Rasa takut Adney menyeruak begitu saja. Dikarenakan sebuah tangan kokoh yang menariknya dengan tiba-tiba. Walaupun tarikan itu cukup lembut tapi cukup menakutkan untuknya. Adney menatap dari bawah tangan kokoh yang menarik tangannya itu kemudian perlahan melihat wajah itu. Wajah cowok yang beberapa bulan ini sedang dekat dengan Adney terpampang nyata didepan matanya.
"Temen kelas lo bukan Ney?" Tanya Stanley sambil menaikkan sebelah alisnya. Sok ganteng.
"Iya Stan."
"Ehm, lo disini sendirian Win?" Ucap Adneh pada cowok yang beberapa menit lalu menarik tangannya.
Cowok itu adalah Hadwin, cowok dengan rambut kecoklatan khas miliknya cukup untuk membuat pesona tersendiri bagi beberapa wanita. Bola matanya yang coklat pun tidak mau kalah, ditambah bulu matanya yang lentik sukses menarik minat lawan jenisnya. Perawakan tubuhnya gagah namun tidak terlalu tinggi lebih tinggi Adney namun tidak terlalu kentara jaraknya. Kulitnya yanh putih bersih bak orang Inggris itu memberikan nilai plus dimata Adney. Sayangnya, Hadwin adalah pecandu rokok yang baginya tidak ada hari tanpa rokok. Itu yang membuat Raisa sedikit kesal saat bersama Hadwin, aroma rokok yang menyeruak dalam indera penciuman Adney. Tapi Julian adalah tipe cowok yang penurut, lebih-lebih dengan Adney. Apapun yang Adney perintahkan dia selalu mengikutinya, karena Adney adalah cinta terbesarnya.
"Iya."
Raut wajah Hadwin terlihat jelas bahwa dia sedang cemburu akan kedekatan Adney dan Stanley. Sifat dan perilaku Adney saat dengan Hadwin akan sangat berbeda jika dengan Stanley. Bukan apa-apa, Adney hanya memposisikan dirinya terlebih Adney tidak begitu dekat dengan Hadwin, akhir-akhir ini saja. Dengan Hadwin, Adney menjadi sedikit tertutup dan lebih menjaga sikapnya agar tidak terlalu absurd. Sehingga saat Stanley melihat Adney dan Stanley berdua seperti saat ini hatinya langsung tersulut api cemburu, karena memang dasarnya Julian tidak tau kedekatan Adney dan Stanley.
"Kayaknya mau ada perang dunia nih." Ucap Stanley berbisik pada Adney dengan sedikit terkikik.
Adney diam, tidak ada niatan untuk menjawab bisikan Reza yang seolah menciburnya. Hanya tatapan tajam yang dilemparkan pada Stanley kayaknya tatapan mata singa yang hendak memangsa buruannya. Sementara Stanley hanya cengengesan seperti tidak ada apapun yang terjadi sebelumnya.
"Ya udah Adney, kalian lanjutin berantem ya!" Ucap Stanley lalu berjalan meninggalkan Adney dan Hadwin begitu saja.
"Stanley itu," Terjeda beberapa saat berat sekali Hadwin melanjutkan ucapannya. "Pacar kamu ya Ney?" Hadwin berkata dengan tutur katanya yang lembut, Hadwin adalah tipe lelaki yang overprotektif yang terkadang membuat Adney sedikit tidak nyaman.
"Enggak kok, kata siapa?"
"Tadi kamu berduaan sama Stanley, terus aku juga sering liat kamu berangkat sekolah sama dia. Kalo gak pacar, dia siapa kamu Sa? Kamu juga sering pergi berdua sama dia kan? Kalo bukan pacar terus apalagi Sa? Aku ini kamu anggap....." ucapan panjang lebar Julian di hentikan oleh Adney, dia tidak suka memperpanjang masalah sepele terlebih hanya karena Stanley.
"Udahlah Hadwin, makan aja yuk. Gue laper banget nih, mana basah kuyup gini." Tangan Hadwin yang sejak tadi menggenggam Adney dilepas begitu saja.
Adney tidak berbohong jika sekarang dia sedang kedinginan karena Adney yang masih memakai seragam putih abu-abunya yang sudah basah. Raut wajah Hadwin menyiratkan kebencian dan juga khawatir akan keadaan Adney.
Tangan Hadwin tergerak melepas jaket abu-abu yang bertuliskan Vans di pojok kanannya. Adney hanya melirik sekilas, lalu tidak mempedulikan Hadwin yang ada disampingnya. Sekarang Adney sedang fokus untuk menghangatkan tubuh mungilnya yang sedang menggigil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adney
Teen FictionAdney gadis bermata hazle yang Hidupnya serba mewah dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya. Ia adalah sosok yang menjadi di sekolahnya yang cukup ternama. Hidupnya selalu bahagia, senyumannya tidak pernah sekalipun meninggalkan wajah elok...