Adney mengerjapkan matanya beberapa kali ketika ia merasakan seluruh tubuhnya sudah basah oleh air yang entah datangnya dari mana. Dingin? Jangan ditanya lagi. Air yang mengenai dirinya seperti air es yang tentu saja lebih dingin dan siap membekukan dirinya kapanpun. Terlebih langit sudah mulai gelap yang tentu saja membuat dingin itu menjadi berlipat ganda lantaran angin malam yang siap menerpa dirinya kapanpun. Bayangkan saja, sudah tubuh basah oleh air es tambah lagi angin malam yang masuk lewat sela-sela jendela membuat tubuhnya semakin menggigil.
Ia masih berupaya mengumpulkan nyawa yang masih enggan untuk kembali pada raganya, seakan raga itu masih enggan untuk menyatu dengan nyawanya. Kepalanya terasa pening bukan main. Dan, berat seperti ada beban yang melekat pada kepalanya dan mungkin saja ia juga kesulitan menggerakkan tubuhnya sendiri. Seperti ada yang membatasi pergerakannya tapi apapun itu, ia pun belum mengetahuinya.
"Bangun bego!" Ucap salah seorang yang ada didepannya sembari memercikkan air diwajah Adney.
"Bangun!" Tukas yang lain.
Matanya terbuka sempurna setelah percikan air masih saja mengenai wajahnya. Namun ia belum bisa melihat dengan jelas siapa yang melakukannya. Pandangan matanya masih saja buram seperti ada yang membatasi penglihatannya.
Ya kalik ini kurcaci yang ngebangunin gue. Apa gue lagi di dunia dongeng ya? Mana jelek lagi kurcacinya kayak tuyul. Udah jelek. Item lagi, -ucap Adney dalam hati.
Beberapa detik berlalu sejak ia tersadar, mata hazelnya sudah bisa melihat dengan jelas seperti biasanya. Didepannya terlihat dua anak kecil, ah lebih tepatnya pria karena wajah mereka terlihat sudah tua dan emmm sedikit keriput. Pria dengan badan kecil seperti tuyul karena kepalanya yang tidak ditumbuhi rambut itu tengah menatapnya intens dan tanpa jeda. Tentu saja itu bukan tatapan kasihan ataupun tatapan iba lantaran keadaannya. Melainkan tatapan amarah yang siap menerkam Adney kapan saja.
Karena ia sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja, ia sedang diculik. Iya benar, ia diculik. Tangannya terikat diatas kepala dengan rantai yang membelenggu dirinya. Kakinya pun diikat pada tiang besi berkarat yang berada disisi kanan dan kiri dirinya. Mulutnya pun enggan untuk dibuka lantaran sebuah selotip sudah menyatukan mulutnya sedari tadi.
"Akhirnya bangun juga nih bocah."
Tangan brakhidaktili milik kepala tidak berambut itu tengah memainkan peran menjadi penculik itu tengah berupaya menggapai pipi Adney guna memberikan sedikit tamparan sebagai tanda perkenalan. Licik memang, tapi ya begitulah namanya saja penculik.
"Lah iya, lama banget bangunnya."
"Eh Cil, tadi disuruh bos apaan?"
"Oh iya, lapor. Bentar-bentar."
Sedari tadi Adney belum berniat mengalihkan pandangannya pada dua orang yang berada di hadapannya. Seram? Sedikit sih. Sedikit ya, jadi nggak terlalu seram. Aneh juga kalau yang nyulik dia itu mahluk kerdil yang memiliki tampang tidak semenakutkan yang ada di film-film. Mana kuat juga kalo ngangkat Adney yang jelas lebih besar dari salah satu penculik itu. Tapi lucu juga, mereka yang semula terlihat galak dan garang bukan main, tiba-tiba saja bersikap seperti manusia tidak berotak yang konyol. Berbicara dengan gaya bicaranya yang jauh dari kata fasih. Sudah kecil, belagu, cadel, item, hidup. Segala sok-sok'an nyulik.
"Lo ngapain disini?" Ucap Adney pada kurcaci di depannya.
"Jagain lo lah!"
"Ngapain jagain gue, gue udah gede bisa jaga diri gue sendiri!"
"Lah? Iyaya ngapain gue harus jagain lo?"
"Makannya pergi aja sono. Nggak usah segala jagain gue!"
"Yaudah lah gue pergi. Bisa jaga diri sendiri kan?"
"Hemmm.''
Baru beberapa langkah pria yang semula berhadapan dengannya meninggalkan Adney yang tidak bisa berkutik. Tiba-tiba saja pintu ruangan yang tidak terawat itu terbuka dan menampakkan seorang pria berwajah hampir sama dengan yang baru saja meninggalkannya.
"Lo mau kemana Boncel?"
Oh namanya Boncel pantesan nggak bisa gede,-ucap Adney dalam hati dengan sedikit sentuhan mencemooh.
"Mau keluar. Bosen disini."
"Lah? Lo bego nggak ilang-ilang kenapa sih?"
"Udah lah Cil. Katanya dia bisa jaga dirinya sendiri."
"Noh!" Tangan brakhidaktili milik Bocil menunjuk pada Adney yang tengah berusaha melepas dirinya dari rantai. "Dia mau kabur." Lanjutnya.
"Lah? Kok gue dibohongin dia sih."
"Lo yang bego Boncel!"
"Ya harusnya lo ngasih tau gue Bocil!"
"Mari bos! Silahkan masuk. Dia sudah saya ikat, dan dia juga nggak bakalan bisa kabur."
Seseorang yang semula berdiri di ambang pintu melangkahkan kakinya mendekat pada Adney. Perawakannya seperti seorang wanita. Tapi entah itu siapa, ia pun tidak tau karena wajahnya ditutupi oleh sebuah topeng. Dan, sebuah pisau lipat yang ia pegang semakin membuatnya terlihat sedikit sangar dengan pakaian serba hitam hampir seperti malaikat maut yang bisa mencabut nyawa Adney kapanpun.
Cewek? Ha? Siapa sih? Seingat gue, gue nggak punya musuh cewek deh. Siapa sih? Jangan mati dulu deh, gue belum ketemu jodoh gue lagi, -ucapnya bertanya-tanya dalam hati.
Langkahnya semakin mendekat membuat Adney sedikit gusar yang justru semakin membuat wanita dibalik topeng itu tersenyum remeh. Pisau yang sengaja ia mainkan semakin membuatnya geram.
"Siapa sih lo!?"
"Brengsek!!!"
"Setan lo!!!"
Caci maki mulai keluar dari mulut Adney lantaran ia sendiri geram melihat wanita di depannya yang tidak berani menampakkan diri.
"Brengsek?" Jeda beberapa saat guna wanita itu menghela napasnya panjang. "Nyalakan sekarang!" Lanjutnya.
Sebuah proyektor tiba-tiba saja menyala yang sontak membuat matanya hampir terlempar keluar. Bagaimana tidak? Dalam video itu terlihat seorang wanita yang selalu ia bangga-banggakan terlihat mengenakan pakaian kurang bahan hendak memasuki sebuah mobil jaguar XF dengan seorang tua bangka yang tentu saja berduit.
Tidak ada air mata yang keluar, sakit itu sudah terlalu parah jika hanya dilampiaskan pada air mata. Tidak ada gunanya lagi air mata yang ia keluarkan. Percuma saja semuanya.
"Liat? Lo liat!!! Bego banget tau nggak sih lo! Lo tuh temen gue! Tapi nyokap lo!"
"Nggak! Itu bukan nyokap gue!" Elak Adney dengan nada bengis dan sedikit bergetar.
"Terus siapa? Lo? Hah!?"
Sebuah goresan dari pisau lipat yang sedari tadi dipegang oleh wanita bertopeng itu meluncur mulus di pipi Adney. Tetesan darah yang keluar dari pipinya tidak membuat ia merasakan sakit. Hanya meringis. Tapi bukan sakit luar yang ia rasakan melainkan sakit didalam yang sulit untuk disembuhkan.
"Siapa sih lo?" Sentak Adney.
"Siapa gue? Lo mau tau siapa gue? Iya?" Ucap wanita bertopeng didepan Adney
Tangan lentik wanita bertopeng itu terulur hendak membuka topengnya. Waktu yang tepat untuk Adney mengetahui siapa dalang dibalik penculikannya. Dan, teman? Siapa dia?
"Arggghhhhhh!" Adney berteriak keras saat pisau lipat itu kembali menggores dirinya. Namun sekarang bukan di pipi, melainkan baju atasnya yang sontak saja memperlihatkan tubuh Adney yang indah. "Brengsek!!!"
***
Hai hai haiiiii come back dong.
..
Lama ya? Kan sibuk mau UN:(
.
.
Have fun gaisss
.
.
Doain lolos span-ptkin juga ya. AMININ YANG KERAS:)
.
.
Makasih buat yang masih stay disini juga:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...