Menyesal bercampur rindu

885 99 15
                                    

Diluar Sana. Kim Taehyung, dosen muda itu terlihat sedang bercakap dengan Sana. Sepertinya sebuah interaksi itulah yang membuat Dahyun emosi.

Jeong dan Chaeng geleng-geleng.
"Oh, Dahyun cemburu toh!" Jeong ngangguk-ngangguk.

"Kirain mereka putus!" Sambung Chaeng.

Ucapan itu memang benar. Hanya saja mereka tidak tau. Mereka hanya beranggapan, Dahyun mungkin merasa cemburu melihat kedekatan Sana dengan Taehyung. Karena itu hal yang wajar menurut mereka.

"Yah, semoga saja hubungan mereka baik-baik aja!"

Jeong menghela nafas panjang. "Yah. Semoga aja!"

**

Sudah tiga hari, kedua insan itu tidak saling bicara satu sama lain. Meskipun sempat berpapasan beberapa kali, mereka saling acuh seolah tak saling mengenal. Bahkan untuk saling menatap saja mereka tampak enggan melakukannya.

"Dicuekin terus! SIAL." Batin Dahyun.

Disis lain,

"Jadi Lo mau ngebuat kita gak saling kenal? OKE!!!" Batin Sana.

Situasi makin memburuk. Kedua insan itu memang memiliki tingkat ego yang tinggi dan negatif thinking. Kalo sudah begini, bagaimana cara menyatukan mereka lagi? Tak ada cara lain, selain perasaan saling mengalah. Tapi sekali lagi, dua orang ini sulit untuk saling mengalah. Selain gengsian, mereka tak mau mengurangi imagenya hanya untuk mengikuti perasaan mereka.

Dahyun berusaha menyibukkan dirinya beberapa hari ini. Ia membaca banyak sekali buku, bahkan mengunyah berbagai macam coklat tiga kali lipat banyaknya dari yang biasanya. Baginya cuma dengan membaca dan mengunyah coklat, itu sudah membantu menghilangkan rasa penat yang ada didalam hatinya.

Yah, meskipun secara keseluruhan sosok Sana masih terngiang-ngiang di kepalanya, tapi Ia berusaha untuk menahannya. "Semua ini karena rasa cemburu gue! Dahyun...Dahyun... Nahan dikit napa?" Ia mulai mempersalahkan dirinya.

Berbeda dengan Sana, dia mulai mengeluh dengan perasaannya. "Dub. Jahat banget sih Lo!" Batin Sana.

Tu kan. Ujung-ujungnya saling nyesel. Gak bisa pisah tapi sok-sok ningglin. Dasar!

~~
"Kabarin gue napa!" Ujar Sana seraya melihat layar Hpnya berharap ada panggilan dari Dahyun.

~~
"Sumpah, gue kangen banget!" Dahyun menahan dadanya lalu merebahkan badannya diatas ranjang. "Na, Lo lagi ngapain?" Batin Dahyun bertanya-tanya.

~~
"Dub, gue kangen ama Lo!" Disaat yang bersamaan Sana juga merebahkan badannya. Ia menatap langit-langit sambil mengingat-ngingat kedekatan mereka sebelum mereka putus.

~~
"Na!"

~~
"Dub!"

Gitu aja terus. Kalo cuma saling memikirkan tapi gak berniat ketemu, buat apa? PERCUMA KALI.

Beberapa jam berlalu, Dahyun masih gelisah begitupula dengan Sana. Kenapa ya? Udah pisah tapi batin masih kuat! Salut juga.

"Apa gue samperin aja ya?" Dahyun mulai menimbang-nimbang. Setidaknya dia harus melakukan sesuatu agar hatinya gak merasa tersiksa lagi. "Ah gak. Ntar dia salah paham lagi, terus nganggap gue menyesal. OGAH!"

Aduh. Bisa gak tu gengsi dikurangin dikit? Heran deh!

~~
"Apa gue telpon aja ya?" Bukan hanya Dahyun, batin Sana juga ikut menimbang-nimbang. "Ah, Ngapain? Dia yang mutusin juga! Bodo ah."

Ini lagi sama. Sok gengsi, sok memendam, sok gak peduli, sok cuek. Kegengsian yang udah mendarah daging memang.

Layaknya drama. Dahyun Dan Sana menatap langit-langit seraya menahan dada masing-masing. Mereka juga bersamaan saling menarik nafas panjang.

"Akhhh" Teriak Dahyun.

"Arghh" Teriak Sana.

_____

WWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang