Tubuh Adney menggeliat ke beberapa sisi berharap Tuhan tengah berpihak pada dirinya. Namun nihil, usahanya sia-sia bahkan tidak membuahkan hasil sama sekali. Justru pergerakannya membuat rantai yang melekat pada dirinya semakin erat dan menciptakan beberapa luka pada tangan dan kakinya. Malangnya, tubuh indah Adney semakin terekspos lantaran baju yang ia pakai terlepas begitu saja karena pergerakannya sendiri. Bahkan para penculik yang berada di depannya pun memanfaatkan kesempatan itu dengan baik menatap Adney tanpa berkedip sama sekali. Malang memang, berusaha melepas tapi justru terkuras.
"Siapa sih lo!? Picik tau nggak?" Ucap Adney sesekali mencondongkan tubuhnya pada wanita bertopeng yang hanya berjarak beberapa meter dari dirinya. Walau pada faktanya dia tidak bisa menjangkau wanita bertopeng itu. "CEWEK NGGAK PUNYA HATI!" Lanjutnya berteriak lebih keras.
"Nggak punya hati ya?"
Langkah wanita bertopeng itu semakin mendekat. Tangannya yang sedari tadi memainkan pisau di tangannya sudah bersiap melayang untuk menggores tubuh Adney. Tubuh yang harusnya mulus dan indah itu telah berubah. Sebuah goresan di tangan Adney terlihat dengan jelas. Bahkan mungkin sedikit lagi tulangnya akan terlihat akibat goresan itu. Darahnya mengalir lancar hingga menetes pada ubin yang ia pijak.
Sementara Adney, ia hanya bisa meringis menatap tangannya yang memancarkan darah. Sesekali pandangannya berpindah pada ubin yang ia pijak. Ubin yang kini sudah dipenuhi darah dari tangan Adney.
Yah gila aja, yakalik gue mati disini cuman gara-gara kehabisan darah. Nggak keren dong. Tambah lagi tempatnya jelek, segala baunya busuk,-rutuk Adney dalam hati.
"Terus nyokap lo? Apa itu namanya? Tega ya ngerusak keluarga orang. Bahkan nggak punya malu sama sekali. Seenaknya masuk ke keluarga orang dan ngerusak dengan semudah itu!" Ucap wanita bertopeng itu dengan sebelah tangan mencengkeram kuat dagu Adney hingga membuat gadis itu merintih kesakitan lantaran kuku tajam dari wanita itu yang melukai dagunya. "BILANG SAMA GUE! APA SEBUTAN YANG PANTAS UNTUK SEORANG WANITA SEPERTI NYOKAP LO!?" Lanjutnya berteriak lebih lantang sembari melepas dagu Adney dengan kasar hingga membuat wajahnya berputar sembilan puluh derajat.
Wanita itu berjalan menjauhi Adney, kemudian perlahan tangannya terulur membuka topeng yang sedari tadi menutupi wajahnya. Wajah itu tidak asing. Bahkan sering terlihat elok dihadapannya. Dia adalah wanita, lebih tepatnya seorang gadis yang beberapa tahun terakhir sudah menjadi tempatnya membagi keluh kesah. Malang memang. Terkadang orang-orang yang selalu dibela dan selalu berada di sisi kita adalah musuh yang benar-benar nyata dan justru lebih kejam.
"Fawn?" Ucap Adney dengan mata memicing dan wajah yang masih diliputi tanda tanya.
Ia masih tidak yakin bahwa wanita bertopeng itu adalah sahabatnya sendiri. Orang yang selalu dipercaya justru berkhianat dengan semudah itu.
Nggak. Nggak mungkin dia Fawn. Fawn nggak mungkin tega berbuat kayak gitu. Fawn juga nggak sejahat itu. Gue yakin. Pasti gue salah lihat,-ucap Adney dalam hati mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Iya, gue Fawn. Fawn Mardelle. Baik banget kan gue? Mempercepat kematian lo!"
Gadis bernama Fawn itu mendekat pada Fawn. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang dilihatnya memang benar Fawn sahabatnya sendiri.
"Nggak. Gue pasti salah lihat."
"Gue Fawn sayang." Fawn menepuk-nepuk keras pipi Adney agar Adney tersadar kalau yang dihadapannya memang benar. Bahkan Adney pun sampai meringis lantaran tamparan Fawn yang terlalu keras.
"Lo? Apa-apaan sih Fawn? Gue salah apa sih sampe lo segitunya? Kita temenan udah lama. Dan lo juga tau itu."
"Temenan ya? Temen macam apa yang ngebiarin nyokapnya ngerusak kebahagiaan temennya sendiri. Lebih-lebih itu keluarga gue sendiri Sa! Hah!? Lo pikir gue bego bisa lo akalin kayak yang anak-anak lainnya? Nggak! Apa layak orang kayak lo gue sebut dengan 'temen'?"
"Tapi, g-gue..." Belum selesai Adney berbicara, ucapannya sudah dipotong oleh Fawn yang sudah diliputi amarah.
"Apa? Mau ngelak? Semua bukti udah jelas-jelas ada Ney! Selama ini gue diem dengan terus-terusan ada disisi lo dan pura-pura support lo itu Buat apa? Buat mastiin titik lemah lo. Biar lo bisa ngerasain sakit yang lebih. Lo nggak pantes bahagia! Keluarga lo semuanya benalu! Termasuk lo! Nggak ada yang bisa dibanggain dari orang kayak lo." Fawn menunjuk-nunjuk pada tubuh Adney yang terekspos begitu saja.
"Fawn..." Ucap Adney melemah.
"Lo inget poster-poster yang ada di mading?" Fawn melirik sebentar pada Arney yang masih membeku ditempatnya. "Gue yang nempelin Ney, gue! Yang ngelaporin bokap lo? Om gue. Baik kan, mempercepat semuanya diluar kemampuan lo." Lanjutnya tersenyum remeh.
"Brengsek! Bajingan!" Adney meludah tepat di wajah Fawn yang justru membuat Fawn tersenyum semakin bangga.
Fawn mengusap ludah Adney dengan kasar. Senyumannya yang sarkas tidak kunjung hilang. Ia semakin senang melihat Adney yang digeluti amarah. Ia merasa berhasil dengan semua rencananya. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain membuat Adney melemah.
"Dan, Stanley. Jelas jelas gue yang nabrak. Itu semua atas permintaan gue. Semua berjalan sesuai rencana awal gue. Dan lo? Lo mempermudah gue dengan lo kabur dari Stanley. Awalnya niat gue mau nabrak lo biar lo MATI. Tapi dengan Stanley yang ketabrak dan kondisinya juga cukup, ya... Lumayan parah lah. Gue lebih bersyukur. Lo tau kenapa? Karena dia adalah titik kelemahan terbesar lo."
"Apa sih sebenarnya yang lo mau?"
"Sebenarnya? Adney... Adney... Hidup lo terlalu sempurna Ney. DAN GUE BENCI ITU!" Faen melempar pisaunya ke segala arah dan hampir saja mengenai tubuh Adney jika saja Adney tidak menghindar dengan cepat. "Semua yang lo mau, lo bisa dapetin dengan mudah dalam sekejap mata. Lo punya uang. Lo juga selalu kecukupan. Lo nggak pernah punya masalah sedikitpun. Lo selalu bahagia. Dan lagi, semua orang sayang sama lo. Termasuk cowok yang gue suka. Richard." Lanjutnya.
"Fawn, bilang sama gue. Bilang kalo semua ini cuman bercanda."
"Bercanda? Buat apa? Nggak guna tau nggak! Kalau gue bisa serius ngelakuin semuanya dengan mudah, ngapain gue harus bercanda? Gue bisa aja ngabisin lo sekarang. Tapi sepertinya kurang menarik. Gue mau liat lo menderita dulu. Bahkan lebih menderita dari yang gue rasain sekarang!"
"BRENGSEK!"
"BAJINGAN!"
"SETAN LO!"
Semua umpatan itu keluar begitu saja dari mulut Adney saat Fawn melangkahkan kakinya semakin jauh. Amarahnya sudah mencapai puncak, ia tidak dapat lagi menahannya. Semua perbuatan Fawn sudah tidak layak dimaafkan dan terlalu menyakitinya.
"Tutup mulutnya!" Titah Fawn pada dua kurcaci yang menculik Adney.
"Baik, siap laksanakan."
***
Hai hai haiiiii come back dong, maap ya lama. Agak sibuk belajar soalnya:(
.
.
Doain ya, bentar lagi aku mau UN moga-moga lancar. Dan aku juga ikut span-ptkin moga-moga keterima ya. Buat kalian yang juga masih berjuang buat UN, span-ptkin, sbmptn, SNMPTN, um-ptkin, ujian mandiri pokoknya sukses terus ya❤️
.
.
Makasih buat yang masih stay disini, melewati badai malas dan rajinnya author kayak aku❣️
.
.
Jangan lupa vote and comment ya, kritikan kalo aku salah juga gapapa kok❤️
.
.
See you di part selanjutnya ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...