-23-

72 3 0
                                    

"Etdahhhh ada apaan si rame banget Ney?" Seorang laki-laki, ah mungkin lebih tepatnya cowok dengan kemeja lengan panjang warna biru juga sarung putih itu memasuki rumah Adney tanpa permisi.

"Menurut el?" Ucap Adney jengah menanggapi cowok yang sedang berkacak pinggang dekat pintu utama rumah Adney.

"Pulang ae lah lo! Ganggu tau nggak!" Sahut Fawn tidak kalah sewot.

Rumah besar dengan nuansa gold yang sering menjadi tempat berkumpulnya teman-teman Adney dari beberapa kalangan. Baik dari sekolah maupun tongkrongannya, kini tengah ramai oleh teman-teman dari sekolahnya. Siapa lagi kalau bukan Fawn dan Rissa.

"Seloooo." Ucap cowok itu menunjukkan wajah bersahabat, tentu saja supaya diperbolehkan untuk tetap di rumah Adney.

"Pulang aja si! mau curcol inimah." Sahut Gita dengan mata yang masih tertuju pada layar handphone di tangan kanannya yang menunjukkan salah satu idolanya.

"Gue gak ganggu." Cowok itu mengangkat dua jarinya pertanda ingin berdamai dengan cewek-cewek yang tentu saja terlalu banyak cing-cong. "Seriusan!" Lanjutnya meyakinkan cewek-cewek dihadapannya.

"Yaudah keatas ae lo!" Putus Adney setelah beberapa detik menimang.

"Hush hush cepetan!" Ucap Fawn menimpali ucapan Adney.

"Calmer mana?" Ucap cowok yang sekarang tengah celingukan mencari salah satu anggota keluarga dari rumah itu.

"Klinik."

Beberapa detik kemudian, Fawn dan Rissa saling melempar tatapan bingung. Mencoba menerka-nerka kata 'calmer' yang baru saja keluar dari mulut cowok yang baru saja melangkahkan kakinya ke lantai dua.

"Lo sepemikiran sama gue gitu nggak?" Ucap Fawn setengah berbisik.

Rissa hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan wajah yang masih sedikit kebingungan.

"Adney!'' Ucap Fawn dan Rissa serempak.

"Hah! Apaan?" Adney yang baru saja menyelami dunia YouTube yang baru saja ia tekuni mendadak kaget lantaran teman-temannya yang memanggil dirinya bersamaan.

"Lo..." Lara berpikir beberapa saat agar ucapannya tidak  menyakiti  Adney. "Lo  anuan sama  Stanley?" Lanjutnya.

Cowok yang sedari tadi mengganggu waktu mereka adalah Stanley, cowok yang mungkin sudah menganggap rumah Adney adalah rumahnya sendiri. Mungkin urat malu Stanley telah terputus sehingga dia tidak punya lagi urat malu seperti manusia normal pada umumnya.

"Hah?" Adney membenarkan posisinya agar perhatiannya tidak tertuju pada layar handphone dihadapannya "Anuan apa si Fawn?" Lanjut Adney kebingungan dengan kata 'anu'.

"Itu tadi calmer." Ucap Rissa spontan.

"Ah elah, elo..." Belum selesai Raisa melanjutkan ucapannya, sebuah ketukan pintu menghentikan ucapannya.

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum."

Suara itu adalah suara dari Hadwin, cowok yang saat ini masih berusaha mendekati Adney dengan sabar. Usahanya sering kali sia-sia dan hanya menyebabkan sakit hati buat dirinya sendiri tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah terlanjur cinta dengan Adney.

"Waalaikumussalam." Ucap Adney dari kejauhan. "Ada apa Win?" Lanjutnya.

"Adney ada? Mau ketemu sebentar sama Adney."

"Mau ngapain?" Sahut Fawb menimpali Hadwin yang masih memasang senyuman diwajahnya.

"Nggak tau." Ucapnya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

AdneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang