Ini Cobaan, Sabar!

1K 112 18
                                    

Sana mengikuti matakuliah Budgeting dengan perasaan malas seperti biasa. Rasa badmood dan lelah selalu terpampang jelas diraut wajahnya.

Kim Taehyung berjalan memutari bangku mahasiswa sembari mengumpulkan assigment yang dimintanya. Si muda itupun mulai mengecek satu persatu tumpukan tugas itu.

"Oke. Sana, Luna, Jun, dan Ray maju kedepan." Perintah Si muda. "Presentasikan hasil analisa kalian"

Sana dan ketiga temannya saling menatap.
"Mampus gue" Sana sedikit meringis.

"Oke mulai dari Sana. Silahkan"

Sana tak langsung kedepan. Ia tetap duduk manis sambil menatap pasrah sang dosen. "Maaf pak, saya gak bisa!" Ujarnya gugup.

"Kenapa gak bisa?"

"Suara saya ada gangguan pak!" Sana mulai beralasan. "Uhugguhuggkk..uhuggkkkkk"

"Kamu sakit?"

Sana ngangguk-ngangguk.

"Yaudah, kali ini saya kasi kamu toleran!" Sang dosen beralih menatap yang lain. "Luna. Silahkan!"

"Yeyyy" Sana berhura ria. "Tumben kali ini dia baik"

Satu setengah jam matakuliah itu berlangsung. Sana tampak lengah hari ini. Ia sedikit merenggangkan otot-ototnya lalu beranjak keluar kelas. Dan seperti biasa, setiap Sana keluar dari kelas sudah ada dua patung wanita yang tengah terpampang indah memelototi sang dosen muda.

"Yah astaga. Gak ada capek-capeknya liatin Si mulut curut" Sindir Sana. Ia menamai Sang dosen mulut curut karena terlalu banyak nuntut tugas.

Sindiran itu menggeleggar indah sampai ke rongga telinga Jihyo dan Momo. "Eh, bisa gak Lo sekali aja gak ngehina My muda Taehyung?!"

"Opsss. Sorry!"

"Gue pringatin yang terakhir kalinya. Kalo sampe Lo ngatain dia lagi, sumpah gue gunting mulut Lo!" Peringat Jihyo.

"Owu..owu.. Takut!"

"Mata Lo juga, gue cungkil pake garpu! Awas Lo" Sambung Momo.

"Kompak bener fansnya mulut curut. Salut deh! Gue doain, semoga kalian berdua dinikahin" Sana memberi jeda "Lo istri pertamanya, Lo istri keduanya" Sana menunjuk Jihyo dam Momo.

"Aminnn" Sahut kedua insan itu serentak.

Five second letter....

"Eh. Kok di-aminin sih?!" Momo tersadar. "Harusnya gue yang jadi istri pertamanya"

"Elo?" Jihyo menarik nafas berat. "Pede banget Lo! Gue kali yang lebih pantas jadi istri pertamanya"

"Gue kali!"

"Gue!!!"

Ampun deh, kok jadi mereka yang berantem. Lagian, mana ada Kim Taehyun yang mempesona dan bijak itu mau ngawinin dua orang alay kayak mereka. Ada-ada aja!

Sana terkekeh melihat kelucuan kedua temannya yang saling memperebutkan Kim Taehyung.

Selang beberapa menit kemudian, tiba-tiba saja ada tangan yang menyodorkan sebuah permen. Sana memutar bola matanya lalu melirik wajah si pemilik tangan itu. "Pak Taehyung."

"Kalo di luar kelas, jangan panggil pak. Panggil aja Taehyung." Sahut Sang dosen.

Ia tersenyum hangat menatap manik coklat milik Sana. Sementara Sana membalasnya dengan senyum paksa.

"Ini!" Tawarnya lagi. "Saya jamin rasa batuk kamu pasti sembuh. Cobain deh!"

"Uhugkk..uhugkk" Sana kembali berpura-pura batuk. "Oiya. Terima kasih................Taehyung!" Sana menyebut nama Sang dosen pelan.

Sana meraih permen itu dengan sopan. Namun, disaat yang bersamaan, ada mata yang sedang menyoroti mereka. Bahkan suara guntur dan kilatpun seolah memperlengkapi suasana yang terlihat romantis dikala itu. Iya mata itu, Dahyun.

Sana tersentak kaget. Ia begitu takut mendengar suara kilat dan guntur yang menggeleggar kuat ditelinganya. Mungkin itu pertanda mau hujan.

Akhirnya tanpa aba-aba, iapun tak sengaja bersandar dibidang dada sang dosen. Ia menutup telinganya dan berteduh dipelukan Taehyung. Dan sekali lagi, disana ada Dahyun. "Tadi Daniel, sekarang Taehyung!" Dahyun menghela nafas berat. Ia pasrah.

Saat suara bising itu teduh tanpa ada kata permisi, Jihyo dan Momo menarik lengan Sana dari pelukan Sang dosen.

"Aduh pak, maaf. Teman saya suka kelepasan!" Ujar Jihyo sembari menyeka kemeja sang dosen bekas sandaran kepala Sana.

"Oh, gakpapa kok! Saya maklum" Sahutnya dengan suara kalem.

"Aduh, dada my muda gue tercemar gara-gara Lo!" Bisik Momo.

"Maaf, gue gak sengaja. Lo tau sendiri kan gue selalu refleks sama kilat!"

Disana kaki Dahyun seakan tidak bisa digerakkan. Nafasnya memburu. Keringatnya bercucuran dipelipisnya menandakan emosinya yang semakin terombang-ambingkan.

Selang beberapa detik, batin Dahyun seolah memanggil Sana dari kejauhan. Sana melirik dan mendapati Dahyun yang tengah terdiam membisu.

"Pacar jijik?" Batin Sana. "Mampus gue!"

___

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang