-22-

56 4 2
                                    

BRAKKKKK!!!

Hanya satu pukulan. Dan bum! Bunyi itu membuat seisi kelas menjadi diam tanpa suara. Menjadikan meja yang beberapa detik lalu itu dipukul oleh salah satu guru killer itu menjadi pusat perhatian.

Suara meja yang digebrak dengan begitu keras memenuhi ruangan bernuansa hijau yang diisi oleh beberapa murid dengan mata sayu-sayu layaknya orang yang mengantuk lantaran suasana kelas yang bisa dikatakan lebih dari cukup untuk digunakan sebagai tempat tidur. AC dengan suhu -18 derajat yang membuat para penghuninya semakin betah untuk berlama-lama menyelami alam mimpi. Hanya saja, semerbak aroma kaos kaki terkadang menyeruak begitu saja. Entah berapa lama murid-murid di dalamnya tidak mengganti kaos kaki itu, rasanya menjijikkan sekali.

Ruangan ber-AC yang berisi orang-orang dengan kalangan bandel tingkat dewa ini berhasil membuat salah satu guru kewalahan setelah beberapa waktu tidak ada guru yang mengeluhkan hal ini. Dan lagi! Ini karena ulah dari waketos Harapan Bangsa. Siapa lagi kalau bukan Rowena Adney Adamaris.

Adney mengerjapkan matanya beberapa kali memastikan siapa orang yang dengan kejamnya mengganggu mimpi indahnya kali ini. Ia menatap guru itu dengan mata yang masih sayu namun senyumannya menampakkan sebuah senyuman yang meremehkan.

"ROWENA ADNEY ADAMARIS!!!"

"Iya Bu, ya Allah ganggu banget deh." Ucap Adney lesu sembari mengumpulkan nyawanya.

"Untung ya kamu itu waketos, terus kamu juga juara di lomba-lomba kalau enggak ibu bakal kasih kamu hadiah tau nggak!?"

"Hadiah? Nggak apa-apa bu, kasih aja. Kan lumayan tuh bangun tidur dapet hadiah."

"Hari ini berhubung ibu sedang baik hati. Ibu putuskan kalian ulangan da.da.kan!" Ucap guru dengan tubuh berlemaknya itu dengan menegaskan kata 'dadakan'.

"Buuuuuu." Ucap seluruh murid lesu.

Seisi kelas yang terkenal badungan itu langsung menampakkan muka garangnya pada Adney. Sontak saja Adney yang mendapatkan muka tidak enak itu menampakkan senyuman juga alis yang di naik turunkan yang seolah mengatakan 'tenang ada gue.'

Mereka semua menyelesaikan ulangan itu seperti biasa dengan cara menyontek milik Adney yang jelas memiliki pamor sebagai 'siswi tercerdas di kelas itu' jelas saja Adney memiliki pamor seperti itu. Bagaimana tidak? Dia adalah pemenang beberapa macam olimpiade yang diadakan di sekolahnya.

"Gila lo Ney! Sumpah ya! gara-gara lo kita semua ulangan tau nggak? Hah! Lo itu parah sumpah!" Ucap Nica teman sebangku Adney.

Sementara lawan bicara Nica itu hanya cengengesan seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa. Yang membuat Nica semakin geram dengan lawan bicaranya itu. Siapa lagi kalau bukan Nica orang yang selalu membuatnya geram sendiri lantaran sifatnya Adney yang sesukanya dan tidak bisa ditebak itu.

"Astaghfirullah rabbal Barayah." Ucap Nica mulai mendramatisir keadaan. "Kadang gue tuh nyesel tau nggak punya temen kayak lo. Diomongin sana sini nggak pernah ngerti! Capek juga Ney! Seriusan deh!" Lanjutnya dengan tangan yang sesekali menggebrak meja yang sontak membuat seisi kelas semakin heboh.

"Sttttt!" Tangan telunjuknya ia tempelkan pada hidung Nica yang mulai kempas-kempis lantaran berbicara panjang lebar. "Lo nggak kasian apa sama hidung lo? Kempas-kempis dari tadi tau nggak!" Tutur Adney lembut dengan jari telunjuk yang masih menempel pada hidung Nica yang nafasnya sedikit demi sedikit mulai teratur.

"AAAAAAAA ADNEY!!!" Teriak Nica geram setelah beberapa detik mencoba menetralkan hidungnya yang kata Raisa 'kempas-kempis.'

"WOY! BERISIK!!!" Suara berat lelaki itu sontak membuat lelaki itu menjadi pusat perhatian.

"Apaan sih? Lebay amat!" Ujar Nica tidak terima lantaran dirinya dianggap berisik oleh ketua kelas mereka. Bayu Ardhana. Seorang perfeksionis yang mengharuskan semua orang patuh terhadap dirinya apapun yang terjadi.

"Ya elo tuh harusnya sadar! Udah tau gue ketua kelas disini disuruh diem malah nggak terima, maksud lo gimana? Ngajak ribut? Hah!"

"Apaan sih, malah ribet gini. Yaudah gue ngewakilin Nica yang baik hati dan tidak sombong ini minta maaf!" Ujar Adney sembari mengedipkan matanya sebelah agar Bayu luluh dengan dirinya. Lantaran Bayu adalah salah satu dari sekian juta mantan Adney. Bukan mantan pacar, melainkan hanya mantan gebetan.

Bayu sedikit kikuk lantaran perlakuan Adney. Memang hanya mengedipkan mata beberapa kali. Namun bagi Bayu itu adalah salah satu hal langka yang tentu saja membuat Bayu seperti terbang menembus awan melewati pesawat Lion Air dan akhirnya dia terbang sampai ke syurga. Dan berakhir tewas deh.

Adney melambaikan tangannya keatas dan kebawah mencoba menyadarkan Bayu yang masih belum mengedipkan matanya sedari tadi. Namun tetap saja tidak ada respon dari mahluk perfeksionis bernama Bayu itu. Matanya menerawang kedepan entah apa yang ditatapnya, yang jelas bibirnya tersenyum hanya saja seperti senyuman yang dipaksakan lebih tepatnya senyuman itu tercipta karena kedipan mata Adney beberapa menit lalu.

"WOY! BATU IDUP! SADAR LO! JANGAN NGAYAL MULU!" Teriak salah seorang lelaki dari arah samping yang sedari tadi melihat Adney juga Bayu.

Bayu mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menandakan bahwa ia sedang kebingungan sendiri lantaran tertangkap basah masih belum bisa move on dari Adney. Cewek yang saat ini masih saja ia taksir.

"Emmmm." Ucap Bayu dengan kepala menunduk berusaha menutupi wajahnya yang merah. Namun tetap saja, telinganya seolah memancarkan warna merah yang membuat Adney menahan tawanya untuk beberapa waktu. "Gue ke... Toilet... Dulu." Lanjutnya tergagap.

Langkah Bayu semakin menjauh dari Adney. Langkah kaki yang biasanya nampak tegap dan cukup lambat, tiba-tiba saja menjadi sangat cepat lantaran menahan malu.

WAHAHAHAHAHAH

Tawa keras Nica meledak begitu saja setelah kepergian Bayu. Entah tidak punya malu atau bagaimana Nica itu, terkadang Adney berfikir Nica adalah orang yang tidak punya malu dan yang pasti K-E-M-A-Y-U.

"Stress lo Ca!" Tutur Adney geram sendiri.

"Apaan?" Ucap Nica disela tawanya.

"Tau ah, geje banget!" Ucap Adney memposisikan dirinya untuk kembali menyelami alam mimpinya.

"Bentar bentar! Lo nggak liat apa?" Nica mencoba menetralisir dirinya agar tidak kembali menertawakan Bayu yang entah sudah seperti apa bentuknya.

"Apaan? Ngantuk banget gue!" Sahut Adney kemudian memposisikan dirinya untuk kembali menyelami alam mimpi. Adney meletakkan tangan kanannya sebagai tumpuan untuk tidur.

"Bentar Ney! Ish." Ucap Nica menarik paksa Adney agar tidak tertidur lagi.

"Iya, apa?"

"Wajahnya si Bayu tadi. Sumpah kalo lo perhatiin pasti lo juga ketawa tau nggak Ney."

"Tadi tuh gue udah mau ketawa tau nggak? Yee malah lo duluin. Udah gitu ketawa lo keras banget lagi! Nggak tanggung-tanggung! Keburu malu gue." Ucap Adney mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang Nica buat.

"Abis gue udah nggak betah tau Ney! Sumpah, ngakak banget Tuhan." Ujarnya kemudian melanjutkan tertawa tanpa dosa.

"Bentar deh! Tadi tumbenan deh guru kesayangan lo merhatiin gue kenapa si? Ganggu mimpi gue tau nggak!"

"Nggak tau juga! Tapi bener juga kata lo."

"Kantin ae lah, laper gue! Tidur juga butuh energi buat menyelami alam mimpi."

"Gila! Tugasnya banyak banget tau Ney!" Ucap Vista mulai sambat.

"Yaudah si, selo."

"Selo matamu!"

"Gue suka gaya lo." Ucap Adney dengan wajah santainya juga kedua tangan yang menunjukkan jempol.

***

Im come back, syalala yeyeye aye ayeeee
.
.
Bacod ah elah_-
.
.
Mantap
.
.
Jangan bosen-bosen mampir ke sini ya, walaupun author ini suka nggak tepatin janjinya ya maap:(
.
.
Oiya jangan lupa vote and comment 💓💓💓

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang