Perlahan Adney berusaha membuka matanya yang masih berat. Meski pengaruh alkohol itu sudah tidak ada lagi, tapi kondisinya masih sangat lemah. Samar-samar ia melihat bayangan Richard didepan wajahnya. Cowok itu seperti tengah mencondongkan dirinya pada Adney. Perlahan, wajah cowok itu nampak semakin mendekatinya. Adney masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Mencoba memastikan yang dilihatnya. Dan iya, apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh cowok begajulan seperti Richard itu pada dirinya?
"AAAAA RICHARD! APA-APAAN SIH LO!" Teriak Adney dengan tangan mendorong keras pada wajah Richard.
"Emmmm Ney. Ini nggak kayak yang lo pikirin. Beneran. Gu-gue minta maaf." Jawabnya. Tanpa ia sadari bulir keringat mengalir begitu saja di kening Adney tanpa aba-aba menandakan bahwa ia tengah gugup setengah mati.
"Nggak kayak yang gue kira palalu!" Bentak Adney dengan tangan mengetuk-ngetuk kepala Richard, memastikan apa yang sebenarnya ada di otak Richard. "Gue sadar kali, lo mau nyuri first kiss gue. Untung belum. Untung juga gue keburu bangun. Kalo udah ntar bibirnya Richard yang seksi ini udah gue potong dah." Lanjutnya dengan tangan mengusap bibir Richard dengan lembut dan senyumnya yang cukup seram.
Richard bergidik ngeri mendengar ucapan Adney yang terakhir. Langsung saja, otak Richard membayangkan jika bibirnya dipotong oleh gadis kesayangannya itu. Wujudnya sudah bisa dipastikan tidak akan tampan rupawan lagi tanpa bibir seksinya.
Gila, ntar gue nggak tampan lagi. Nggak ada yang ngejar-ngejar gue. Argh. Wujud gue pasti kayak tengkorak di laboratorium biologi. Dih. Jangan sampe, -ucap Richard dalam hati merutuki kebodohannya sendiri. Ia lupa kalau Adney punya sepuluh panca indera di dunianya.
"Diem lo? Bener kan yang gue bilang? Lo mau nyolong first kiss gue? Jawab!" Tanya Adney lagi dengan kedua tangan memegang bahu Richard dan menggerakkannya hebat lantaran Richard tidak kunjung menjawab ucapannya tadi.
"Nggak salah." Nafasnya seakan tercekat. Hampir saja Richard keceplosan. "Em maksudnya enggak bener Ney. Anu tadi itu. Gue tadi cuma benerin itu-" belum juga cowok itu menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Adney.
"Itu-itu apaan? Ucapan pertama itu ucapan yang keluar dari hati." Tangan Adney menunjuk pada dada sebelah kiri Richard yang tentu saja itu letak jantung bukan hati. Biarlah. Cewek nggak pernah salah bukan?
"Dan nggak mungkin bohong." Lanjut Adney dengan tangan masih menunjuk-nunjuk dada kiri Richard.
"Tapi gue nggak Ney." Richard mengelak sembari memegang tangan Adney yang tadinya digunakan untuk menunjuk dada sebelah kirinya. Namun langsung ditangkis oleh Adney detik itu juga.
"Nggak pala kau! Keluar deh sono. Ganggu princess mau bobok aja."
Iya, Richard nggak bisa bohong ada secuil rasa jijik saat Adney mengucapkan 'princess'. Ah biarlah, cewek selalu benar. Richard memutar tubuhnya 180 derajat. Ia baru tau kalau Adneu yang baru sadar dari mabuknya justru lebih ganas. Macan saja kalah. Ah, mungkin dinasaurus juga kalah sangking seramnya Adney.
"Galak amat." Desis Richard saat satu langkah lagi dia keluar dari kamar.
"Gue denger bego!" Sebuah bantal mendarat mulus di punggung Richard yang membuat si pemilik punggung sedikit terbatuk lantaran punggungnya terkena lemparan cukup keras.
"Setan lo! Untung gue nggak jantungan." Ucap Richard memungut bantal di lantai dan melemparnya ke shofa panjang yang berada di sisi kanan tempat tidur.
"Udah! Sono cepetan pergi! Ngantuk berat. Berat nya pakek triple D jadi beraddd." Adney menata tempatnya tidur. Mengurangi suhu AC menjadi -23° dan menarik bedcover motif totol-totol warna hitam putih sampai menutupi dadanya. "Cepetan Richard! Lama deh! Gak usah ngeliatin gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...