Adney mengikuti semua yang diucapkan oleh Arka. Dia tidak berani bertindak lebih, mengingat ancaman Arka pada dirinya tadi. Memang semuanya terlihat aneh bagi Adney, baju yang kedodoran juga celana yang panjangnya melebihi lutut itu menutupi lekuk tubuhnya. Tentu saja itu bukan gaya khas Adney, tapi demi masa depannya tidak apa-apa.
/Aku rapopo mas/."Buruan Ar! Gue laper tau gak!?" Teriak Adney yang berjarak beberapa meter dari mobil sport milik Arka.
"Iya bentar, beresin baju lo tuh!" Sahut Arka dengan tangan yang masih sibuk membereskan pakaian Adney.
Dasar Adney yang otaknya radak kurang, dia hanya tersenyum seperti orang tanpa dosa memperhatikan Arka yang masih saja membungkuk membereskan pakaian Adney yang ia pilihkan tadi. Jangan lupa, baju yang dipilihkan oleh Arka tidak ada yang sesuai dengan selera Adney.
"Udah, ayo! Malah senyam senyum kayak orang gila tau nggak!?" Tegur Arka melihat Adney yang masih saja cengengesan.
"Ya udah ayo. Buruan!"
Adney menarik paksa tangan Arka agar mereka segera memasuki kawasan makanan. Perut Adney pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Cacing-cacing di dalam perutnya sudah menggeliat meminta jatah yang tidak kunjung datang.
Belum sampai di outlet makanan tiba-tiba saja Arka berhenti yang sontak saja membuat Adney berhenti lantaran tanpa sadar sedari tadi Adney menggenggam tangan Arka dengan erat.
"Awww, kalo berhenti bilang dong. Bego. Kaget gue."
"Modus kamu bisa aja ya sayang." Ucap Arka sembari mencium tangan Adney dengan lembut.
"Dih najis najis." Adney segera menarik tangannya dan mengibas-ngibaskannya ke segala arah, seakan tangannya itu baru saja terkena sesuatu yang menjijikkan. "Amit-amit deh modus sama lo." Lanjutnya.
"Lah tadi apa namanya sayang?"
"Apaan sih segala manggil sayang? Hah!"
"Uuu sayangku." Ucap Arka kali ini mengusap rambut Adney yang sudah kusut.
"Banyak bacot ya lo. Udah ah laper gue."
"Adney sayang, susah deh dibilangin. Cewek nggak boleh bicara kasar. Susah banget dikasih tau." Ucap Arka dengan satu tangannya mencubit gemas pipi Adney yang chubby
"Berisik. Ayo Ar. Buruan!"
Mereka melanjutkan langkahnya, namun kali ini lebih cepat. Dengan Adney yang berada di depan sementara Arka hanya membuntutinya dari belakang. Hingga tiba-tiba saja Adney menghentikan langkahnya yang sontak saja membuat Arka menubruk punggung Adney, dan hampir saja membuat Adney hampir terhuyung ditambah luka di tubuhnya yang belum mengering.
"Sa! Kalau berhenti bilang. Nggak lucu kali kalo jatuh dilihat banyak orang. Ngawur lo."
"Ya kali gue harus bilang-bilang dulu. Kan udah nyampe." Ucap Adney menunjuk outlet makanan di depannya menunjukkan pada Arka bahwa mereka sudah sampai.
"Kok gue nggak tau sih."
"Makannya punya mata dipake. Jangan buat pajangan doang!"
Sabar Arka sabar, emang dasarnya nih anak batu. Lo harus bisa taklukin. Harus bisa,-ucap Arka dalam hati meyakinkan hatinya sendiri.
"Emmmm makan apa ya? Gue mau itu, itu, sama itu yang disana, trus itu, sama ini. Eh itu juga boleh deh, itu juga, iya sama yang itu juga. Tambah itu juga nggak apa-apa deh. Tunggu itu ketinggalan, sama itu." Adney menunjuk beberapa outlet makanan yang ada di depannya bahkan hampir semua outlet makanan sudah ia pilih. "Udah. Ntar lagi." Lanjutnya setelah beberapa saat berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...