hal itu membuat Fawn menjadi curiga

"Langsung pulang lah." Fawn memutar bola matanya malas "yakalik gue nungguin mereka. Ogah banget. Temen macem apa kayak gitu!" Lanjutnya.

"Ternyata bener ya, kata anak sebelah kalo Adney itu pelakor. Dih amit-amit deh." Ucap Rissa dengan tangan kanan yang ia ketukkan beberapa kali dikepala dan di tiang yang ada disampingnya, "Amit-amit jabang bayi amit amit ya Allah, jangan sampe dia ngerebut punya gue." Tuturnya.

"Tau deh, dikasih hati malah...."

Fawn menghentikan pembicaraannya, bukan lantaran lelah membicarakan orang yang menurut mereka itu najis dan buruk itu. Melainkan orang yang sedari tadi mereka bicarakan sudah berdiri tepat diantara mereka berdua. Menatap Fawn juga Rissa yang masih menunjukkan raut wajah kebingungan.

"Dikasih hati malah apa?" Tanya Adney dengan senyum anarkis nya.

"Lo dengar kita?" Tanya Fawn dengan wajah ketakutan.

"Lanjutin aja nggak apa-apa, nggak usah sungkan." Ucap Adney dengan tatapan tak lagi bersahabat juga senyuman anarkis kebanggaannya.

"Neyyy." Ucap Fawn mengusap-usap pundak kanan Adney mencoba mengembalikan keyakinan Adney padanya.

"Apa?" Jeda beberapa detik seolah memberikan ruang bagi Adney untuk berfikir "Lanjutin aja! Nggak apa-apa kok."

"Maafin kita ya Ney." Ucap Rissa dengan wajah bersalah, bahkan wajahnya pun ia tundukkan tidak berani menatap Adney

"Gak apa-apa, udah biasa juga." Ucap Adney sembari mengangkat dagu Rissa agar menatapnya.

Wajah Adney sudah tidak seperti biasanya. Tatapan bersahabatnya pun berubah layaknya tatapan harimau yang siap memangsa mangsanya.

"Seriusan Ney, gue minta maaf." Ucap Rissa serius.

"Kalian nggak salah. Lagian gue terus kan yang selalu salah. Gerak dikit aja udah salah." Ketus Adney. "Satu lagi, gue nggak seburuk yang kalian kira!" Lanjutnya.

"Yaudah gue masuk dulu." Ucap Adney lagi dengan kaki yang melangkah meninggalkan Fawn dan Rissa.

Tangan Fawn terulur menarik tangan kanan Adney, mencoba menghentikan langkah Adney. Namun bukan untuk menjelaskan perkara tadi, Lebih tepatnya Fawn hendak meminta kejelasan pada Adney perihal hubungan Adney dengan Pranata.

Adney menghentikan langkahnya, namun tidak ada yang berniat untuk membuka suara satu sama lain. Bahkan mereka seperti orang yang tidak saling mengenal. Tidak seperti sebelumnya yang mereka selalu tertawa bersama.

"Emmmm" Fawn mencoba berfikir sejenak, khawatir yang akan bicarakan akan menyakiti sahabatnya lagi "Ney!"

Adney tidak menjawab, ia hanya menautkan alisnya seolah berkata ada apa?

"Semalem dia ngomong apa sama lo?" Ucap Adney dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.

"Emang siapa sih Sa?" Ucap Rissa dengan wajah tidak berdosa.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang